#MahakaryaAyahIbu: Filosofi Hidup Seorang Lebah

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Dunia itu hanya tempat persinggahan, lebih tepatnya tempat mengumpulkan perbekalan untuk dinikmati hasilnya kelak di tempat tinggal yang kekal. Dunia terkadang membuatku menangis, tapi dunia juga yang memberiku ruang untuk membuat ibu dan ayah tersenyum. Mereka selalu mengajariku tentang bagaimana memaknai kehidupan. Aku ingin kepribadianku menjadi mahakarya yang kokoh tak tertandingi untuk ayah dan ibu yang sudah bekerja keras mendidikku dan menyayangiku dengan setulus hati.
Ayah mendidikku dengan penuh kedisiplinan sengkan ibu mendidikku dengan kelembutan. Namun, dalam mendidikku mereka selalu bekerjasama untuk menerapkan filosofi lebah dalam mengajarkan kehidupan padaku. Jika aku melupakan hal itu ayah selalu berkata “Kamu berkhianat pada namamu sendiri, Nak!” ucap ayah dengan tegas. Kata-kata itu selalu terngiang dalam telinga dan pikiranku. Karena jelas namaku dari sejak di lahirkan adalah Annahlah yang berati lebah perempuan. Dan ibu selalu bilang padaku, bahwa lebah hanya memakan sari bunga. Itu berarti aku boleh makan atau membeli apapun yang aku mau, dengan syarat hal itu harus halalan thoyiban dan penuhi semua kebutuhamu dengan cara yang baik pula agar tubuhmu dapat memberikan manfaat untukmu.
Tiada yang dihasilkan lebah kecuali madu. Ayah bilang, hidupmu harus senantiasa memberikan manfaat di manapun kamu berada. Jadikan semua nafasmu, pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu, keringatmu dan seluruh tindakanmu bukan hanya memberi kebahagiaan untukmu namun juga memberi kebahagiaan untuk orang lain. Pastikan sebelum kamu bertindak, sisi positif dan negative dari 2 sudut pandang, yaitu dirimu dan juga orang lain. Jika lebih besar manfaat maka lakukan dan tinggalkan tanpa ragu jika meberikan kerugian untuk orang lain. Dengan begitu kesia-siaan takkan ada dalam kamus kehidupanmu.
Selain itu ibu selalu berkata, dalam menjalani kehidupan kamu harus seperti halnya lebah ketika membangun sarang, agar apa yang kamu hasilkan kelak di akhir kehidupanmu adalah yang terbaik. Dalam menjalankannya kamu harus memiliki keikhlasan dan kesabaran. Karena kedua hal tersebut yang dapat membimbingmu untuk berada lurus dalam tujuan hidup yang dapat menyelamatkanmu. Hentikan jika pemikiranmu tak sealur dengan suara hatimu. Selaraskan tujuan dari seluruh anggota tubuhmu, bentuklah kerjasama yang baik dalam tubuhmu sebelum kamu melangkah.
Kehidupan ini sesungguhnya ringan dilalui apabila kamu tak menyombongkan diri. Dunia hanya menuntutmu untuk berusaha, buatlah rencana yang baik agar hidupmu terarah, buatlah banyak harapan, seringlah panjatkan do’a dan berprasangka baiklah tentang apa yang akan terjadi dalam hidupmu, karena prasangka merupakan salahsatu referensi yang akan menentukan apa yang paling layak diberikan untukmu. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau, yang jelas tindakanmu itu harus memberikan kebahagiaan untukmu dan orang di sekitarmu.
Ibu benar-benar menanamkan kasih sayang dalam setiap nafasnya untukku, ibu bilang tidak ada orang yang di ciptakan dengan kejahatan , semuanya terlahir suci dan semuanya terlahir dengan hati nurani. Ibu mengajariku untuk selalu memberikan kasih sayang kepada siapapun, terutama kepada orang yang mulai mengotori hatiku. Karena kasih sayang merupakan kunci untuk meluluhkan hati agar tetap istiqomah dengan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan yang kenyataannya tak jarang berasa menyakitkan, membingungkan, menyebalkan, bahkan menggemaskan.
Kamu harus bisa saling melindungi dengan sesama manusia, tanaman dan hewan sebagai sesame makhluk yang membutuhkan kassih sayang seperti halnya lebah yang saling melindungi. Kamu tak perlu lihat kepada siapa kamu berbuat baik, dan tak perlu kamu pikirkan apa yang dapat mereka berikan, namun kamu harus selalu ingat apa yang bisa kamu lakukan untuk mereka dengan waktu dan hal yang kamu miliki saat ini.
Dan Ibu dan ayah selalu mengingatkanku berulangkali mengenai hal ini setiap malam sebelum tidur dan setiap pagi sebelum aku beraktivitas mengenai caraku dalam mengendalikan pemikiran dan hatiku. Mereka bilang, kamu harus belajar dari kemarahan lebah, karena ketika lebah diganggu dia akan menyengat musuhnya dengan resiko kehilangan nyawa, karena dengan menyengat musuhnya itu dia akan membuka racun yang ada didalam tubuhnya.
Hal ini adalah point terpenting yang harus kamu ingat, begitu kata ayah. Karena titik ini yang harus kamu hindari. kamu harus bisa menunjukkan bahwa seekor lebah dan seorang lebah itu berbeda. Meski kamu memiliki hawa nafsu, tapi kamu harus dapat mengendalikan hatimu agar tidak terkotori oleh iri, dengki, sombong ataupun penyakit hati lainnya. Sehingga seluruh misi kebaikan dalam hidupmu dapat lebih mudah untuk kamu jalankan sehingga dapat mencapai mahakarya kehidupan yang penuh manfaat dan visi yang kokoh tak tertandingi terkhusus untuk keluarga dan negerimu.



















