Digital Self-Harm, Pengertian, Alasan, dan Cara Mengatasi

- Remaja sering melakukan digital self-harm di media sosial, dengan potensi dampak fatal.
- Alasan remaja melakukan digital self-harm termasuk untuk mendapat simpati, perhatian, atau reaksi dari orang lain.
- Dampak negatif dari digital self-harm termasuk depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lainnya.
Di era serba digital, kita memang menemukan banyak kemudahan dalam mendapatkan suatu informasi. Sayangnya, banyak pula yang menggunakan kemudahan ini secara kurang tepat. Apalagi para pengguna di usia remaja, yang masih labil dan sibuk mencari jati diri.
Di sosial media sendiri, remaja kerap kali menggunakannya dengan kurang sehat. Contoh yang banyak dilakukan remaja di media sosial adalah digital self-harm. Perilaku mem-bully diri sendiri ini banyak bertebaran di media sosial dan dampak yang ditimbulkan bisa saja fatal. Berikut poin penting tentang digital self-harm yang perlu kita ketahui. Simak lebih lanjut, yuk!
1. Pengertian digital self-harm

Kita mungkin gak asing dengan cyberbullying, digital self-harm sebenarnya memiliki tujuan dan motif yang sama. Pembeda dari keduanya adalah ada pada sasarannya. Jika cyberbullying menargetkan orang lain, digital self-harm justru menargetkan diri sendiri.
Perilaku tidak sehat dalam bersosialisasi secara digital ini tidak bisa diremehkan dampaknya. Mengingat kebanyakan dilakukan oleh ABG labil, tentu perlu untuk memperhatikannya secara khusus. Hal ini dikarenakan digital self-harm bisa mengancam kesehatan mental pelakunya bahkan bisa memunculkan pemikiran bunuh diri. Digital Self-harm umumnya terjadi di media sosial yang memungkinkan seseorang membagikan tulisan, gambar atau bahkan video.
Biasanya, individu yang melakukannya akan menggunakan akun anonim, untuk memposting foto atau video, dengan membubuhkan caption yang menjelekkan diri sendiri. Respons pengguna lain dengan memberikan komentar yang buruk bisa memperparah kondisi ini.
2. Alasan perilaku digital self-harm

Alasan seseorang melakukan digital self-harm bisa beragam, menurut laman Web MD, ada beberapa alasan individu, khususnya remaja melakukan hal ini, yakni:
- Sebagai bahan lelucon atau agar terlihat keren;
- Karena bosan;
- Mendapatkan lebih banyak pengikut;
- Unjuk ketangguhan mental atau fisik;
- Demi mendapatkan simpati;
- Mendapatkan pengakuan dari teman atau pengikut yang tidak dikenal;
- Meminta bantuan atau konseling;
- Mencari seseorang untuk teman bicara;
- Untuk melihat adakah yang mau membantu mereka;
- Untuk melihat adanya reaksi dari para pengikut.
Masih dilansir di laman Web MD pelaku dari perilaku ini biasanya berasal dari kalangan remaja. Selain itu, remaja laki-laki lebih banyak yang melakukannya jika dibanding perempuan. Alasan yang mendasari pun biasanya berbeda. Pada anak laki-laki digital self-harm biasanya bertujuan sebagai humor, sedangkan pada anak perempuan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan simpati, pengakuan, atau perhatian teman.
3. Faktor risiko digital self-harm

Digital self-harm rupanya membawa dampak yang tidak bisa diremehkan. Menurut laman Web MD, perilaku ini bisa menjadi faktor risiko dari terjadinya beberapa hal negatif seperti:
- Depresi;
- Gangguan kecemasan;
- Prospek kerja yang buruk;
- Hasil pendidikan yang buruk;
- Eating disorder.
Ada banyak sekali dampak negatif digital self-harm, bahkan bisa menjadi beberapa gangguan kesehatan mental. Jadi, pastikan kita lebih waspada, terlebih jika kamu memiliki anak, saudara, atau keponakan yang masih remaja, dengan aktivitas internet yang tidak sehat.
4. Cara mencegah dan mengatasi digital self-harm

Jika kamu menemukan seseorang yang kamu kenal posting hal memalukan tentang dirinya secara online, kamu bisa mengambil tindakan untuk mencegah dan menghentikannya, sebagaimana cara berikut:
- Jika orang yang kamu kenal mengunggah postingan yang mempermalukan dirinya di akun anonim, blokir dan laporkan akun tersebut;
- Jika pelaku adalah orang terdekat usahakan untuk mengawasi aktivitas internetnya;
- Jika kamu adalah orangtua dari remaja atau anak usia di bawah 13 tahun usahakan batasi waktu mereka menggunakan internet;
- Menyediakan sumber daya untuk dukungan kesehatan mental, seperti terapi atau konseling dari seorang profesional berlisensi;
- Sediakan ruang yang aman untuk komunikasi terbuka, dan bicarakan dengan mereka tentang hal itu;
- Menciptakan sumber daya atau pilihan bagi teman sebaya untuk melaporkan; perilaku tersebut dan bentuk perlakuan buruk lainnya ke sekolah sehingga mereka dapat mencegah kerusakan diri menjadi lebih buruk;
- Ajarkan anak tentang sumber daya daring dan luring yang tersedia di tempat umum dan cara menghubungi mereka untuk kesehatan mental dan fisik.
Mem-bully diri sendiri atau digital self-harm, rupanya bisa berdampak negatif, ya! Melihat poin-poin di atas, nampaknya orangtua yang memiliki anak remaja perlu lebih memerhatikan anaknya, tidak hanya di kehidupan nyata tapi juga di dunia maya. Banyak risiko mengancam dalam bermedia sosial di usia remaja. Hal ini dikarenakan anak-anak remaja belum memiliki kontrol yang baik dan kemampuan berpikir jangka panjang yang masih perlu dilatih.