Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

"Pesan yang Datang Belakangan", Buku Ke-2 Didiet Maulana yang Personal

Didiet Maulana dalam peluncuran buku ke-2, "Pesan yang Datang Belakangan" di Tebet. 10 Oktober 2024. (IDN Times/Hani Safanja)
Intinya sih...
  • Didiet Maulana meluncurkan buku keduanya, "Pesan yang Datang Belakangan," yang menggambarkan perjalanan hidupnya dan labirin perasaan yang menyertainya.
  • Didiet tidak hanya tampil sebagai perancang busana, tetapi juga menunjukkan kemampuannya sebagai penulis piawai dengan kata-kata romantis nan memikat.
  • Buku ini terbagi dalam lima babak dengan tema beragam, mengungkapkan emosi Didiet melalui ragam pengingat kepada diri sendiri di kala dirinya dilanda ragam prahara.

Jakarta, IDN Times - Perancang busana berbakat, Didiet Maulana, kembali menghadirkan karyanya yang memikat melalui peluncuran buku keduanya. Dengan tajuk "Pesan yang Datang Belakangan," buku ini menjadi saksi bisu perjalanan hidup Didiet, menggambarkan hari-hari yang ia alami serta labirin perasaan yang menyertainya.

Layaknya catatan harian yang intim, Didiet merangkai kata demi kata dengan penuh kejujuran, membuat pembaca merasa seolah mengenal sang penulis dan setiap liku yang ia lewati. Penasaran dengan apa saja yang ada di dalam buku ini? Yuk, simak rangkumannya di bawah ini!

1. Berawal dari saran untuk membuat buku dari tulisan di sosial media

Potret Didiet Maulana bersama dengan Najwa Shihab dan Ariel Tatum di peluncuran buku "Pesan yang Datang Belakangan". 10 Oktober 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Kali ini, Didiet Maulana tidak hanya tampil sebagai perancang busana, tetapi juga menunjukkan kemampuannya sebagai penulis piawai dengan kata-kata yang romantis nan memikat. Terbiasa mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui tulisan di media sosial, Didiet mengumpulkan seluruh kata-kata yang pernah ia curahkan dan mengubahnya menjadi sebuah buku yang menawan.

“Semua ini bermula dari kecintaanku menulis dan teman-teman yang sering melihat tulisan-tulisanku di IG story dan media sosial. Banyak yang menyarankan untuk membukukan semuanya agar lebih banyak orang bisa menikmati karya-karyaku,” ungkap Didiet saat acara peluncuran buku keduanya, "Pesan yang Datang Belakangan", di Baca - Tebet, Kamis (10/10/2024). 

Dari saran inilah, Didiet pun bertekad untuk menggubah semua tulisan tersebut ke dalam bentuk buku, membaginya ke dalam lima babak dengan tema yang beragam. Dengan buku ini, Didiet berharap dapat menjembatani perasaan dan pengalaman pribadi yang mampu menyentuh hati para pembacanya.

2. Sengaja mendesain buku dengan ukuran compact, Didiet berharap buku keduanya dapat menjadi teman.

Ilustrasi buku kedua Didiet Maulana, "Pesan yang Datang Belakangan". (Instagram.com/didietmaulana)

Meskipun di dalamnya terpatri kata-kata penuh makna, desain luar buku kedua Didiet tampak sederhana. Dengan nuansa putih bersih dan tulisan minimalis berwarna hitam, judul "Pesan yang Datang Belakangan" menampilkan kalimat "belakangan" yang dengan cerdas menjulur ke bagian belakang buku, menambah daya tarik visualnya.

Tidak hanya desain, pilihan ukuran pocket size yang mungil dan mudah digenggam pun bukan tanpa alasan. Didiet ingin para pembacanya dapat dengan mudah membawa buku ini ke mana saja, menjadikannya sebagai teman dekat di setiap langkah perjalanan.

"Tujuan ukuran buku dibuat pocket-size adalah agar para pembaca bisa membawanya ke mana-mana dan menjadikannya teman. Kadang, dalam perjalanan, orang lebih memilih untuk bermain handphone, yang justru bisa meningkatkan stres karena melihat postingan orang di media sosial dan sering kali membandingkan diri," jelas Didiet.

Dengan pendekatan ini, ia berharap buku ini bisa menjadi pengingat akan pentingnya waktu untuk diri sendiri, memberikan ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.

