Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Less is Better Effect, Fenomena Lebih Memilih Hal yang Kurang

ilustrasi bekerja (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Pernahkah kamu merasa lebih tertarik pada sesuatu hanya karena disajikan secara terpisah? Nah, fenomena psikologis ini disebut Less is Better effect. Fenomena ini menunjukkan bahwa orang terkadang lebih memilih sesuatu yang kurang, ketika opsi disajikan secara terpisah.

Efek ini mungkin terdengar aneh, tapi efek ini memiliki pengaruh besar pada berbagai aspek kehidupan kita, mulai dari memilih hadiah hingga menilai tawaran pekerjaan. Penasaran bagaimana cara kerjanya? Yuk simak lima fakta menarik tentang Less is Better effect berikut ini!

1. Less is Better effect menampilkan preferensi yang berubah-ubah

ilustrasi memilih (pexels.com/Liza Summer)

Ketika dua opsi dibandingkan secara terpisah, orang cenderung memilih opsi yang sebenarnya lebih buruk. Misalnya, seseorang mungkin menganggap hadiah buku seharga $35 lebih berharga daripada jaket seharga $45, hanya karena buku tersebut disajikan sebagai hadiah terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa persepsi nilai bisa sangat dipengaruhi oleh konteks presentasi, bukan hanya nilai intrinsik barang itu sendiri.

Preferensi ini juga dapat berubah ketika opsi yang sama disajikan bersamaan. Dalam situasi seperti ini, orang cenderung memilih opsi yang lebih baik ketika mereka dapat membandingkannya secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa cara kita mengevaluasi opsi bisa sangat berbeda tergantung pada bagaimana opsi tersebut disajikan kepada kita.

2. Less is Better effect mengungkapkan evaluasi yang tidak konsisten

ilustrasi memilih (pexels.com/Alexandra Maria)

Less is Better effect menggambarkan bagaimana evaluasi kita bisa berubah tergantung pada konteks presentasi. Sebuah studi menemukan bahwa orang bersedia membayar lebih untuk es krim yang disajikan dalam cangkir kecil yang penuh daripada cangkir besar yang tidak penuh, meskipun jumlah es krimnya lebih sedikit. Ini menunjukkan bahwa kita sering kali menilai berdasarkan apa yang kita lihat pertama kali, bukan berdasarkan apa yang sebenarnya kita dapatkan.

Evaluasi yang tidak konsisten ini juga terjadi dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam memilih hadiah, kita mungkin lebih menghargai sesuatu yang tampak lebih ‘penuh’ atau ‘lengkap’, meskipun secara objektif kurang berharga. Ini menunjukkan pentingnya memahami bagaimana bias kognitif kita bekerja dalam berbagai situasi.

3. Less is Better effect memengaruhi persepsi nilai

ilustrasi memilih (pexels.com/Andres Ayrton)

Efek ini juga mempengaruhi bagaimana kita memandang nilai suatu barang. Dalam konteks pemasaran, hal ini bisa dimanfaatkan untuk membuat konsumen merasa mereka mendapatkan nilai lebih, meskipun kenyataannya mereka mungkin membayar lebih untuk kualitas yang lebih rendah. Pemasar dapat menggunakan efek ini untuk mempengaruhi persepsi konsumen tentang nilai produk mereka.

Selain itu, persepsi nilai ini tidak hanya terbatas pada harga atau kualitas, tetapi juga pada bagaimana sesuatu itu disajikan. Produk yang disajikan dengan cara yang membuatnya tampak eksklusif atau langka bisa dianggap lebih berharga, bahkan jika tidak ada perbedaan nyata dalam kualitas atau fungsi.

4. Less is Better effect berdampak pada keputusan sehari-hari

ilustrasi memilih (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dari memilih hadiah hingga menilai penawaran pekerjaan, Less is Better effect dapat mempengaruhi berbagai keputusan dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya, atlet yang memenangkan medali perak seringkali merasa kurang bahagia dibandingkan mereka yang memenangkan medali perunggu, karena perak membuat mereka merasa ‘hampir’ mendapatkan emas. Ini menunjukkan bahwa kita sering kali menilai berdasarkan perbandingan relatif, bukan nilai absolut.

Keputusan ini juga dapat mempengaruhi bagaimana kita menilai penawaran pekerjaan atau promosi. Kita mungkin lebih menghargai penawaran yang tampak lebih eksklusif atau langka, meskipun secara objektif kurang menguntungkan. Ini menunjukkan bahwa Less is Better effect dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan profesional kita.

5. Less is Better effect memiliki implikasi sistemik

ilustrasi memilih (pexels.com/Gustavo Fring)

Dalam skala yang lebih besar, Less is Better effect dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang lebih kompleks, seperti dalam proses perekrutan atau penentuan harga produk. Hal ini menunjukkan pentingnya memahami bagaimana bias kognitif kita bekerja dalam berbagai situasi.

Pemahaman ini juga penting dalam konteks sosial dan ekonomi yang lebih luas. Misalnya, dalam politik, Less is Better effect dapat mempengaruhi bagaimana kita menilai kandidat atau kebijakan. Ini menunjukkan bahwa efek ini tidak hanya mempengaruhi keputusan individu, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi yang lebih luas bagi masyarakat.

Jadi, lain kali kamu dihadapkan dengan pilihan, coba pertimbangkan apakah kamu sedang terpengaruh oleh Less is Better effect. Bandingkan semua opsi secara bersamaan dan pertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan. Ingat, lebih sedikit tidak selalu lebih baik!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us