Apa Itu Stoicism? Ini Makna, Prinsip, dan Manfaatnya

- Stoicism adalah aliran filsafat Yunani kuno yang menekankan fokus pada hal yang bisa dikendalikan dan menerima hal di luar kendali.
- Prinsip-prinsip Stoicism meliputi hidup selaras dengan alam, menggunakan akal pikiran, kebajikan, kebijaksanaan, apati, kenikmatan, keburukan, dan tugas.
- Menerapkan Stoicism membawa manfaat seperti fokus pada yang bisa dikendalikan, tidak terlalu peduli opini orang lain, bersyukur dengan hidup, mengendalikan emosi, dan pandangan realistis terhadap hidup.
Banyak orang ingin menemukan cara agar tetap tenang menghadapi tekanan hidup. Salah satu filosofi yang semakin populer karena relevansinya hingga kini adalah Stoicism.
Filosofi ini menekankan pentingnya fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan menerima yang berada di luar kendali kita. Lantas, apa itu Stoicism dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?
1. Apa itu Stoicism?

Stoicism merupakan aliran filsafat Yunani kuno yang digagas oleh Zeno dari Citium pada sekitar tahun 300 SM. Nama ini berasal dari "Stoa Poikile" atau Serambi Dicat, tempat Zeno sering mengajar. Tokoh lain yang ikut mengembangkan aliran ini antara lain Cleanthes dan Epictetus. Pada masa Romawi, stoikisme juga dianut oleh tokoh penting seperti Seneca, Musonius Rufus, hingga Kaisar Marcus Aurelius.
Perjalanan Stoicism terbagi dalam beberapa tahap, mulai dari Stoa awal di Yunani, masa Hellenisme, hingga kebangkitannya di Romawi. Inti ajarannya menekankan bahwa manusia adalah bagian dari alam dan harus hidup selaras dengan rasio alam. Filosofi Stoicism mengajarkan kebahagiaan berasal dari dalam diri dengan mengendalikan pikiran dan emosi. Prinsip dasarnya adalah fokus pada hal yang dapat kita kendalikan serta menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita.
2. Prinsip-prinsip Stoicism

Prinsip-prinsip Stoicism bisa menjadi pedoman berharga dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Berikut adalah prinsipnya:
1. Alam
Stoicism mengajarkan bahwa alam memiliki aturan yang mengatur seluruh semesta. Tugas kita adalah hidup selaras dengan hukum alam tersebut dan menerima hal-hal yang memang tidak bisa kita ubah. Misalnya, hujan adalah bagian dari siklus alam. Kita tidak bisa menghentikannya, tetapi bisa mempersiapkan diri dengan membawa payung.
2. Hukum akal
Menggunakan akal pikiran berarti tidak sekadar mengikuti hawa nafsu atau keinginan sesaat. Kita diajak untuk berpikir bijak, mempertimbangkan konsekuensi, dan membuat keputusan yang membawa manfaat jangka panjang dalam hidup.
3. Kebajikan (Virtue)
Stoicism menekankan pentingnya kebajikan, seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Dengan mempraktikkan sifat-sifat ini, kita dapat meraih kebahagiaan sejati dan hidup dengan lebih bermakna.
4. Kebijaksanaan
Bersikap bijak berarti menimbang dengan hati-hati sebelum bertindak. Contohnya, ketika ingin membeli barang mahal, kita bisa menunda keputusan dan berpikir matang agar tidak menyesal di kemudian hari.
5. Apati (ketenangan emosi)
Stoicism mengajarkan ketenangan batin dengan cara mengendalikan emosi negatif. Bukan berarti kita tidak boleh merasa sedih atau marah, tetapi jangan sampai emosi menguasai diri hingga menimbulkan tindakan yang merugikan.
6. Kenikmatan
Menikmati hal-hal baik dalam hidup wajar adanya, tetapi harus disertai dengan pengendalian. Makan kue lezat boleh saja, namun jika berlebihan bisa menimbulkan penyakit di masa depan.
7. Keburukan (Evil)
Kesulitan dan penderitaan dalam hidup bukanlah tanda bahwa dunia ini jahat. Semua itu adalah bagian dari proses belajar. Misalnya, jatuh saat belajar naik sepeda memang sakit, tetapi itu adalah langkah menuju keterampilan baru.
8. Tugas
Stoicism menekankan pentingnya melakukan hal yang benar sesuai moral, bukan untuk pujian atau imbalan, melainkan karena memang itulah yang seharusnya dilakukan.
3. Manfaat penerapan Stoicism

Menerapkan Stoicism bukan hanya soal teori, tetapi juga membawa sejumlah manfaat nyata bagi kehidupan. Berikut manfaatnya yang bisa kamu dapatkan:
1. Fokus pada hal yang bisa kita kontrol
Stoicism mengajarkan kita untuk berfokus pada hal-hal yang benar-benar bisa kita kendalikan, seperti pikiran dan perasaan. Dengan cara ini, kita tidak perlu terbebani oleh kekhawatiran terhadap hal-hal di luar kendali kita. Ketika perhatian tertuju pada hal-hal yang bisa kita kontrol, pikiran akan menjadi lebih tenang dan jernih. Kondisi ini membantu kita mengambil keputusan penting dengan kepala dingin dan lebih bijaksana.
2. Tidak terlalu peduli sama opini orang lain
Stoicism juga menekankan pentingnya untuk tidak terlalu memusingkan pendapat negatif orang lain terhadap diri kita. Sebab, apa yang orang lain pikirkan, sejatinya berada di luar kendali kita. Dengan pola pikir ini, kita bisa membangun rasa percaya diri yang lebih kuat. Selain itu, keberanian dalam mengambil keputusan sesuai dengan nilai dan prinsip pribadi pun akan semakin tumbuh.
3. Lebih bersyukur dengan hidup
Stoicism juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai apa yang sudah kita miliki dan bersyukur atas segala hal dalam hidup. Kita pun menjadi lebih bisa menikmati momen-momen kecil dan melihat sisi positif dari setiap situasi.
4. Mengendalikan emosi
Filosofi Stoicism menekankan bahwa kitalah yang memegang kendali atas pikiran dan perasaan kita, bukan sebaliknya. Artinya, kita bisa belajar untuk mengelola emosi dengan lebih baik, bukan dikendalikan oleh emosi. Kita bisa belajar untuk tidak terlalu terpengaruh oleh emosi negatif seperti amarah atau kecemasan. Hal ini membantu kita untuk tetap tenang dan berpikir jernih sekalipun dalam situasi sulit.
5. Pandangan yang realistis
Filosofi Stoicism menekankan bahwa logos atau akal merupakan aspek terpenting untuk menjalani hidup dengan baik. Akal inilah yang membuat manusia berbeda dari makhluk lainnya dan menjadi bekal utama dalam menghadapi kehidupan.
Dengan menerapkan Stoicism, kita terdorong untuk selalu menggunakan akal sehat dan melihat hidup secara realistis. Meski terkadang menghadapi kegagalan atau kesulitan, hal tersebut seharusnya menjadi motivasi untuk terus maju dan berkembang.
Stoicism memberikan pemahaman bahwa hidup akan selalu penuh dengan tantangan, tetapi ketenangan bisa kita raih dengan mengendalikan pikiran. Dengan menerapkan filosofi ini, kita bisa lebih kuat, bijak, dan siap menjalani kehidupan dengan tenang.