3. Masuk ke bagian dalam buku, Didiet membaginya menjadi 5 babak

Potret Didiet Maulana bersama dengan Najwa Shihab dan Ariel Tatum di peluncuran buku "Pesan yang Datang Belakangan". 10 Oktober 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Dalam buku ini, Didiet Maulana mengungkapkan emosinya melalui lima bab yang saling terkait, menggambarkan perjalanan batin yang penuh makna. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing bab:

  • Bab 1: Kenduri. Kenduri, yang juga dikenal sebagai "selametan," menjadi pembuka yang mengingatkan pembaca untuk menikmati hidup dengan perlahan. Di bab pertama ini, Didiet mengajak kita untuk merenungkan pentingnya menyadari bahwa kebahagiaan sering kali ditemukan dalam momen-momen sederhana.
  • Bab 2: Renjana. Renjana atau cinta, pada babak ini Didiet menuliskan perasaan penuh kasih sayang dan cinta yang sempat ia rasakan. Kata-kata romantis dan penuh makna pun dicurahkannya, seperti pada salah satu bait, ia menuliskan "Tiada kalah atau menang. Ketika hancur, kita berdua babak belur.". 
  • Bab 3: Ketaksaan. Memasukki bab ketiga, di babak ini Didiet menyampaikan ragam kiasan yang memiliki arti mendalam. Seperti namanya, ketaksaan atau ketangkasan, Didiet menuliskan ragam pengingat kepada diri sendiri di kala dirinya dilanda ragam prahara.  
  • Bab 4: Estungkara. Di bab empat, Didiet menunjukkan keteguhan hatinya dalam menghadapi pergulatan hidup. Dengan tema ketahanan yang kuat, ia menyampaikan perjuangan sebagai manusia yang tak pernah lelah berusaha, merangkul tantangan dengan semangat yang tak tergoyahkan.
  • Bab 5: Solilokui. Di bab terakhir, Solilokui, Didiet menutup buku dengan monolog introspektif. Ia berbagi perjalanan batin yang dihadapi melalui tulisan, menampilkan bagaimana menulis menjadi sarana untuk mengatasi tekanan dan menemukan kedamaian.

4. Melalui buku ini, Didiet berpesan kepada para pembaca untuk berani memulai dan menjalani setiap tantangan yang dihadapi

Potret Didiet Maulana di peluncuran buku "Pesan yang Datang Belakangan". 10 Oktober 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Di balik karya yang sarat makna, proses penulisan Didiet Maulana terwujud dalam momen-momen yang spontan dan penuh ketulusan. Seperti bait puisi yang diciptakannya di tempat, yang menjadi ungkapan harapan bagi para pembaca di masa depan:

"Akan ada satu masa,
Dimana hari-hari rapuhmu dan hari-hari gundahmu
Akan menjadi hari-hari kemenanganmu. 

Dengan sabar di setiap detiknya,
Rayakan kemenanganmu di setiap detiknya."

Namun, di balik keindahan kata-kata tersebut, Didiet menghadapi tantangan yang tak mudah. Sebagai seorang desainer terkenal, kesibukan dengan proyek yang terus mengalir sering kali menghalangi proses kreatifnya. Mengimbangi kedua peran ini menjadi sebuah perjalanan yang menantang.

"Ketika pekerjaan sebagai desainer menyita hampir seluruh waktuku, terkadang aku lupa untuk menulis. Untuk itu, roh-roh menulis keluar ketika aku punya ruang yang cukup untuk mengekspresikannya," ungkap Didiet Maulana, menggambarkan dilema yang kerap ia hadapi.

5. Dengan buku ini, Didiet pun berkontribusi untuk kembali mempopulerkan puisi sebagai karya tulis yang kian terabaikan

Potret Najwa Shihab dan Ariel Tatum di peluncuran buku "Pesan yang Datang Belakangan". 10 Oktober 2024. (IDN Times/Hani Safanja)

Kala dunia puisi sedang berduka, karya Didiet Maulana hadir sebagai hembusan angin segar, menghidupkan kembali jiwa sastra dengan gubahan kata-kata yang begitu akrab. Melalui perjalanan pribadinya, buku keduanya menjadi sebuah jembatan, memungkinkan setiap pembaca mengenal sosok Didiet lebih dalam. 

"Ketika pengalaman dituangkan dalam bait-bait puisi, kata-kata menjelma sesuatu yang universal karena setiap orang pernah merasakannya. Meski dalam skala berbeda, puisi memungkinkan kita merasakan luka, rindu, bahkan kejenuhan yang dialami penulis," ungkap Najwa Shihab dalam peluncuran buku tersebut, di mana ia hadir sebagai salah satu tamu.

Didiet dan Najwa sama-sama berharap, dengan terbitnya buku ini, generasi muda dapat kembali menaruh minat pada puisi, melihatnya sebagai karya tulis yang tak kalah bermakna dibandingkan genre lainnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Hani Safanja
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us