Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Buku tentang Perempuan Tangguh dari Zaman Abad Pertengahan

buku Hild (instagram.com/nicolagriffith)

Perempuan di abad pertengahan sering kali digambarkan terbatas oleh peran tradisional dan norma sosial. Namun, sejarah mencatat bahwa banyak perempuan yang mampu melampaui semua itu. Mereka adalah sosok pemberani, tangguh, dan sering kali menantang norma-norma di masyarakat yang didominasi pria.

Melalui berbagai peran, perempuan-perempuan ini meninggalkan jejak yang memengaruhi masa depan. Kisah-kisah mereka pun menjadi inspirasi dan membuktikan bahwa semangat juang dan tekad yang kuat mampu mengubah sejarah. Lewat tangan para penulis, kita bisa menikmati sudut pandang yang lebih personal dalam beberapa buku berikut ini.

1. Matrix – Lauren Groff

buku Matrix (laurengroff.com)

Matrix mengisahkan kehidupan Marie de France, seorang perempuan abad ke-12 yang digambarkan sebagai sosok kuat yang menaiki kuda perang, penuh tekad, dan menolak tunduk pada aturan. Walau sebagian besar cerita berlangsung di biara, Marie justru mengajarkan para biarawati cara berperang dan memimpin mereka untuk membangun kekuatan finansial.

Dengan gaya bahasa yang kental dengan nuansa abad pertengahan, Groff berhasil membuat Marie menjadi karakter yang unik dan inspiratif. Ia juga menunjukkan sisi-sisi lain Marie yang penuh humor. Hal tersebut menjadikan Marie sebagai sosok perempuan tangguh di dunia yang dikuasai pria pada abad itu.

2. Hild – Nicola Griffith

buku Hild (nicolagriffith.com)

Hild mengajak pembaca menyelami kehidupan Hilda dari Whitby di abad ke-7, seorang perempuan yang kelak akan dihormati sebagai santo. Hilda digambarkan sebagai pengamat dengan ketajaman naluri yang menjadikannya penasihat raja. Griffith menggambarkan Hild sebagai biseksual yang mematahkan anggapan bahwa konsep seksualitas pada zaman itu terlalu kaku.

Novel ini begitu detail dalam membawa kita merasakan kehidupan di abad pertengahan lengkap dengan segala kerasnya hidup pada zaman itu. Pembaca akan terbawa pada kehidupan Inggris kuno yang penuh dengan intrik politik dan tradisi. Hild memanjakan imajinasi dan membawa kita untuk ikut merasakan kerasnya hidup pada era tersebut.

3. She-Wolves – Helen Castor

buku She-Wolves (publishersweekly.com)

Dalam She-Wolves, Helen Castor menyuguhkan kisah empat perempuan yang berhasil menggenggam kekuasaan di Inggris abad pertengahan. Castor membawa kita mengenal sosok Matilda, Eleanor dari Aquitaine, Isabella dari Prancis, dan Margaret dari Anjou, yang semuanya memiliki peran besar di balik layar politik.

Walau para sejarawan sering kali mengesampingkan peran mereka karena hanya sebagai “istri raja,” Castor justru menyoroti pengaruh kuat mereka dalam sejarah Inggris. Ia menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan ini membuka jalan bagi ratu-ratu selanjutnya seperti Mary Tudor dan Elizabeth I.

4. For Thy Great Pain Have Mercy on My Little Pain – Victoria MacKenzie

buku For Thy Great Pain Have Mercy on My Little Pain (victoriamackenzie.net)

Novel ini mengisahkan dua perempuan abad ke-14, Margery Kempe dan Julian dari Norwich. Walau mereka menjalani kehidupan berbeda, satu sebagai istri dan ibu dari 14 anak, satunya lagi sebagai pertapa religius. Namun, keduanya memiliki pengalaman spiritual yang kuat. MacKenzie menyajikan kisah mereka secara berselang-seling yang justru membuatnya menarik.

Pertemuan mereka di penghujung cerita jadi momen yang begitu kuat dan menggambarkan perjuangan perempuan. Novel ini mengingatkan bahwa sejarah juga dipenuhi oleh perempuan yang menjalani hidup dengan penuh lika-liku. Ini adalah novel yang membuat pembaca melihat lebih dalam pada sosok-sosok perempuan yang hidup di era yang keras.

5. Joan – Katherine J. Chen

buku Joan (penguinrandomhouse.com)

Dalam Joan, penulis memberikan perspektif baru tentang Joan of Arc, sosok perempuan legendaris. Chen menggambarkan Joan bukan sebagai sosok religius yang sempurna, tetapi sebagai gadis muda dengan kekuatan fisik luar biasa. Dengan sentuhan realistis, ia menciptakan Joan yang terasa lebih hidup dan relatable bagi pembaca masa kini.

Meskipun kita tahu akhir dari kisahnya, Chen berhasil membawa ketegangan dan emosi di setiap halaman. Novel ini seakan memberi perspektif baru terhadap sejarah yang selama ini kita kenal dengan memperlihatkan sisi lain dari Joan yang jarang digali. Joan menjadi pengingat bahwa ada banyak karakter perempuan yang bisa begitu kompleks dan menginspirasi.

Lewat cerita-cerita perempuan tangguh di zaman abad pertengahan ini, kita bisa terinspirasi untuk melihat bahwa keberanian dan keteguhan bisa melampaui batasan apa pun. Mereka membuktikan bahwa di tengah keterbatasan, masih ada ruang untuk impian dan perjuangan. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kita juga bisa jadi legenda bagi generasi yang akan datang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us