Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Penting Berhenti Melabeli Gen Z Pemalas, Generalisasi yang Merugikan

ilustrasi gen Z (pexels.com/Anyana Webb)
ilustrasi gen Z (pexels.com/Anyana Webb)

Gen Z sering mendapat sorotan terutama di dunia kerja dan oleh generasi di atasnya. Bahkan sebagian generasi milenial yang usianya berdekatan dengan gen Z juga suka menghakimi serta menyematkan predikat buruk terhadap mereka. Generasi Z kerap dipandang pemalas dalam bekerja. Apakah kamu termasuk orang yang menormalkan pandangan di atas?

Terlepas dari adanya beberapa perbedaan antargenerasi, label pemalas justru akan sangat merugikan gen Z. Cap tersebut seperti begitu sulit dilepaskan dari mereka hanya karena orang-orang di sekitar meyakini demikian. Labeling tidak membawa perubahan yang positif bahkan dapat mengubah hal-hal baik dalam diri seseorang menjadi buruk.

Di usia mereka yang masih muda, kamu serta orang-orang dari generasi di atasnya seharusnya bisa kasih dukungan sekaligus contoh yang baik. Agar gen Z makin berkembang serta produktif. Hapus pandangan negatifmu terhadap mereka dengan menyadari lima hal berikut.

1. Kemungkinan besar kamu hanya melakukan generalisasi

ilustrasi gen Z (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi gen Z (pexels.com/Artem Podrez)

Kamu boleh jadi pernah berurusan langsung dengan beberapa orang dari generasi Z dan pengalamanmu kurang menyenangkan. Sejumlah kejadian itu menunjukkan bahwa mereka tidak rajin bahkan terkait hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya atau buat diri sendiri. Akan tetapi, sejumlah pengalaman ini kurang tepat bila lantas digeneralisasikan.

Seolah-olah dirimu sudah berjumpa dengan seluruh gen Z yang ada di dunia ini. Generalisasi membawamu pada kesimpulan yang menyesatkan. Kamu yang seharusnya melihat karakter malas secara individual malah menganggapnya sebagai ciri khas generasi Z. Padahal seandainya dirimu memperluas pergaulan dan bertemu lebih banyak gen Z, pandanganmu terhadap mereka dapat berubah.

Saat dirimu kurang puas bahkan kesal terhadap seseorang yang merupakan gen Z, ingatkan diri bahwa tidak semuanya seperti dia. Alihkan perhatianmu pada gen Z lainnya yang rajin bekerja tanpa mengeluh walau gajinya tak seberapa. Seperti mahasiswa yang menyambi menjadi kasir minimarket, pelayan kedai, guru les, dan sebagainya. Mereka tidak sedikit, tetapi bisa kurang terlihat ketika pandanganmu terhadap gen Z selalu negatif.

2. Bikin gen Z enggan bekerja sama dengan generasi di atasnya

ilustrasi gen Z (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi gen Z (pexels.com/Thirdman)

Satu sisi, generalisasi terhadap karakter gen Z yang pemalas membuatmu ogah bekerja bareng mereka. Kamu tidak mau akhirnya cuma capek sendirian menyelesaikan berbagai tugas. Mereka yang santai-santai saja tetap memperoleh pendapatan penuh. Atau, temanmu yang gen Z bekerja sambil terus mengeluh sehingga bikin kamu gak nyaman.

Namun, generasi Z juga bisa enggan bekerja sama dengan generasi di atasnya apabila terus dicap negatif. Menurut mereka, pandangan buruk itu tidak memiliki landasan yang kuat. Mereka yang merasa bukan pemalas awalnya bersemangat untuk membuktikan kekeliruan penilaian tersebut. Tapi kuatnya labeling bikin mereka merasa pembuktian dengan cara apa pun gak bakal mengubah persepsimu serta senior lainnya.

Akibatnya, kalian sama-sama menarik diri. Ada jurang lebar di antara kalian yang pada akhirnya menyebabkan sistem tidak bekerja dengan baik. Semestinya semua orang bekerja sama tanpa memandang mereka generasi X, milenial, atau Z. Akan tetapi, kuatnya prasangka bikin satu sama lain bersikap menghindari. Kamu serta orang-orang dari generasi yang lebih awal tampak sangat judgemental di mata gen Z.

