Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kebiasaan Boomer yang Ditinggalkan Milenial agar Bahagia

potret baby boomer bekerja
potret baby boomer bekerja (pexels.com/Vlada Karpovich)
Intinya sih...
  • Generasi milenial fokus pada hal-hal yang dapat dilakukan sekarang, menerima ketidakpastian sebagai bagian hidup, dan melepaskan hal di luar kendali untuk menghemat energi.
  • Milenial memandang kesalahan sebagai bagian dari proses belajar, menerima kekurangan, dan berusaha memperbaikinya tanpa menyalahkan diri sendiri.
  • Generasi milenial lebih fleksibel dalam memilih jalan hidup, fokus pada kebahagiaan pribadi, dan tidak menunda hal penting untuk diri sendiri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perbedaan zaman sering kali memengaruhi cara hidup dan kebiasaan setiap generasi. Seperti generasi baby boomer yang tumbuh dan lahir di era yang sangat berbeda dibandingkan generasi milenial yang lahir di tengah perkembangan teknologi digital. Nilai-nilai, gaya hidup, dan kebiasaan mereka pun kerap berseberangan, bahkan ada yang dianggap kurang relevan oleh generasi yang lebih muda. 

Hal inilah yang membuat banyak kebiasaan baby boomer atau yang dikenal dengan boomer perlahan ditinggalkan oleh milenial dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa kebiasaan boomer yang ditinggalkan milenial agar bahagia. Simak sampai habis artikel ini untuk mengetahui selengkapnya!

1. Terlalu khawatir terhadap hal-hal yang tidak dapat dikendalikan

potret seseorang khawatir
potret seseorang khawatir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bagi baby boomer, rasa khawatir sering dianggap sebagai cara untuk siap menghadapi masa depan. Mereka terbiasa memikirkan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di kemudian hari. Setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu, mereka akan mencoba mencari cara untuk mengantisipasinya. Padahal, tidak semua hal sebenarnya berada dalam kendali mereka.

Hal ini berbeda dengan generasi milenial yang cenderung fokus pada hal-hal yang bisa dilakukan sekarang. Milenial menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian alami dari hidup. Cara berpikir ini membuat mereka lebih tenang dan tidak mudah stres. Mereka percaya bahwa dengan melepaskan hal-hal di luar kendali, mereka bisa menghemat energi untuk hal yang benar-benar bermanfaat.

2. Menghakimi diri sendiri setelah melakukan kesalahan

potret seseorang kecewa, marah dan sedih
potret seseorang kecewa, marah dan sedih (pexels.com/Timur Weber)

Generasi baby boomer biasanya memiliki standar yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri. Jadi ketika melakukan kesalahan, mereka sering merasa bersalah dalam waktu yang lama, entah itu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Hal ini terjadi karena sejak kecil mereka dibesarkan dengan budaya disiplin yang ketat. Bahkan mereka tumbuh dengan tuntutan untuk selalu terlihat sempurna di mata orang lain.

Sedangkan generasi milenial memandang kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Bagi mereka, kesalahan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Mereka percaya bahwa menerima kekurangan dan berusaha memperbaikinya lebih sehat dibanding terus menyalahkan diri sendiri. Dengan cara ini, kesehatan mental generasi milenial bisa tetap terjaga dan langkah ke depan terasa lebih ringan tanpa beban rasa bersalah yang berlebihan.

3. Berpegang pada ekspektasi

ilustrasi boomer bekerja di kantoran
ilustrasi boomer bekerja di kantoran (pexels.com/cottonbro studio)

Generasi baby boomer biasanya menjalani hidup sesuai harapan masyarakat atau keluarga. Mereka cenderung mengikuti standar yang sudah dianggap benar, seperti menikah di usia tertentu, bekerja di bidang yang dianggap mapan, dan membentuk keluarga inti. Bagi generasi ini, menaati aturan tersebut adalah cara aman untuk meraih kehidupan yang stabil. Mereka percaya bahwa mengikuti jalur yang sudah ada akan membawa rasa aman dan keteraturan.

Sebaliknya, generasi milenial lebih fleksibel dalam memilih jalan hidup. Mereka berani keluar dari jalur tradisional jika itu membuat mereka merasa lebih bahagia. Milenial fokus pada kebahagiaan pribadi, bukan semata-mata memenuhi pandangan orang lain. Meskipun harus menghadapi kritik atau penilaian negatif, mereka tetap mengeksplorasi hidup sesuai minat dan tujuan yang mereka tentukan sendiri.

4. Menunda hal yang penting bagi diri sendiri

potret baby boomer sibuk bekerja
potret baby boomer sibuk bekerja (pexels.com/MART PRODUCTION)

Banyak orang dari generasi baby boomer terbiasa menunda hal-hal penting yang sebenarnya mereka inginkan. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari merasa belum waktunya hingga adanya prioritas lain yang harus dikerjakan. Misalnya, mereka sering berkata ingin lebih sering berolahraga, menghabiskan waktu bersama keluarga, atau mencoba hobi baru. Namun, rutinitas pekerjaan dan kewajiban sosial selalu menjadi alasan untuk menunda keinginan tersebut.

Sedangkan generasi milenial mulai meninggalkan kebiasaan ini dengan menyadari bahwa waktu adalah sumber daya yang tidak bisa diulang. Mereka memilih melakukan hal-hal yang sesuai dengan nilai dan keinginan pribadi sekarang ini. Jadwal dan aktivitas lain pun disesuaikan agar hal yang penting bisa terlaksana. Dengan pola pikir ini, generasi milenial merasa hidup lebih memuaskan dan menyadari bahwa kebahagiaan tidak perlu menunggu masa depan.

Generasi milenial memang hidup di zaman yang sangat berbeda dibandingkan baby boomer, sehingga kebiasaan lama banyak yang tidak lagi relevan. Meski begitu, bukan berarti semua nilai dari generasi sebelumnya diabaikan, ya. Melainkan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. 

Perubahan pola pikir ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak memiliki rumus tunggal yang berlaku untuk semua orang. Pada akhirnya, setiap generasi berhak menciptakan definisi bahagianya sendiri. So, apakah kamu setuju dengan kebiasaan boomer yang ditinggalkan milenial agar bahagia? Atau kamu juga sudah menerapkan hal ini di kehidupan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us