Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kekeliruan ketika Menenangkan Diri dari Masalah

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/cottonbro)

Tidak semua masalah kehidupan dapat diselesaikan seketika itu juga. Terkadang kamu butuh menenangkan diri terlebih dahulu agar mampu memikirkan solusi terbaiknya. Ini lebih bagus daripada kamu bertindak didorong emosi belaka.

Namun, jangan pula asal-asalan dalam upayamu menenangkan diri. Hindari bikin panik orang lain atau justru menimbulkan kesan bahwa kamu pribadi yang tidak bertanggung jawab. Berikut cara keliru menenangkan diri yang harus dijauhi.

1. Melarikan diri dari masalah, tidak berniat menyelesaikannya

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Владимир Васильев)
ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Владимир Васильев)

Sebelum kamu mengambil jeda atau pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri, ingat bahwa masih ada PR untukmu. Yaitu, menyelesaikan masalah tersebut setelah kamu merasa lebih tenang.

Jika kamu menyamakan menenangkan diri dengan kabur dari persoalan yang seharusnya dihadapi, ketenangan justru tak akan diperoleh. Citramu di mata orang yang punya masalah denganmu pun menjadi amat buruk.

2. Asal kabur meninggalkan rumah dan bikin keluarga cemas

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Eman Genatilan)
ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Eman Genatilan)

Untuk mencapai ketenangan yang sempurna, kamu barangkali perlu pergi ke suatu tempat. Tidak apa-apa asalkan kamu sudah memberi tahu keluarga. Berapa pun usiamu kini, keluarga bakal cemas bila kamu menghilang.

Jangan sampai tahu-tahu mereka melapor ke polisi karena berpikir kamu dibawa kabur penjahat. Sekadar pamit pada keluarga bukan berarti kamu masih anak-anak atau remaja, kok. Orang dewasa pun tidak sepantasnya main kabur saja.

3. Membuat dirimu terlalu sulit dihubungi bahkan untuk hal-hal penting

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu memang tengah menghadapi suatu masalah. Akan tetapi, apakah seluruh hal dalam hidupmu cuma tentang masalah itu? Tentunya kamu juga punya banyak peran serta urusan lain, kan? Pekerjaan, misalnya.

Ketika kamu butuh menenangkan diri dari persoalanmu dengan pasangan, jangan sampai kantor kesulitan menghubungimu guna keperluan pekerjaan. Kamu mungkin butuh rehat dari peranmu sebagai pasangan seseorang, tapi peranmu yang lain wajib tetap berjalan.

4. Pergi terlalu jauh dan berbiaya tinggi padahal masalahnya sepele

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Vanessa Garcia)
ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Vanessa Garcia)

Terlalu banyak masalah di dunia ini. Sepanjang usia kamu akan menghadapinya. Kalau sedikit-sedikit kamu pergi jauh dan mengeluarkan banyak uang cuma buat menenangkan diri, bisa-bisa kamu bangkrut. 

Dari waktu ke waktu, belajarlah menenangkan diri dengan cara yang makin sederhana. Seperti semula harus pergi jauh dan makan makanan mahal menjadi cukup lebih banyak di kamar untuk beberapa hari. Lama-kelamaan kamu dapat menenangkan diri hanya dengan menikmati secangkir teh.

5. Menyuburkan pikiran negatif pada seseorang sehingga kian benci

ilustrasi raut kesal (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi raut kesal (pexels.com/Mikhail Nilov)

Hati-hati dengan isi pikiranmu selama usaha menenangkan diri. Seharusnya, dalam masa ini kamu mencoba melihat suatu persoalan dari semua sisi. Termasuk, sudut pandang orang lain yang berbeda darimu.

Bukan malah hanya kian membenarkan diri sendiri dan terus mencari cela dari pandangan atau sikap orang lain. Apabila ini yang dilakukan, kamu pasti tambah merasa paling benar dan membenci orang yang bermasalah denganmu.

Baik buruknya hasil dari menenangkan diri tergantung dari caramu dalam melakukannya. Jauhi sikap-sikap di atas yang hanya menunjukkan betapa belum dewasanya dirimu. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us