3 Cara Empati Berlebih Malah Menjerumuskan, Harus Bangun Batasan

- Kamu menyalahartikan empati dengan memikirkan masalah orang lain secara personal
- Terlalu fokus untuk merasa, sampai-sampai lalai dalam ambil tindakan
- Mudah mengambil keputusan impulsif
Empati, dalam kadar yang pas, adalah karakter positif yang dapat membantu kita untuk terhubung dengan orang lain. Kamu jadi bisa merasakan apa yang mereka rasakan, dan mengambil tindakan untuk membantu meringankan beban masalah orang.
Namun, dalam beberapa kasus, empati yang tidak terkontrolbisa menjadi senjata makan tuan. Layaknya kata pepatah, segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Begitu pun dengan karakter positif satu ini.
Meski kelihatannya seolah kamu jadi pribadi yang paling pengertian dan peduli ke orang-orang sekitar, nyatanya empati yang tidak diberi batasan bagai pedang bermata dua. Kamu jadi merasa stres, burn out, dan penuh dengan perasaan overwhelmed sendiri. Agar lebih paham, coba simak tiga penjelasan di bawah.
1. Kamu menyalahartikan empati dengan memikirkan masalah orang lain secara personal

Ada tipe orang yang setiap orang terdekatnya diterpa masalah, ia ikut kepikiran sampai sulit tidur dan makan. Apa kamu salah satunya? Bila iya, ini tanda bahwa kamu belum benar-benar bijak dalam menggunakan empati.
Misal, ketika temanmu baru merasakan duka sebab ditinggal seseorang yang disayang, kamu memikirkan itu secara personal sampai ikut merasakan penderitaannya. Seolah dengan “baik-baik saja”, kamu tidak peduli dengan dia.
Padahal itu konsep yang keliru besar. Tidak seharusnya empati memberi tekanan mental. Kamu masih bisa merasakan belas kasihan untuk seseorang dan ingin membantunya, tanpa harus menghukum dirimu untuk kesedihan mereka. Ingat, perasaan dan masalah hidup orang bukan sesuatu yang bisa kamu kendalikan.
2. Terlalu fokus untuk merasa, sampai-sampai lalai dalam ambil tindakan

Tahukah kamu, ketika seseorang diterpa masalah, yang sebetulnya mereka butuhkan adalah tindakan nyata? Salah satu jebakan dalam empati ialah, ia membuatmu fokus hanya pada apa yang kamu rasakan.
Alhasil, kamu jadi tidak punya tenaga untuk memikirkan solusi atau bantuan yang bisa kamu lakukan. Kamu hanya merasa terpukul hingga menarik diri. Kadang, malah sampai menunda makan-minum karena kepikiran masalah orang.
Coba tanya dirimu, apa dengan itu semua masalah bisa selesai? Bukankah itu hanya membuatmu semakin lemah dan tidak berdaya?
3. Mudah mengambil keputusan impulsif

Seseorang yang belum bisa menetapkan batasan sehat dengan perasaannya sendiri cenderung mudah diombang-ambingkan. Ini bisa mempengaruhinya saat harus mengambil keputusan besar.
Kamu langsung mengambil pilihan tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan. Kamu mengira ini yang terbaik, padahal jauh di dalam, kamu tahu kamu tidak punya dasar yang kuat mengapa memutuskan ini. Kamu hanya “kasihan”, dan itu bukan alasan bijak dalam menetapkan sebuah keputusan.
Empati adalah salah satu ciri yang membuat kita merasa “hidup”. Tapi, kalau digunakan berlebihan tanpa batasan yang tegas, kamu sendiri yang akan menyesal. Bukan hanya akan uring-uringan terus untuk sesuatu yang gak perlu, bisa-bisa kamu juga stres karena masalah orang.
Ingat, tidak semua hal harus kamu pikirkan dan tidak semua masalah bisa kamu selesaikan. Terkadang, bagian kita adalah dengan mendengar dan mendoakan. Sebab kita pun adalah manusia terbatas.