Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kalimat Iklan yang Bisa Bikin Kantong Jebol, Tampak Menggiurkan!

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Max Fischer)
ilustrasi berbelanja (pexels.com/Max Fischer)

Setiap saat kamu digempur oleh iklan berbagai produk. Media sosial dan aplikasi belanja tidak henti-hentinya menampilkan iklan yang sesuai dengan pencarianmu. Misalnya, kamu baru saja mencari sepatu. Pasti nanti media sosialmu kebanjiran iklan sepatu dengan model seperti keinginanmu.

Iklannya sendiri gak salah karena memang dibuat untuk menarik minat calon konsumen dan mendongkrak penjualan. Akan tetapi, dirimu yang mesti lebih berhati-hati dalam membuat keputusan pembelian. Beri jarak yang cukup antara dirimu dengan iklan-iklan tersebut sehingga kamu bisa berpikir lebih jernih sebelum memutuskan membelinya.

Bila semua iklan seakan-akan menghipnosismu sampai dirimu membeli ini itu yang ditawarkan walau gak membutuhkannya, waktunya membangun pertahanan diri. Kamu harus lebih cerdik dalam menghadapi berbagai penawaran dan bujukan. Seperti enam kalimat iklan yang bisa bikin kantong jebol berikut ini, penuh persuasi untuk membeli.

1. Besok harga naik

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/iam hogir)
ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/iam hogir)

Siapa yang gak panik mendengar kalimat iklan seperti ini? Apalagi jika produk yang ditawarkan cukup menarik bagimu meski belum tentu dibutuhkan. Contohnya, peralatan kesehatan. Kamu dituntut untuk berpikir secara kilat dan akhirnya menemukan begitu banyak alasan buat membelinya sekarang juga.

Misalnya, toh alatnya jelas buat kesehatan. Pasti berguna dan bukan cuma untuk gaya-gayaan. Kalau kesehatanmu lebih terjaga berkat memakai alat tersebut, pekerjaanmu juga menjadi lebih lancar. Alatnya pun dapat digunakan untuk seluruh anggota keluarga dan sepertinya awet.

Makin singkat waktu yang kamu punya untuk memutuskan, makin dirimu secara otomatis berhasil menemukan banyak pembenaran buat memesannya. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan buat kamu melihat-lihat iklan di malam hari. Bila di jam 22.00 atau 23.00 dirimu bertemu iklan yang menakut-nakutimu dengan besok harga naik, kamu cenderung akan membelinya.

Tinggal tersisa 1 hingga 2 jam buat ancaman itu menjadi nyata dan dirimu gak mau menyesal. Tapi ternyata malah keputusan membelinya yang bikin kamu menyesal sebab besok-besok pun harganya tidak berubah. Atau sempat naik, tetapi kemudian turun lagi bahkan lebih murah daripada ketika dirimu membayarnya.

2. Diskon khusus buatmu

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi berbelanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Siapa sih, yang gak suka diperlakukan secara spesial? Tim marketing tahu betul hal ini dan memanfaatkan dengan sebaik mungkin. Maka mereka memakai kalimat seperti di atas dan bukan sekadar ada diskon. Mereka menekankan pesan diskon itu cuma untukmu supaya kamu merasa sedang diistimewakan.

Ini lebih mendorongmu buat melakukan pembelian. Rasanya seperti keharusan untukmu membalas kebaikan orang lain. Malah jika dirimu mengabaikan diskon tersebut bisa muncul rasa bersalah. Seakan-akan kamu telah bersikap tidak ramah pada pemberi potongan harga.

Asal kamu tahu, diskon seperti itu tak mungkin hanya diberikan pada satu orang. Apalagi pihak pemberi diskon merupakan perusahaan besar yang memiliki begitu banyak pelanggan. Ini hanya trik pemasaran. Diskon khusus untukmu lebih bisa dipercaya kalau penjual masih saudara atau sahabatmu. Di luar itu abaikan saja.

3. Kamu ditraktir, nih!

ilustrasi terkejut (pexels.com/Tessy Agbonome)
ilustrasi terkejut (pexels.com/Tessy Agbonome)

Kalimat ini juga mengandung efek membuatmu merasa diistimewakan. Masih ditambah dengan pilihan kata ditraktir dan bukan sekadar kamu mendapatkan kupon belanja. Kata ditraktir seharusnya bermakna dirimu tidak perlu mengeluarkan uang sama sekali untuk mendapat sebuah produk. 

Ada orang lain yang akan membayarimu secara penuh. Kenyataannya, kata itu cuma dipakai buat pemanis iklan. Setelah notifikasi dibuka, tetap saja kamu mesti membayar sejumlah harga. Hanya ada sedikit diskon. Padahal, dirimu juga tak tahu berapa harga aslinya tanpa potongan.

Namun karena sudah tersugesti dengan kata ditraktir, dirimu menjadi lebih sulit buat menolaknya. Masa traktiran hendak ditolak? Kalau kamu ditraktir teman saja pasti mau. Padahal, konsep traktiran kawanmu dengan iklan tersebut berbeda jauh. Kamu harus mampu membantah iklan tersebut sebab faktanya tak lebih dari diskon biasa.

