Kenapa Sebagian Orang Menggemari Sound Horeg?

- Sound horeg berbeda dengan musik keras di venue hiburan umumnya
- Orang tertarik pada suara keras karena bisnis, kohesi sosial, dan efek psikis
- Suara keras dapat membantu melupakan pikiran disruptif dan menciptakan identitas keren
Sound horeg alias sistem audio raksasa jadi fenomena budaya yang membagi masyarakat jadi dua kubu, penggemar dan pembenci. Membencinya adalah hal wajar, mengingat volume suaranya cukup mengganggu, bahkan destruktif, karena bisa melebihi batas volume yang disarankan untuk telinga manusia normal.
Masalahnya, eksposur berlebih terhadap suara keras itu dianggap kenikmatan tersendiri buat sebagian orang. Kenapa sebagian orang bisa menggemari suara keras yang dihasilkan sound horeg? Berikut beberapa penjelasan ilmiahnya.
1. Beda sound horeg dengan musik keras di venue hiburan pada umumnya

Musik yang disetel keras-keras sebenarnya cukup umum di berbagai venue hiburan. Bar/diskotek, konser, bioskop adalah beberapa tempat yang memungkinkamu terekspos musik keras. Namun, menurut Petrescu dalam tulisan berjudul ‘Loud Music Listening’ di McGill Journal of Medicine, volume musik di tempat-tempat yang disebut tadi berada di kisaran 90-110 dB. Volume itu meski masih masuk batas aman, sebenarnya tidak ideal untuk didengar terlalu sering atau dalam jangka panjang.
Terbukti sudah banyak orang yang mengidap gangguan pendengaran, bahkan kehilangan pendengaran permanen, karena eksposur suara keras bertahun-tahun. Biasanya, profesi adalah alasannya. Bahkan di Amerika Serikat dan Uni Eropa, eksposur terhadap suara keras diatur dalam regulasi resmi untuk melindungi pekerja dari risiko gangguan pendengaran.
Venue hiburan yang disebut tadi juga umumnya terisolasi (terlindung peredam) atau diadakan di tempat yang jauh dari pemukiman. Ini yang membedakan mereka dengan sound horeg. Sistem audio raksasa yang dipermasalahkan di negeri ini biasanya dinyalakan di lokasi terbuka (tanpa peredam) dan dekat dengan pemukiman warga, bahkan relatif padat penduduk. Apalagi volume suara sound horeg menurut beberapa sumber bisa mencapai lebih dari 130 dB.
2. Kenapa orang bisa tertarik pada suara keras?

Sebuah penelitian menarik pernah dilakukan Welch dan Fremaux dari University of Auckland, Selandia Baru, dan dipublikasikan dalam jurnal Seminars in Hearing dengan judul ‘Understanding Why People Enjoy Loud Sound’ pada 2017. Kedua peneliti ini menemukan beberapa alasan menarik dari penelitian mereka di klub malam/bar/diskotek dan berbagai tempat hiburan lain.
Di lokasi hiburan malam, suara keras dinyalakan dengan tujuan-tujuan bisnis, seperti menjangkau banyak orang di satu ruangan besar, mengeset suasana yang penuh semangat dan kesenangan (memastikan pengunjung betah), meningkatkan intimasi (terutama bila musik itu dikombinasi dengan produk-produk yang biasa diakses di klub malam seperti miras dan narkotika), hingga mengurangi risiko konflik (suara keras bisa menghambat interaksi tak perlu). Di beberapa acara lain, seperti kampanye politik dan konser, musik keras berpotensi membentuk kohesi sosial (rasa tak sendiri, sensasi kebersamaan, dan senasib sepenanggungan).
3. Suara keras punya efek terhadap psikis seseorang

Welch dan Fremaux juga menemukan korelasi musik keras dengan psikis manusia. Pertama, musik keras bisa membantu seseorang melupakan pikiran-pikiran disruptif dalam dirinya. Musik yang disetel keras-keras bisa membawa seseorang terbang ke sebuah ruang yang jauh dari realitas hidupnya.
Kedua, musik keras bisa menciptakan identitas tertentu yang mereka klaim keren. Bisa berkaitan dengan selera musik, tetapi juga kualitas-kualitas tertentu, seperti bergeming saat mendengar suara keras sampai kesan berani dan tak terkalahkan. Efek-efek ini mungkin yang ditemukan penggemar sound horeg.
Dari penjelasan ilmiah di atas, terjawab sebenarnya kenapa sebagian orang suka mendengar musik keras-keras, seperti sound horeg. Namun, perlu digarisbawahi bahwa terlepas dari klaim “keren” dan kenikmatan yang dirasakan penggemar sound horeg, ada efek jangka panjang yang wajib diperhatikan.