Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Impulsive Thoughts dan Intrusive Thoughts, Jangan Salah!

ilustrasi wanita berada depan laptop dengan wajah cemberut (pexels.com/anthonyshkrabaproduction)
ilustrasi wanita berada depan laptop dengan wajah cemberut (pexels.com/anthonyshkrabaproduction)

Pernahkah kamu tiba-tiba terbayang hal yang menakutkan padahal tidak kamu inginkan? Atau merasakan dorongan kuat untuk bertindak cepat tanpa memikirkan akibatnya? Kedua hal ini sering disebut sebagai intrusive thoughts dan impulsive thoughts, yang walau terdengar mirip, ternyata sangat berbeda lho!

Membedakan keduanya penting agar kamu bisa memahami apa yang sebenarnya kamu alami dan bagaimana cara menghadapinya. Intrusive dan impulsive thoughts sama-sama bisa mengganggu, tapi penyebab dan dampaknya bisa sangat berbeda. Yuk, simak perbedaan impulsive thoughts dan intrusive thoughts lewat artikel berikut.

1. Pengertian impulsive thoughts dan intrusive thoughts

ilustrasi perempuan sedang menghadapi stress (pexels.com/mart-production)
ilustrasi perempuan sedang menghadapi stress (pexels.com/mart-production)

Menurut Rachel Goldberg, LMFT, terapis berlisensi dan pendiri Rachel Goldberg Therapy di Studio City, dilansir Verywell Mind, impulsive thoughts adalah perilaku yang muncul secara tiba-tiba tanpa pertimbangan matang. Seseorang yang bertindak impulsif cenderung langsung melakukan sesuatu hanya karena dorongan sesaat. Biasanya, keputusan ini diambil tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.

Sebaliknya, intrusive thoughts adalah pikiran yang muncul tanpa diundang dan sering kali mengganggu. Pikiran ini bisa berupa kekhawatiran ekstrem, ketakutan, atau hal-hal tidak menyenangkan yang membuat seseorang merasa tidak nyaman. Meski terasa nyata, pikiran ini sering kali tidak mencerminkan keinginan atau niat sebenarnya.

“Pikiran intrusif dapat digambarkan sebagai pikiran, gambaran, atau ide yang tidak diinginkan dan tidak disengaja, serta dapat mengganggu orang yang mengalaminya,” jelas Rachel Goldberg.

2. Penyebab umum munculnya pikiran ini

ilustrasi perempuan yang sedang frustasi (pexels.com/olly)
ilustrasi perempuan yang sedang frustasi (pexels.com/olly)

Intrusive thoughts bisa muncul karena stres, kurang tidur, atau perubahan hormon. Namun, kondisi seperti OCD atau PTSD juga sering menjadi pemicunya. Pikiran ini tidak bisa dikendalikan dan biasanya sangat mengganggu ketenangan mental.

Di sisi lain, impulsive thoughts sering muncul karena kesulitan dalam mengelola emosi atau dorongan ingin mendapat kepuasan instan. Gangguan seperti ADHD, gangguan bipolar, atau panic disorder sering dikaitkan dengan pikiran impulsif. Meski terlihat spontan, impulsif sering berkaitan erat dengan ketidakseimbangan emosional.

3. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari

ilustrasi wanita dan tumpukan pakaian (pexels.com/ronlach)
ilustrasi wanita dan tumpukan pakaian (pexels.com/ronlach)

Pikiran intrusif bisa berupa bayangan menyakiti orang lain, meski kamu tak berniat melakukannya. Menurut Cassidy Dallas, MSW, LICSW, psikoterapis yang dikutip oleh Verywell Mind, pikiran ini sering bertentangan dengan nilai atau jati diri kita. Misalnya, membayangkan melukai orang tercinta saat memegang benda tajam, meski sebenarnya tidak ada niat untuk melakukannya.

Sedangkan contoh impulsif bisa berupa belanja besar-besaran tanpa rencana atau marah secara tiba-tiba. Seseorang bisa memutuskan resign dari pekerjaan hanya karena merasa kesal seketika. Perilaku impulsif cenderung spontan dan berisiko karena tidak dipikirkan matang-matang.

“Pikiran impulsif cenderung muncul secara tiba-tiba dan terasa tak terkendali, lalu diikuti oleh tindakan tanpa memikirkan akibatnya,” jelas Dallas.

4. Dampak terhadap emosi dan perilaku

ilustrasi wanita mengangkat kaki di sofa  (pexels.com/polinazimmerman)
ilustrasi wanita mengangkat kaki di sofa (pexels.com/polinazimmerman)

Pikiran intrusif bisa memicu rasa bersalah, malu, atau cemas yang cukup dalam. Orang yang mengalaminya sering kali merasa dirinya jahat atau tidak normal karena memikirkan hal mengganggu tersebut. Padahal, pikiran ini tidak mencerminkan siapa dirinya sebenarnya.

Sebaliknya, pikiran impulsif lebih banyak berdampak pada tindakan nyata yang bisa disesali kemudian. Misalnya, ucapan yang melukai orang lain karena terbawa emosi sesaat. Meski tidak selalu membahayakan, dampaknya bisa terasa langsung pada hubungan sosial atau kondisi finansial.

5. Cara mengelola impulsive dan intrusive thoughts

ilustrasi seorang pria berkonsultasi dengan psikolog (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi seorang pria berkonsultasi dengan psikolog (pexels.com/cottonbro)

Untuk intrusive thoughts, penting untuk menyadari bahwa pikiran tersebut tidak mencerminkan niat sesungguhnya. Terapi seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy) atau ERP (Exposure and Response Prevention) bisa sangat membantu untuk mengurangi kecemasan dan mengatasi pola pikir negatif. Jika berkaitan dengan PTSD, metode seperti EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) juga bisa digunakan.

“Secara umum, pikiran intrusif dapat dikelola dengan mengurangi stres dan kecemasan dalam hidup, yang bisa menjadi pemicunya,” jelas Dallas.

Mengelola impulsive thoughts biasanya melibatkan latihan regulasi emosi dan teknik mindfulness. Dialectical Behavior Therapy (DBT) sangat efektif dalam membantu seseorang mengendalikan dorongan impulsif. Jika diperlukan, terapi bisa dikombinasikan dengan obat-obatan untuk membantu menstabilkan suasana hati.

“Mengelola pikiran impulsif melibatkan belajar mengatur emosi dan mengaktifkan pikiran rasional saat dorongan menjadi intens,” jelas Rachel Goldberg.

Impulsif dan intrusive thoughts adalah dua hal berbeda yang penting untuk dipahami. Mengenali jenis pikirannya bisa membantumu menentukan cara penanganan yang tepat. Jika mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us