Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Kita Sering Menangis saat Bahagia? Ini 5 Jawabannya

ilustrasi happy tears (pexels.com/George Chambers)
Intinya sih...
  • Otak kewalahan memproses emosi yang terlalu intensMenangis saat bahagia terjadi karena otak kamu mengalami semacam overload emosi. Ketika perasaan jadi terlalu kuat, entah itu bahagia atau sedih, otak kadang gak bisa langsung memilah semuanya dengan rapi.
  • Air mata bantu tubuh kembali ke kondisi seimbangMenangis bukan hanya reaksi emosional, tapi juga biologis. Saat kamu merasakan emosi yang kuat, tubuh otomatis mengalami lonjakan adrenalin. Nah, menangis membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatik.
  • Ada konflik emosi dalam satu momenMenangis karena bahagia sering kali bukan hanya soal perasa

Air mata sering dianggap sebagai tanda kesedihan atau rasa sakit. Tapi anehnya, kamu mungkin pernah menangis justru saat sedang bahagia banget. Entah itu di hari pernikahan, saat menyambut kelahiran anak, ketemu sahabat lama, atau pas lihat seseorang menang lomba, semuanya bisa bikin kamu terharu sampai keluar air mata.

Kalau dipikir-pikir, menangis karena senang terdengar agak kontradiktif, ya. Tapi ternyata, di balik fenomena ini, otak kamu sedang bekerja keras memproses perasaan yang terlalu kuat. Gak cuma soal bahagia, tapi ada campuran emosi yang lebih kompleks.

Nah, kalau kamu penasaran kenapa bisa sampai nangis saat lagi senang-senangnya, yuk simak penjelasan ilmiahnya berikut ini!

1. Otak kewalahan memproses emosi yang terlalu intens

ilustrasi organ otak (vecteezy.com/sasirin pamai)

Menangis saat bahagia terjadi karena otak kamu mengalami semacam overload emosi. Ketika perasaan jadi terlalu kuat, entah itu bahagia atau sedih, otak kadang gak bisa langsung memilah semuanya dengan rapi.

Respons menangis muncul ketika sistem limbik (bagian otak yang memproses emosi dan memori), teraktivasi secara intens. Dalam sistem ini, amigdala bertugas sebagai “alarm emosi” yang memicu reaksi fisik, termasuk produksi air mata.

Jadi walau emosinya positif, otak kamu tetap menganggapnya sebagai sinyal besar yang harus direspons. Caranya? Ya, lewat menangis.

2. Air mata bantu tubuh kembali ke kondisi seimbang

ilustrasi happy tears (pexels.com/Jonas Wilson)

Menangis bukan hanya reaksi emosional, tapi juga biologis. Saat kamu merasakan emosi yang kuat, tubuh otomatis mengalami lonjakan adrenalin. Nah, menangis membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatik (bagian tubuh yang bertugas menenangkan dan memperlambat detak jantung).

Penjelasan ini dikenal sebagai emotional homeostasis, atau cara tubuh mengembalikan keseimbangan setelah “diguncang” perasaan. Jadi setelah euforia tinggi, tubuhmu butuh waktu buat reset, dan tangisan adalah bagian dari proses itu.

3. Ada konflik emosi dalam satu momen

ilustrasi lulus kuliah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Menangis karena bahagia sering kali bukan hanya soal perasaan senang, tapi campuran dari berbagai emosi sekaligus. Misalnya, saat melihat adikmu lulus kuliah, kamu merasa bangga, senang, terharu, tapi juga sedikit sedih karena teringat perjuangannya selama ini.

Fenomena ini disebut dual-valence response, yaitu kondisi ketika kamu merasakan dua emosi berbeda dalam satu waktu. Otak kamu mengaktifkan area seperti anterior cingulate cortex untuk mengelola konflik emosi ini. Karena terlalu kompleks, reaksi yang muncul akhirnya berupa tangisan.

4. Kenangan masa lalu ikut terlibat

ilustrasi lembur (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi lembur (pexels.com/Yan Krukau)

Kadang, momen bahagia bisa secara tak langsung membangkitkan kenangan lama, terutama kenangan tentang perjuangan, kehilangan, atau rindu. Misalnya, kamu menangis saat akhirnya berhasil meraih mimpi, karena itu mengingatkan kamu pada masa-masa sulit yang sudah dilewati.

Bagian otak bernama hippocampus yang memproses memori pribadi ikut aktif dalam momen seperti ini. Makanya, perasaan bahagia bisa “tercampur” dengan nostalgia, dan hasilnya: air mata haru.

5. Tangisan memperkuat hubungan sosial

ilustrasi happy tears (pexels.com/sagar sintan)

Menangis saat bahagia ternyata juga punya fungsi sosial. Air mata gak hanya jadi ekspresi personal, tapi juga sinyal non-verbal yang menunjukkan betapa penting dan dalamnya momen yang kamu alami.

Ilmuwan percaya bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang bisa menangis karena emosi. Dalam konteks sosial, tangisan bisa menunjukkan ketulusan, kerentanan, dan kedalaman perasaan.

Ini bikin orang lain lebih mudah merespons kamu dengan empati atau dukungan. Makanya, gak jarang orang di sekitarmu juga ikut nangis saat kamu menangis bahagia, karena tangisan itu mengundang rasa kebersamaan.

Menangis saat bahagia bukanlah tanda kelemahan atau “baper berlebihan”. Justru sebaliknya, itu bukti kalau otak dan tubuhmu sedang bekerja keras memproses momen yang sangat berarti. Dari kerja sistem limbik, lonjakan hormon, sampai kenangan lama yang muncul tiba-tiba, semua itu membuat air mata jadi bentuk ekspresi yang paling jujur.

Jadi kalau suatu hari kamu nangis karena terlalu bahagia, nikmati aja. Itu tandanya kamu sedang ada di momen berharga yang bakal kamu ingat seumur hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us