“Menurunkan ekspektasi dapat mengurangi kekecewaan dan meningkatkan kebahagiaan,” ungkap Clay Drinko, Ph.D., dikutip dari Psychology Today.
Benarkah Menurunkan Ekspektasi Membuat Hidup Lebih Mudah?

- Mengurangi kekecewaan dan stres
- Menurunkan ekspektasi dapat mengurangi kekecewaan dan meningkatkan kebahagiaan.
- Kritik minor tidak lagi dianggap sebagai kegagalan besar, melainkan masukan untuk berkembang.
- Meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup
- Menurunkan ekspektasi membuat kita lebih mampu menikmati hidup apa adanya tanpa beban berlebih.
- Kemungkinan hasil melebihi ekspektasi menjadi lebih besar dan berdampak positif pada kebahagiaan.
Kadang, yang membuat hidup terasa semakin berat bukanlah masalah besar dari luar, melainkan ekspektasi tinggi yang kita tetapkan, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Harapan yang terlalu besar sering kali mendorong kita untuk terus berjuang, namun di sisi lain juga bisa menghadirkan tekanan berlebih.
Ekspektasi memang tidak bisa dianggap remeh karena bisa menjadi motivasi untuk bergerak maju sesuai tujuan. Namun, muncul pertanyaan penting. Apakah dengan menurunkan ekspektasi, hidup bisa menjadi lebih mudah dan terasa ringan dijalani?
1. Mengurangi kekecewaan dan stres

Sering merasa kecewa dan stres sebenarnya bisa berakar dari ekspektasi yang terlalu tinggi. Saat kita berharap sesuatu berjalan sempurna, kemungkinan besar realita tidak selalu sesuai rencana. Hal ini membuat rasa kecewa muncul, bahkan bisa berlarut-larut jika tidak diatasi. Dengan menurunkan ekspektasi, kita memberi ruang agar diri tidak mudah “terpukul” secara emosional ketika hasil tidak sesuai harapan.
Contohnya, ketika kamu menginginkan presentasi kerja berjalan sempurna dan semua orang memuji, sedikit kritik saja bisa terasa sangat menghancurkan. Namun, jika ekspektasi dikurangi, kritik minor tidak lagi dianggap sebagai kegagalan besar. Justru, kamu bisa melihatnya sebagai masukan untuk berkembang dan menjadi lebih tangguh secara mental.
2. Meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup

Dengan menurunkan ekspektasi, kita tidak lagi sibuk membandingkan diri dengan standar yang terlalu tinggi atau sulit dicapai. Hal ini membuat kita lebih mampu menikmati hidup apa adanya tanpa beban berlebih. Kebahagiaan sederhana pun jadi lebih terasa.
Seperti yang dijelaskan peneliti utama Dr. Rutledge, “Menurunkan ekspektasi membuat kemungkinan hasil melebihi ekspektasi itu menjadi lebih besar dan berdampak positif pada kebahagiaan." Demikian dikutip dari Psychology Today.
Dengan kata lain, ketika ekspektasi dikelola dengan lebih realistis, kita justru membuka peluang lebih besar untuk merasakan rasa syukur dan kebahagiaan yang tulus. Hidup pun terasa lebih ringan karena kita belajar menerima hasil dengan hati yang lapang.
3. Lebih realistis dan hubungan antarpribadi lebih sehat

Kadang, yang bikin hubungan berat itu justru ekspektasi kita sendiri. Misalnya, ingin teman selalu fast response, pasangan selalu paham tanpa perlu dijelasin, atau keluarga selalu ada kapan pun. Begitu gak sesuai harapan, rasa kesal atau kecewa gampang banget muncul.
Kalau ekspektasi diturunkan sedikit, rasanya jadi lebih ringan. Kita bisa maklum kalau teman lagi sibuk, pasangan lagi bad mood, atau keluarga juga punya keterbatasan. Jadi, kita gak terlalu nuntut yang sempurna, malah bisa lebih fokus sama hal-hal baik yang mereka kasih.
Menurunkan ekspektasi bukan berarti berhenti bermimpi, tapi belajar melihat hidup dengan cara yang lebih realistis. Dengan begitu, kita bisa lebih tenang menghadapi kenyataan tanpa merasa terlalu terbebani. Jadi, benarkah menurunkan ekspektasi membuat hidup lebih mudah? Jawabannya iya, selama kita tahu cara menyeimbangkannya.