Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perilaku Merusak Mental yang Sering Diwajarkan, Hentikan!

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Kelly L)

Jika membahas kesehatan mental, semua pasti paham jika ini adalah hal yang penting untuk dijaga. Sebagaimana yang kita tahu, kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Bahkan kondisi mental yang tidak stabil bisa membuat kesehatan fisik turut terganggu.

Namun, realitanya masih banyak dari kita belum mampu menjaga kestabilan mental dengan baik. Ini dibuktikan dari serangkaian pelaku buruk yang masih dianggap normal. Bahkan berkembang menjadi kebiasaan sehari-hari. Jika tidak ingin kestabilan mental terganggu, terdapat deretan perilaku merusak mental yang sering diwajarkan ini haruslah dihindari.

1. Gemar meremehkan diri sendiri

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Timur Weber)

Jika membahas kelebihan dan kekurangan, tentu kita sudah mengetahui bahwa masing-masing orang memiliki hal tersebut. Namun demikian, tidak sedikit yang masih meremehkan diri sendiri. Mereka beranggapan bahwa dirinya adalah sosok lemah dan tidak memiliki kemampuan apapun.

Tahukah kamu? Suka meremehkan diri sendiri termasuk kebiasaan yang bisa mengganggu kesehatan mental. Akibat dari kebiasaan buruk tersebut, pikiran dikendalikan oleh rasa takut dan khawatir.  Dalam menjalankan hidup tidak pernah merasakan ketenangan.

2. Membandingkan pencapaian diri dengan orang lain

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Mikhail Nilov)

Apa yang ada dalam pikiranmu tentang definisi sukses? Apakah orang yang bisa menggeluti suatu profesi tertentu? Orang yang memiliki bisnis berkembang luas? Atau sosok yang pencapaian akademisnya membanggakan? Tidak ada yang salah dari deretan definisi tersebut. Semuanya adalah gambaran terkait kesuksesan.

Yang jadi kesalahan ketika sering membandingkan pencapaian diri dengan orang lain, kemudian merasa minder. Ini menjadi salah satu perilaku yang bisa merusak mental. Kebiasaan membandingkan diri hanya akan menguatkan sikap pesimis. Untuk selanjutnya tidak berani mengambil langkah perubahan.

3. Berlomba-lomba untuk pamer berkelas

ilustrasi makan malam (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pamer seolah menjadi perilaku yang lumrah dijumpai di lingkungan sekitar. Ada beragam bentuk pamer yang bisa dengan mudah kita temukan. Mulai pamer kekayaan, profesi dan keberhasilan, bahkan termasuk pamer wibawa dan kehormatan orang-orang terdekat.

Walaupun sekilas terlihat wajar dan banyak orang yang melakulannya, tapi aksi pamer satu berpotensi merusak mental. Orang-orang dengan kebiasaan pamer merasa terbebani dalam menjalani hidup. Segala sesuatunya didasarkan pada validasi sosial.

4. Tidak mampu mengendalikan diri dari hustle culture

ilustrasi bekerja (pexels.com/Verschoren Maurits)

Memang tidak dapat dimungkiri jika kerja keras menjadi tren viral bagi kalangan milenial dan gen z. Dalam perspektif mereka, hustle culture atau bekerja secara berlebihan  semakin mempercepat pintu kesuksesan terbuka. Bahkan banyak orang menekan diri sendiri sampai melewati batas kemampuan.

Perlu diketahui, hustle culture merupakan salah satu kebiasaan buruk yang bisa merusak keseimbangan mental. Seseorang tidak memiliki kebebasan dalam menjalani hidup. Bahkan untuk sekadar beristirahat memulihkan energi dan memperhatikan diri sendiri.

5. Menggunakan media sosial berlebihan

ilustrasi membuat caption (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Media sosial menjadi hal wajib yang tidak bisa diabaikan ketika kita membahas milenial dan gen z. Sebagaimana yang kita tahu, hampir semua kalangan muda pasti memiliki akun media sosial. Entah sekadar menyambung komunikasi maupun sebagai media hiburan dan sarana berekspresi.

Tapi sayangnya, banyak di antara kita justru larut dalam penggunaan media sosial tanpa kontrol. Kondisi demikian termasuk perilaku buruk yang mengancam kesehatan mental. Terlalu fokus dunia maya dapat melupakan realita. Seseorang tidak memperoleh kehidupan seimbang. 

Kestabilan mental menjadi hal yang penting untuk dijaga sebagaimana kesehatan fisik. Tentu kita tidak bisa menormalkan sejumlah perilaku buruk. Termasuk perilaku merusak mental yang sering diwajarkan. Walau sikap tersebut sederhana bahkan terlihat sepele, hal tersebut tetaplah toksik. Jika kesadaran berbenah tidak dimiliki sekarang, mau kapan lagi? Tidak mungkin kita menunggu sikap buruk tersebut mengacaukan mental terlebih dahulu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us