Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Kebiasaan Digital yang Diam-diam Merusak Kesehatan Mental, Hindari!

ilustrasi kecanduan scrolling sosial media (freepik.com/freepik)
ilustrasi kecanduan scrolling sosial media (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Scroll media sosial tanpa tujuan bisa memicu kecemasan dan rasa tidak cukup, sebaiknya cari aktivitas lain yang lebih mindful.
  • Membandingkan diri dengan unggahan orang lain bisa memicu rasa cemas, iri, atau minder, fokus pada jalanmu sendiri dan apresiasi setiap langkah kecil yang sudah kamu ambil.
  • Selalu merasa harus membalas pesan secepatnya bisa membuat kamu kelelahan secara emosional, beri ruang untuk napas dan tenang tanpa notifikasi yang terus berdatangan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di era serba digital seperti sekarang, hidup kita tidak bisa lepas dari layar—entah itu ponsel, laptop, atau tablet. Teknologi memang membawa banyak kemudahan, tapi di balik kenyamanan itu, ada dampak yang tidak selalu terlihat. Kadang, kita menjalani rutinitas digital tanpa sadar bahwa itu bisa memengaruhi kondisi psikologis kita. Dan sayangnya, kebiasaan kecil yang kita anggap sepele bisa menumpuk dan mengganggu kesehatan mental.

Bukan berarti kamu harus sepenuhnya menjauh dari dunia digital. Tapi penting banget untuk mengenali mana kebiasaan yang sehat, dan mana yang justru menyedot energi mentalmu pelan-pelan. Dengan lebih sadar dalam bersikap dan berinteraksi di dunia digital, kamu bisa menjaga pikiran tetap jernih dan hati lebih tenang. Yuk, kenali tujuh kebiasaan digital yang diam-diam bisa merusak kesehatan mentalmu.

1. Scroll media sosial tanpa tujuan

ilustrasi scrolling sosial media (freepik.com/freepik)
ilustrasi scrolling sosial media (freepik.com/freepik)

Pernah nggak sih, kamu cuma mau buka Instagram lima menit, tapi tahu-tahu udah satu jam lewat? Scroll tanpa tujuan ini sering bikin kita merasa lelah secara mental, walau fisik nggak ngapa-ngapain. Otak jadi terus-menerus terpapar informasi dan perbandingan yang bisa memicu kecemasan atau rasa tidak cukup. Padahal awalnya cuma iseng buka, tapi efeknya bisa panjang.

Coba sesekali berhenti dan tanya ke diri sendiri: “Kenapa aku buka ini?” Kalau memang cuma buat mengisi waktu kosong, sebaiknya cari aktivitas lain yang lebih mindful. Nonton langit sore atau jalan sebentar bisa lebih menenangkan pikiranmu. Ingat, istirahat dari layar bukan berarti kamu ketinggalan apa-apa.

2. Membandingkan diri dengan unggahan orang lain

ilustrasi berpikir di depan ponsel (freepik.com/benzoix)
ilustrasi berpikir di depan ponsel (freepik.com/benzoix)

Melihat teman yang baru liburan, beli mobil baru, atau sukses di usia muda kadang bikin kita merasa hidup sendiri gitu-gitu aja. Tanpa sadar, kamu mulai membandingkan pencapaianmu dengan standar orang lain yang belum tentu kamu butuhkan. Ini bisa memicu rasa cemas, iri, atau bahkan minder, padahal kamu juga sedang berproses.

Ingat bahwa media sosial hanya menampilkan potongan terbaik dari hidup orang lain. Kamu nggak tahu apa yang mereka lalui di balik layar. Fokus saja pada jalanmu sendiri dan apresiasi setiap langkah kecil yang sudah kamu ambil. Hidup bukan perlombaan, dan kamu tidak harus selalu terlihat hebat setiap saat.

3. Selalu merasa harus membalas pesan secepatnya

ilustrasi bingung di depan ponsel (freepik.com/freepik)
ilustrasi bingung di depan ponsel (freepik.com/freepik)

Punya kebiasaan langsung panik kalau belum sempat balas chat? Perasaan harus selalu responsif bisa bikin kamu kelelahan secara emosional. Apalagi kalau kamu merasa bersalah atau takut dianggap tidak sopan hanya karena tidak membalas dalam lima menit. Padahal kamu juga berhak punya waktu untuk dirimu sendiri.

Komunikasi yang sehat juga butuh jeda. Kamu tidak harus selalu siaga 24/7 di dunia digital. Beri ruang untuk napas dan tenang tanpa notifikasi yang terus berdatangan. Orang yang peduli akan mengerti kalau kamu butuh waktu sebelum merespons.

