Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Barang Bekas Sebaiknya Didaur Ulang atau Disumbangkan?

ilustrasi decluttering
ilustrasi decluttering (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Barang yang masih bagus sebaiknya disumbangkan, sedangkan yang sudah rusak lebih baik didaur ulang.
  • Barang yang punya kenangan bisa diberikan ke orang lain, sedangkan yang tidak terpakai bisa diolah ulang jadi sesuatu yang baru.
  • Menyumbangkan barang memperpanjang umur pakainya, sedangkan mendaur ulang membantu mengurangi sampah dan menjaga Bumi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu pasti punya barang-barang di rumah yang gak pernah dipakai tapi masih nangkring di sudut lemari atau gudang. Mulai dari baju lama, panci penyok, sampai HP jadul yang entah kenapa masih disimpan. Kadang kita berpikir, “Sayang kalau dibuang, siapa tahu nanti kepakai.” Namun kenyataannya, barang-barang itu terus menumpuk dan bikin rumah makin penuh. Nah, di sinilah pentingnya tahu kapan sebuah barang sebaiknya didaur ulang, dan kapan lebih baik disumbangkan.

Gak semua barang bekas punya nasib yang sama. Ada yang bisa hidup lagi lewat daur ulang, tapi ada juga yang masih layak pakai dan bisa bikin orang lain bahagia. Menentukan pilihan ini gak cuma soal decluttering biar rumah kelihatan rapi, tapi juga bagian dari gaya hidup berkelanjutan. Yuk, kita bahas cara menentukan mana yang sebaiknya didaur ulang dan mana yang pantas disumbangkan, biar kamu gak bingung pas bersih-bersih rumah nanti!

1. Lihat kondisi barangnya

ilustrasi decluttering
ilustrasi decluttering (freepik.com/gpointstudio)

Langkah pertama sebelum memutuskan: cek kondisi barangnya. Kalau barang itu sudah rusak parah, sobek, karatan, atau gak bisa dipakai lagi tanpa perbaikan besar, kemungkinan besar lebih cocok untuk didaur ulang. Misalnya, panci gosong, baju yang bolong-bolong, atau peralatan elektronik yang mati total. Barang-barang seperti ini bisa diolah lagi jadi bahan mentah baru, jadi tetap punya nilai meski gak bisa dipakai langsung.

Namun, kalau barangnya masih berfungsi dengan baik, tapi kamu sudah gak butuh atau pengen ganti yang baru, nah itu calon kuat untuk disumbangkan. Misalnya, baju yang masih bagus tapi kekecilan, sepatu yang masih utuh tapi gak muat lagi, atau alat dapur yang masih bagus tapi jarang dipakai. Dengan menyumbangkan barang seperti itu, kamu bukan hanya mengurangi sampah, tapi juga membantu orang lain yang mungkin sedang membutuhkan.

2. Pikirkan nilai emosional dan fungsi

ilustrasi pakaian bekas
ilustrasi pakaian bekas (pexels.com/Lum3n)

Kadang barang gak rusak, tapi kita susah melepaskan karena ada nilai sentimentalnya. Misalnya, baju saat ospek kuliah atau hadiah dari seseorang yang spesial. Nah, barang dengan nilai emosional tinggi sebaiknya kamu pikir dua kali sebelum langsung didaur ulang. Bisa jadi barang itu lebih bermakna kalau disumbangkan ke orang yang benar-benar menghargainya, daripada hanya dijadikan bahan daur ulang.

Sebaliknya, barang yang sudah kehilangan fungsi aslinya bisa banget kamu “hidupkan” lagi lewat daur ulang kreatif. Misalnya, botol kaca bekas jadi vas bunga, kaus lama dijahit ulang jadi lap dapur, atau kardus bekas dijadikan tempat penyimpanan kabel. Ini cara seru untuk tetap ramah lingkungan tanpa harus beli barang baru.

3. Pertimbangkan dampak lingkungannya

ilustrasi donasi
ilustrasi donasi (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap barang punya “jejak ekologis”. Artinya, proses pembuatannya butuh energi, air, dan bahan mentah. Dengan daur ulang, kamu bantu menekan kebutuhan bahan baru. Barang berbahan logam, kaca, atau plastik keras umumnya lebih baik didaur ulang karena materialnya bisa diolah kembali tanpa banyak kehilangan kualitas.

Namun, untuk barang-barang seperti pakaian, buku, atau mainan anak, dampak positifnya lebih besar kalau disumbangkan. Barang-barang ini bisa memperpanjang umur pakainya, mengurangi konsumsi baru, dan bikin rantai kebermanfaatan lebih panjang. Intinya, pikirkan mana yang lebih bermanfaat untuk lingkungan: mengubah bentuknya jadi bahan mentah baru, atau memperpanjang hidupnya dengan memberi ke orang lain.

4. Jangan menyumbang barang "sampah”

ilustrasi decluttering
ilustrasi decluttering (pexels.com/RDNE Stock project)

Niat baik gak selalu berakhir baik kalau salah cara. Banyak lembaga sosial kewalahan menerima barang sumbangan yang sebetulnya sudah gak layak pakai. Jadi, sebelum disumbangkan, pastikan barang itu masih bersih, berfungsi, dan bisa langsung digunakan. Misalnya, baju gak sobek dan sudah dicuci, sepatu masih punya sol yang utuh, atau alat elektronik masih nyala. Kalau kamu sendiri gak mau pakai barang itu karena kondisinya parah, orang lain pun mungkin merasakan hal serupa.

Ingat, menyumbang itu bukan “cara halus” untuk buang barang. Jadi tetap selektif, ya. Kalau barang itu sudah gak bisa dipakai, lebih baik dibawa ke tempat daur ulang atau bank sampah yang menerima jenis material tersebut.

5. Gunakan prinsip 3R: reduce, reuse, recycle

ilustrasi tirai dari kain bekas
ilustrasi tirai dari kain bekas (unsplash.com/Thomas Park)

Sebelum sampai pada keputusan daur ulang atau donasi, coba terapkan prinsip dasar ini: reduce (kurangi pembelian baru), reuse (gunakan ulang), dan recycle (daur ulang jika gak bisa digunakan lagi). Dengan cara ini, kamu otomatis lebih bijak dalam memilah barang bekas. Barang yang bisa kamu reuse bisa jadi lebih hemat dan tetap berguna di rumah, sementara sisanya bisa disumbangkan atau diolah jadi barang baru yang bermanfaat.

Menentukan kapan barang bekas sebaiknya didaur ulang atau disumbangkan sebenarnya tentang keseimbangan antara fungsi, kondisi, dan nilai. Barang yang masih layak dan bisa bikin orang lain senang, lebih baik disumbangkan. Namun, kalau sudah rusak atau gak bisa diperbaiki, daur ulang jadi pilihan terbaik. Dengan begitu, kamu bukan cuma menjaga rumah tetap rapi, tapi juga ikut berkontribusi menjaga bumi dan membantu sesama. Win-win banget, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Zodiak yang Feed Medsos-nya Estetik padahal Hidup Aslinya Kacau

11 Nov 2025, 07:45 WIBLife