Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Pemotor Gak Mau Pakai Helm, Jangan Ditiru!

ilustrasi pemotor
ilustrasi pemotor (pexels.com/RITESH SINGH)
Intinya sih...
  • Tidak ada polisi
  • Cuma dekat
  • Gak ngebut kok, pelan-pelan saja
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sekarang pengguna sepeda motor banyak sekali. Di hari kerja dan jam sibuk, pengendara motor memenuhi jalan-jalan. Tidak sedikit pula pemotor yang membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Salip sana sini baik dari kanan maupun kiri.

Kepadatan kendaraan dan kurangnya kehati-hatian tentu sangat memengaruhi keselamatan mereka. Apalagi jika mereka tidak menggunakan perlengkapan berkendara yang memadai. Tidak kalah penting dari pemotor harus sudah punya SIM adalah selalu memakai helm.

Pengabaian atas peraturan berkendara ini dapat mengancam nyawa. Benturan keras pada kepala amat fatal. Sudah seharusnya pengguna sepeda motor sadar akan pentingnya perlindungan diri di mana pun berada. Alasan-alasan pemotor gak mau pakai helm berikut ini gak boleh lagi membuatmu atau siapa pun tetap pergi tanpa menggunakan helm.

1. Tidak ada polisi

ilustrasi pemotor (pexels.com/Min An)
ilustrasi pemotor (pexels.com/Min An)

Alasan ini sangat sering terdengar. Seakan-akan fungsi helm hanya untuk menghindarkan pemotor dari razia oleh polisi lalu lintas. Padahal, bukan itu tujuan dari helm dibuat serta diwajibkan untuk dikenakan pengendara roda dua.

Fungsi utamanya ialah melindungi kepala dari benturan seumpama terjadi kecelakaan. Ingat, bahwa sekeras-kerasnya tulang kepala dapat retak bahkan pecah apabila terbentur sangat keras ke aspal atau benda lain.

Kalaupun tak sampai merenggut nyawa, cedera kepala akan berakibat panjang. Ada polisi atau tidak di jalan yang hendak dilalui, helm tetap wajib digunakan. Baik oleh pengemudi maupun orang yang dibonceng. Keselamatan diri jauh lebih penting daripada soal kamu akan bertemu polisi atau tidak di jalan.

2. Cuma dekat

ilustrasi helm ditinggalkan (pexels.com/Min An)
ilustrasi helm ditinggalkan (pexels.com/Min An)

Ini sering disampaikan oleh orang yang akan berkendara di jalan-jalan kampung saja. Atau, mahasiswa yang hanya hendak ke tempat makan di sekitar kampus atau mau ke tempat fotokopi. Sedekat apa pun jarak yang dimaksud pasti masih termasuk jauh.

Kalau jaraknya cuma 10 atau 20 meter, kamu gak bakal naik motor. Jalan kaki lebih simpel. Barangkali jarak yang ditempuh beberapa ratus meter. Namun, tetap saja ada potensi kecelakaan. Apalagi bila dirimu harus menyeberang jalan di sekitar kampus yang ramai terus.

Jangan tinggalkan helm-mu atau cuma menaruhnya di kait motor. Pakai helm tersebut agar tidak ada penyesalan kemudian. Tragis sekali apabila dalam jarak yang konon sedekat itu, dirimu malah menemui bahaya akibat tak mau mengenakan helm.

3. Gak ngebut kok, pelan-pelan saja

ilustrasi pemotor (pexels.com/Alexas Fotos)
ilustrasi pemotor (pexels.com/Alexas Fotos)

Kamu memang bukan pebalap dan tidak sedang berada di arena balap motor. Tidak ada gunanya memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Akan tetapi, siapa bilang bahaya hanya mengancam keselamatan pemotor yang ugal-ugalan?

Dirimu yang sudah berkendara dengan hati-hati tetap bisa menjadi korban. Seperti motormu diseruduk pengendara yang ugal-ugalan itu. Tanpa helm, keselamatan jiwamu menjadi taruhan. Sesantai apa pun dirimu dalam berkendara, potensi bahaya tetap ada.

Jangan meremehkannya. Dengan helm terpasang di kepala, kecelakaan masih mungkin terjadi. Akan tetapi, risiko cedera serius pada kepala dapat dikurangi. Dengan catatan, pasang helm dengan benar. Kunci bagian talinya sampai terdengar bunyi klik dan jangan menggunakan helm yang terlalu longgar.

4. Ribet

ilustrasi menenteng helm (pexels.com/Giorgio de Angelis)
ilustrasi menenteng helm (pexels.com/Giorgio de Angelis)

Ini alasan yang mengada-ada. Bukan helm yang membuatmu ribet, melainkan rasa malasmu sendiri. Cara berpikirmu tidak praktis. Helm kalau sudah terpasang dengan benar di kepala tak perlu diutak-atik lagi.

Dirimu dapat berkendara dengan aman dan nyaman sampai tujuan. Setibanya kamu di sana, helm tinggal dilepas dan dicantolkan ke motor atau dimasukkan ke bagasinya. Bisa juga helm dititipkan ke tempat penitipan helm bila ada.

Tidak ada yang ribet. Jauh lebih ribet seandainya sesuatu yang buruk terjadi padamu. Kamu mesti masuk rumah sakit, tak bisa beraktivitas normal, dan keluar banyak uang. Bahkan setelah rawat inap cukup lama, dirimu mungkin perlu terapi. Juga kondisimu dapat selamanya gak sama dengan dulu.

5. Rambut masih basah atau takut rambut lepek

ilustrasi memakai helm (pexels.com/MIXU)
ilustrasi memakai helm (pexels.com/MIXU)

Terakhir, alasan pemotor gak mau pakai helm adalah rambut masih basah atau takut rambut lepek. Sehabis keramas butuh waktu lebih lama untuk mengeringkannya, namun mereka sudah harus berangkat. Helm pun akhirnya tidak dikenakan. Takut rambut menjadi bau dan muncul ketombe. Alasan ini hanya dapat ditiadakan dengan kedisiplinan.

Kamu sebenarnya bisa bangun lebih awal jika memang harus keramas, kemudian gunakan pengering rambut. Bukan helm yang malah gak dikenakan. Begitu pula jika kamu takut rambut lepek. Tetaplah memakai helm dan bawa sisir. Nanti rambut dapat disisir serta ditata kembali setelah dirimu sampai. Hindari menomorsatukan penampilan daripada keselamatan.

Gak boleh ada tawar-menawar soal keharusan pengendara motor menggunakan helm dengan benar. Keselamatanmu tidak bisa digantikan dengan apa pun. Jangan pula kamu memboncengkan orang yang tak mau mengenakan helm. Bila terjadi kecelakaan dan dia cedera parah, dirimu yang dimintai pertanggungjawaban.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Menghindari Konflik di Organisasi Kampus, Hargai Satu Sama Lain

14 Sep 2025, 14:06 WIBLife