Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Romadhona dan Romadhoni pada Niat Puasa

ilustrasi berdoa makan sahur (pexels.com/Sami Abdullah)

Niat menjadi hal yang fundamental dalam melakukan suatu ibadah. Sehingga, bacaan dan pelafalan niat puasa harus sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan. Nah, terdapat perdebatan terkait pelafalan niat puasa Ramadan. 

Sejumlah orang menyebutkan "romadhona", namun beberapa orang menyebut "romadhoni". Kira-kira, bagaimanakah kebenarannya? IDN Times akan membantumu menemukan pelafalan yang tepat melalui artikel ini!

1. Niat puasa Ramadan

ilustrasi berbuka puasa (pexels.com/Michael Burrows)

Puasa menjadi ibadah wajib yang dilaksanakan oleh seluruh umat muslim selama bulan Ramadan. Niat ini dibaca sebelum melaksanakan ibadah puasa wajib selama bulan Ramadan. Berikut ini terjemahan niat puasa Ramadan:

"Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardu di bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala."

2. Pelafalan yang benar dalam niat puasa

ilustrasi berbuka puasa (pexels.com/Thirdman)

Terdapat perbedaan pelafalan pada kata رمضان, apakah dibaca romadhona atau romadhoni. Kata رمضان berhubungan dengan pelafalan atau talaffudh pada kalimat selanjutnya. Sehingga, pelafalan menyesuaikan dengan kata berikutnya, menurut kaidah ilmu nahwu sebagaimana dikutip NU Online.

Merujuk pada sumber yang sama, berdasarkan gramatika Arab, pelafalan yang tepat adalah:

"Nawaitu shouma ghodin an adaai fardhi syahri ramadhâni hadzihis sanati lillahi ta aala." 

Namun, kekeliruan dalam pelafalan niat tak berpengaruh pada sahnya puasa selama niat tersebut muncul dari dalam hati. Niat berhubungan dengan batin, sehingga pengucapan secara lisan bersifat sekunder. 

3. Waktu membaca niat puasa

ilustrasi sedang makan (pexels.com/Jack Sparrow)

Niat puasa Ramadan dibaca pada malam hari, menjelang puasa, setiap harinya selama bulan Ramadan. Menurut madzhab syafi'i, niat puasa Ramadan harus dibaca setiap malam:

“Disyaratkan berniat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadan, puasa qada, atau puasa nazar. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, harus niat puasa di setiap hari (bulan Ramadan) jika melihat redaksi zahir hadis.” (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, juz 2)

Namun, madzhab maliki berpandangan lain, bahwa niat puasa cukup dilafalkan sekali pada awal Ramadan untuk sebulan penuh. Sehingga, tidak perlu dibaca kembali setiap harinya. Sebab, puasa dianggap sebagai kesatuan ibadah.

Nah, itu tadi keterangan yang dapat dirangkum oleh IDN Times terkait niat puasa. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Dina Fadillah Salma
3+
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us