4. Voucher terbatas, buruan klaim sebelum kehabisan

ilustrasi melihat pakaian (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi melihat pakaian (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kalau dipakai dengan bijaksana, voucher tentu membantu mengurangi pengeluaranmu. Kamu bisa berhemat lumayan banyak dengan berbelanja memakai kupon tersebut. Hanya saja, iklan itu gak cuma memintamu untuk segera mengeklaim voucher sebelum kehabisan.

Namun, juga mendorongmu buat segera memakainya dengan membatasi masa berlaku. Kadang bahkan voucher hangus dalam sehari atau malah cuma beberapa jam. Situasi ini mirip dengan jebakan iklan besok harga naik seperti dalam poin pertama.

Kamu dihadapkan pada pilihan menggunakannya segera atau kehilangan kupon tersebut. Ketika dirimu lebih khawatir kehilangan kupon, kamu akan merogoh kocek untuk pembelian yang sebelumnya tidak ada dalam perencanaanmu. Lalu dirimu berusaha mengobati penyesalan dengan berdalih voucher-nya terbatas.

Kamu beruntung berhasil melalukan klaim serta memanfaatkannya sebelum hangus. Padahal barangnya belum tentu dibutuhkan dan harganya setelah dikurangi potongan tetap saja lumayan, seperti di atas Rp50 ribu atau Rp100 ribu. Pun ternyata besok-besok masih ada bagi-bagi kupon lagi yang bermakna ketersediaannya di sepanjang tahun sebenarnya melimpah. Mestinya kamu memakainya hanya saat benar-benar butuh.

5. Beli 2 gratis 1 atau beli 1 dapat 2

ilustrasi mengiklankan mug (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi mengiklankan mug (pexels.com/RDNE Stock project)

Gratis dan bonus merupakan dua hal yang amat disukai calon konsumen. Mereka butuh iming-iming supaya mau membelanjakan uangnya. Kamu yang kurang memperhitungkan harga satuannya sangat mudah terjebak dalam iklan tipe ini.

Dirimu berpikir sudah berhasil melakukan penghematan dengan mengambil promo beli 2 gratis 1 atau bayar 1 dapat 2. Padahal belum tentu, tergantung harga per buahnya. Boleh jadi kamu malah mengeluarkan uang barang seribu atau dua ribu rupiah lebih tinggi daripada pembelian satuan. 

Bahkan jika dirimu membayar Rp500 rupiah lebih tinggi ketika membeli produk bundling ketimbang satuan, ini telah menambah keuntungan penjual. Jika kelebihan pembayaran itu dikalikan 100 bahkan 1000 transaksi per hari, dalam sebulan apalagi setahun jumlahnya tidak kecil. Saat berhadapan dengan iklan begini, cek harga satuannya di beberapa tempat dan hitung untuk memastikan dirimu bakal untung atau buntung.

6. Mumpung promo

ilustrasi membuka belanjaan (pexels.com/Polina Tankilevitch)
ilustrasi membuka belanjaan (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Kata mumpung membuatmu akan menyikapinya dengan aji mumpung. Dirimu berpikir kapan lagi ada kesempatan begini? Aji mumpung bisa tepat dilakukan atau tidak tergantung seberapa cermat dirimu melihat sebuah peluang. Kalau kesempatannya tak benar-benar istimewa, terus mengambilnya malah bikin rugi. 

Seperti promo yang membuat harga turun tetapi tidak seberapa dan sering diadakan lagi. Jika kamu belum membutuhkan produknya dalam waktu dekat, kenapa membelinya sekarang? Besok kembali ada promo serupa, dirimu cenderung membeli lagi dan terus begitu.

Kamu membelanjakan lebih banyak uang dalam jangka waktu tertentu dan barangnya bertumpuk di rumah. Gak apa-apa menstok barang, tetapi harus tetap ada batasnya karena beberapa alasan. Pertama, rumahmu bukan gudang.

Kedua, kamu tidak sedang menimbun barang atau hendak menjualnya lagi. Ketiga, barangnya mungkin akan rusak bila disimpan terlalu lama. Keempat, dirimu tetap perlu menghitung batas maksimal pengeluaran per bulan supaya keuanganmu sehat.

Tim marketing akan selalu membuat kreasi kalimat supaya iklan lebih menarik dan berhasil mencetak transaksi. Itu sudah tugas mereka di bidang pemasaran. Tugasmu sebagai konsumen yang cerdas adalah menyadari maksud tersembunyi dari beragam kalimat tersebut. Selain memahami maksud tersembunyi dari kalimat iklan yang bisa bikin kantong jebol, belajarlah menahan diri dari sikap impulsif dan kenali kebutuhanmu. Ke depan kamu mungkin bakal menjumpai strategi penjualan yang kian kreatif. Imbangi paparan iklan-iklan tersebut dengan memupuk sikap kritis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us