5 Alasan Kenapa Orang Cemerlang Justru Gak Jadi Orang Besar
.jpg)
- Orang cemerlang terhambat jadi 'orang besar' karena berusaha membahagiakan semua orang, mengejar prestasi tanpa alasan yang jelas, dan menolak bantuan orang lain.
- Mereka juga terjebak di zona nyaman dan gak mau mencoba sesuatu yang dianggap 'kurang bagus' karena terlalu terbiasa menjadi yang terbaik.
- Kenyataannya, keberhasilan sejati bukan soal bertahan di titik yang nyaman, tapi terus bergerak menuju versi terbaik dari diri sendiri.
Banyak faktor yang memengaruhi kesuksesan seseorang. Bisa karena kemampuan, kedisiplinan, atau bahkan keberuntungan. Orang-orang yang terlahir cemerlang sering kali bikin iri. Seolah mereka selalu berhasil tanpa harus melakukan banyak usaha. Kamu yang belajar semalaman tetap kalah jago sama mereka yang cuma belajar sejam. Meskipun begitu, gak semua orang cemerlang berakhir jadi ‘seseorang’. Kadang kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa seseorang yang kamu kenal pintar dan berprestasi justru gak jadi siapa-siapa.
Impian setiap orang memang berbeda-beda, sederhana menurut kamu bisa jadi luar biasa untuk mereka. Tapi, ketika orang cemerlang itu sendiri merasa kecewa atau tidak puas dengan hidupnya, pertanyaanmu menjadi valid: Apa yang menghambat mereka untuk berkembang, padahal mereka jago dalam segala hal? Gak sedikit orang yang terlihat cemerlang atau punya potensi besar justru kesulitan untuk berkembang. Bukan selalu karena kurang beruntung atau malas berusaha. Berikut ini lima alasan yang sering jadi penghambat utama kenapa orang cemerlang justru gak jadi ‘orang besar’.
1. Berusaha membahagiakan semua orang

Di skenario, potensi justru datang sebagai petaka. Membuat orang lain berharap dan berekspektasi berlebihan karena kemampuan mereka. Menjadi beban tak terlihat yang bikin mereka gak bisa mengambil keputusan dengan bebas. Murid harus membanggakan guru dan sekolahannya. Anak ingin membanggakan orang tua dan keluarganya. Banyak pilihan dibuat berdasarkan permintaan orang lain atau sesuatu yang dianggap baik oleh orang lain. Akhirnya mereka jadi menjalani yang bukan merupakan keinginan mereka sendiri.
Berusaha memaksimalkan potensi yang kamu punya bukan lah serakah. Selama prosesnya adil, keberhasilan kamu bukan penyebab kegagalan orang lain. Orang cemerlang kadang menahan diri mereka meraih banyak hal karena terlalu gak enakan. Takut kalau mereka ngambil kesempatan orang lain ketika sebenarnya gak melakukan kecurangan. Takut mengecewakan orang lain padahal gak pernah konfirmasi kebenarannya pada pihak yang bersangkutan. Keinginan untuk membahagiakan semua orang tanpa alasan yang jelas bikin orang-orang cemerlang stuck dan gak berkembang.
2. Mengejar prestasi tanpa tau alasannya

Orang cemerlang mungkin bisa menjadi apa pun yang diinginkan orang lain. Kamu dipuji pintar ketika mau sekolah di kedokteran, tapi dianggap bodoh ketika belajar ilmu lainnya. Padahal rezeki gak ada yang tau. Kamu mungkin bisa lebih sukses jadi produser film dibandingkan jadi seorang dokter. Terlalu ingin membahagiakan orang lain sampai lupa kalau mereka mungkin gak selalu tau apa yang terbaik untuk kamu.
Contohnya dalam drama korea berjudul Prison Playbook. Tokoh utamanya adalah orang yang sangat cemerlang. Berkali-kali ia berganti profesi dengan mudah. Gak pernah ada kesulitan mengerjakan tes, menang saat iseng ikut perlombaan olahraga, basically jago dalam semua hal. Tetapi akhirnya, ia hanya menjalani pekerjaan tanpa jabatan berarti atau gaji memadai. Moral of the story, ternyata punya banyak pilihan gak selalu menyenangkan. Kadang, jadi terlalu cemerlang justru membingungkan. Merasa bisa melakukan segalanya, tapi gak pernah jadi ahli dalam bidang apa pun.
3. Menolak bantuan orang lain

Sulit untuk percaya orang lain karena gak ada yang bisa mengikuti standar kesempurnaan yang mereka punya. Padahal, jalan yang paling berat adalah jalan yang harus kamu tempuh sendirian. Seringnya, mereka harus percaya sama kemampuan orang lain meskipun gak sebaik kemampuanmu. Mereka mungkin berpikir, “kalau bisa dikerjakan sendiri, kenapa harus minta tolong?”. Menyerahkan tugas untuk dilakukan orang lain justru bikin orang yang cemerlang lebih kepikiran sama hasil kerjanya. Ketidakpercayaan pada kemampuan orang lain karena punya standar tinggi justru jadi jebakan.
Meminta tolong terasa seperti kalah. Ada banyak keyakinan ‘harusnya’ yang bikin orang cemerlang kehilangan kesempatan. Sesuatu yang gak banyak dimiliki orang dengan kemampuan biasa aja. Kelemahan orang cemerlang adalah mereka lebih susah pasrah untuk melepaskan hal-hal yang gak bisa mereka kontrol. Karena terbiasa bisa mengusahakan segalanya.
4. Gak mau mencoba sesuatu yang ‘kurang bagus’

Gimana caranya mencoba sesuatu yang kurang bagus ketika sudah terbiasa menjadi yang terbaik?
Dilema orang penuh penuh potensi adalah mereka merasa harus memanfaatkan potensi itu dengan sebaik mungkin. Tentunya ini gak salah sama sekali. Yang kurang benar adalah ketika mereka jadi meremehkan langkah opportunity yang terkesan kurang keren. Padahal, banyak hal besar dimulai dari sesuatu yang kelihatan remeh.
Karena terbiasa jadi yang terbaik, orang cemerlang sering kali meremehkan langkah kecil. Proyek yang terlalu sederhana dianggap gak layak. Pekerjaan yang gak sesuai gengsi dinilai gak sebanding dengan effort-nya. Kesuksesan sering datang dari proses panjang dan tidak instan. Kalau mereka cuma mau mulai dari yang sempurna, bisa-bisa gak pernah mulai sama sekali.
5. Terjebak di zona nyaman

Sudah dapat jabatan tertentu, punya pendapatan yang memadai untuk hidup nyaman, membuat seseorang melupakan impian mereka yang belum tercapai. Semuanya terasa ‘cukup’ sehingga mereka gak merasa butuh lagi untuk tumpuh. Apalagi kalau lingkungan sekitar terus memuji pencapaian yang ada saat ini, seolah-olah itu sudah yang paling tinggi yang bisa diraih. Zona nyaman sering menyamar sebagai keberhasilan. Mereka menolah dorongan untuk melakukan sesuatu yang lain, karena merasa tidak ada yang salah dengan posisi saat ini. Padahal, keberhasilan sejati bukan soal bertahan di titik yang nyaman, tapi terus bergerak menuju versi terbaik dari diri sendiri.
Kenyataannya jadi cemerlang saja gak cukup. Kemampuan besar butuh keberanian untuk dimaksimalkan. Butuh arah, ketegasan, dan kerendahan hati untuk belajar dan gagal. Terlalu takut dan sibuk memenuhi ekspektasi orang lain suka bikin seseorang lupa membangun hidup ‘terbaik’ mereka sendiri.