Sadar Nggak Kamu? Stereotipe Dapat Menghasilkan 10 Dampak Buruk Ini

Ketika kamu melakukan stereotipe, kamu menutup mata akan kemungkinan seseorang menunjukkan atribut yang berbeda dengan kelompoknya. Alhasil, kamu nggak mengizinkan dirimu melihat dirinya seutuhnya, hanya karena ia tertutup oleh label yang kamu berikan.

Seperti kamu nggak suka disamakan dan dibandingkan, setiap manusia memang diciptakan berbeda, dengan kisah hidupnya masing-masing. Berjuta-juta orang kamu kumpulkan, gak akan ada satu pun yang benar-benar sama persis. Jadi sebenarnya, nggak ada gunanya menjadikan stereotipe sebagai patokan. Mungkin bisa untuk kamu berjaga-jaga, tapi nggak untuk kamu men-judge.

Perang ras, agama dan berbagai kelompok lainnya telah terjadi dari zaman dulu. Mungkin mereka beberapa pihak bisa disalahkan atas pecahnya sebuah peperangan, tetapi gak berarti anggota kelompok lain yang nggak bersalah harus merasakan akibatnya, bukan? Coba pikirkan dalam konteks pergaulan di sekitar kamu.

Buruknya lagi, kalau stereotipe tersebut membuat kamu membatasi pergaulan dengan kaum tertentu. Ih! Udah zaman apa ini bro?

Stereotipe juga dapat membuat kamu “pilih-pilih”. Bersikap ramah hanya terhadap kaum tertentu, selalu curiga terhadap kaum yang lainnya. Alhasil perilakumu sehari-hari dipengaruhi oleh apa yang ada di kepalamu, bukan kondisi yang nyata. Belum tentu apa yang di kepalamu benar. Buktikan dulu baru tentukan bagaimana kamu harus bersikap.

Alhasil, kamu dapat salah mengambil keputusan. Bisa saja ketika kamu menyeleksi karyawan, kamu salah memilih pegawai hanya karena ia satu ras atau agama dengan kamu. Cobalah bersikaplah obyektif dalam segala sesuatu.

Segala batas yang kamu buat dalam otak kamu akan membiasakan otakmu untuk berpikir secara terkotak-kotak. Kreativitasmu jadi lebih terbatas, dan kamu menutup diri terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bahkan mungkin nggak pernah kamu pikirkan sebelumnya.

Stereotipe positif adalah ketika kamu mengatributkan hal baik terhadap kelompok tertentu. Misal, orang kulit hitam pintar berolahraga. Sebenarnya, hal tersebut bisa jadi bumerang bagi yang mendengar, lho. Jika kamu menyampaikannya beberapa saat sebelum seseorang akan ikut pertandingan olahraga, ia bisa jadi menanggung beban untuk membuktikan stereotipe tersebut, dan malah jadi tidak maksimal. Bila gagal memenuhi ekspektasi tersebut? Malunya dua kali lipat.

A pasti A, B pasti B, C pasti C. Udah? Dunia ya bakal gitu-gitu aja kalau kamu udah pasang label-label duluan di kacamatamu. Coba kamu lepas label-label tersebut, banyak hal mengejutkan yang dapat ditampilkan kehidupan di sekitarmu setiap harinya.

Setiap manusia dilahirkan unik. Kita nggak pernah memilih jenis kelamin, suku bangsa, ras, bahasa, dan llingkungan tempat tinggal kita sebelum kita dilahirkan. Terlepas dari semua itu, kita dilahirkan dengan tujuan dan jalan hidup masing-masing. Jadi, daripada memasang label yang membuat manusia seperti kumpulan klasifikasi, bagaimana kalau kita mencoba menghargai setiap orang dari keunikannya masing-masing?

Siap melihat dunia lebih luas?