4. Konsumsi berita secara berlebihan

ilustrasi scrolling sosial media (freepik.com/stockking)
ilustrasi scrolling sosial media (freepik.com/stockking)

Update informasi itu penting, tapi kalau setiap jam kamu cek berita—terutama yang isinya negatif—itu bisa membuat kamu stres. Paparan berlebihan terhadap berita buruk bisa membuat pikiran kamu jadi penuh rasa cemas dan tidak berdaya. Otak kamu seperti tidak sempat memproses satu hal sebelum ditimpa berita lainnya.

Lebih bijak kalau kamu membatasi waktu untuk membaca atau menonton berita. Pilih sumber yang bisa dipercaya dan hindari berita yang sensasional. Jaga isi kepalamu agar tetap seimbang antara informasi dan ketenangan. Kamu nggak perlu tahu semua hal untuk tetap jadi versi terbaik dari dirimu.

5. Terlalu banyak grup atau notifikasi

ilustrasi bingung di depan ponsel (freepik.com/8photo)
ilustrasi bingung di depan ponsel (freepik.com/8photo)

Grup WhatsApp kantor, keluarga, komunitas, sampai alumni—semuanya aktif dan rame setiap hari. Notifikasi yang terus berdatangan bisa membuat otakmu sulit fokus dan mudah lelah. Bahkan, saat kamu tidak sedang membuka aplikasi pun, kamu merasa seperti “harus siap” untuk merespons.

Solusinya? Kurasi grup dan notifikasi sesuai prioritas. Kamu boleh kok mute grup yang tidak terlalu penting untuk sementara. Kesehatan mentalmu jauh lebih berharga dibanding sekadar update obrolan yang sebenarnya bisa dibaca nanti. Ingat, kamu tidak wajib selalu tersedia untuk semua orang.

6. Tidak memberi batas waktu pakai gadget

ilustrasi mencermati pesan (freepik.com/DC studio)
ilustrasi mencermati pesan (freepik.com/DC studio)

Tiba-tiba sadar sudah tengah malam padahal cuma mau scroll TikTok sebentar? Tanpa batas waktu yang jelas, kamu bisa kehilangan jam tidur dan merasa kelelahan keesokan harinya. Selain fisik yang terkuras, mental pun bisa ikut drop karena pola tidur yang berantakan.

Mulai sekarang, coba tetapkan jam offline harian untuk dirimu sendiri. Misalnya, satu jam sebelum tidur gadget dimatikan, dan diganti dengan rutinitas yang menenangkan. Memberi waktu istirahat bagi otak sama pentingnya dengan tidur untuk tubuhmu. Disiplin kecil seperti ini bisa berdampak besar buat kesehatan mental jangka panjang.

7. Terlalu tergantung pada validasi digital

ilustrasi terkejut membaca pesan (freepik.com/benzoix)
ilustrasi terkejut membaca pesan (freepik.com/benzoix)

Rasanya puas banget saat unggahan kamu dapat banyak like, komen positif, atau followers baru. Tapi kalau kamu mulai merasa nilai dirimu tergantung dari interaksi digital, itu jadi alarm bahaya. Ketergantungan pada validasi eksternal bisa membuatmu kehilangan rasa percaya diri yang sebenarnya.

Kamu tidak harus selalu tampil sempurna agar bisa diterima. Fokuslah pada nilai-nilai yang lebih autentik dari dalam diri, bukan dari algoritma atau statistik digital. Media sosial hanyalah bagian kecil dari hidupmu, bukan ukuran utamanya. Kamu sudah cukup, bahkan tanpa harus membuktikannya ke siapa pun.

Kesehatan mental adalah aset penting yang perlu dijaga, apalagi di tengah derasnya arus digital saat ini. Sering kali, kita tidak sadar bahwa kebiasaan kecil yang kita anggap “biasa saja” justru menyedot energi mental perlahan-lahan. Mulai dari sekarang, cobalah untuk lebih jujur dengan dirimu sendiri. Evaluasi kembali pola digital yang kamu jalani setiap hari.

Dengan mengenali dan mengubah kebiasaan yang kurang sehat, kamu bisa menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan dunia digital. Hidup akan terasa lebih ringan saat kamu tidak terus-menerus terbebani oleh ekspektasi online. Karena pada akhirnya, yang paling penting bukan seberapa aktif kamu di dunia maya, tapi seberapa damai kamu dalam dunia nyata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us