3. Menutup pintu kesempatan untuk gen Z

ilustrasi gen Z (pexels.com/Md Khairul Hasan)
ilustrasi gen Z (pexels.com/Md Khairul Hasan)

Anak muda butuh banyak sekali kesempatan supaya mereka dapat mengembangkan diri sampai maksimal. Generasi Z perlu banyak latihan karena dari situlah mereka belajar secara langsung. Setiap pengalaman yang diperoleh begitu berharga. Sayangnya, cap pemalas yang disematkan pada mereka bikin sebagian peluang sirna.

Mereka mudah mengalami penolakan oleh orang-orang yang belum apa-apa sudah bersikap anti terhadap gen Z. Kalaupun kesempatan diberikan di awal, baru sebentar mereka mencoba dan belum menunjukkan kemampuan terbaiknya telah dicap pemalas. Pisau yang sebetulnya tajam pun dapat terlihat tumpul apabila kurang diasah.

Memang ada generasi Z yang pemalas dan orang dengan sifat sama juga terdapat di generasi lainnya. Namun, orang yang pemalas pun bisa dilatih agar lebih rajin mumpung masih muda. Kemalasan belum mendarah daging dalam diri mereka. Sementara itu, gen Z yang sebetulnya rajin gak boleh didiskriminasi oleh prasangka.

4. Salah kaprah antara malas dengan keinginan bekerja secara efisien

ilustrasi gen Z (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi gen Z (pexels.com/SHVETS production)

Kadang keduanya tampak mirip. Apalagi jika kamu kurang memikirkan terobosan dalam bekerja. Dirimu bekerja hanya mengikuti petunjuk yang selama ini diberikan. Tidak ada keinginan untuk mencoba cara yang berbeda apalagi memangkas prosedur. Malah bagimu yang kaku sekali terkait SOP akan memandang usaha memangkas tahapan selalu bentuk pelanggaran.

Generasi Z ingin melakukan pembaruan yang bertujuan agar pekerjaan lebih efisien. Mereka tidak mendewakan kecepatan. Namun bila sesuatu dapat diselesaikan lebih cepat dan minim biaya serta tenaga, kenapa gak dicoba? Dengan begitu, produktivitas bisa ditingkatkan. Pemikiran ke arah efisiensi tidak akan tebersit dalam diri orang yang pemalas.

Pribadi yang sungguh-sungguh pemalas tak mau repot-repot mencari cara yang lebih efisien dalam bekerja. Mereka pasrah pada kebiasaan yang sudah berjalan bertahun-tahun. Saat mereka merasa lelah, mereka berusaha melempar tanggung jawab pada orang lain. Sementara itu, gen Z yang menyukai bekerja secara efisien tidak main lempar tugas. Mereka mencari alternatif lain dalam mengatasi tugas-tugas demi kebaikan yang lebih besar buat semua.

5. Meski proses kerja penting, hasil jangan diabaikan

ilustrasi gen Z (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi gen Z (pexels.com/Kampus Production)

Kamu yang sangat menghargai proses barangkali dibikin geleng-geleng kepala dengan sikap kritis gen Z. Mereka tidak mau menurut begitu saja untuk mengikuti berbagai kebiasaan di kantor. Mereka justru kerap mempertanyakan bahkan menggugat proses yang telah dijalankan semua orang. Kenapa harus begini dan begitu?

Seberapa besar perbedaan yang akan tercipta seandainya mereka menempuh jalan lain buat mencapai tujuan yang sama? Untukmu yang mementingkan proses hendaknya dapat pula mulai berpikiran terbuka serta bersikap bijak. Tak ada salahnya buatmu memperhatikan hasil dari proses yang berlainan.

Daripada gen Z dipaksa mengikuti proses yang menurut mereka kurang sesuai dan bikin gak nyaman, terkadang kamu cuma perlu melihat hasil akhirnya. Sepanjang cara-cara yang dipilih tidak berbahaya, biarkan gen Z berinovasi. Hasil yang sama dapat dicapai dengan proses yang beragam. Bahkan boleh jadi hasil kerja mereka melampaui hasil kerjamu yang menerapkan proses standar.

Seiring waktu makin banyak generasi Z di dunia kerja. Sampai kapan cap buruk bakal terus dilekatkan pada mereka? Gen Z memegang kunci perubahan dalam banyak hal. Kurangi sikap menghakimi dan tingkatkan apresiasi terhadap setiap upaya mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us