Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Sudah Berdiri 1 Abad

pesantren-al-khoziny_1707634766.jpg
Kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran, Sidoarjo (jatim.nu.or.id)
Intinya sih...
  • Ponpes Al Khoziny Sidoarjo telah berdiri selama satu abad
  • Beberapa ulama besar Indonesia pernah menimba ilmu di Ponpes ini
  • Pendidikan spiritual dan tarekat menjadi fokus utama di Ponpes Al Khoziny
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tragedi ambruknya bangunan musala asrama putra pada Senin (29/9/2025) membuat perhatian publik tertuju pada Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, yang juga dikenal sebagai Pesantren Buduran. Insiden ini menjadi duka mendalam karena menimpa para santri, namun sekaligus mengingatkan kembali pada sejarah panjang pesantren tersebut yang telah menjadi bagian penting dalam perjalanan pendidikan Islam di Jawa Timur.

Ponpes Al Khoziny bukanlah lembaga baru. Pesantren ini diperkirakan telah berdiri sekitar satu abad lalu, menjadikannya salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang melahirkan banyak tokoh ulama besar di Indonesia.

Masyarakat lebih akrab menyebutnya sebagai Pesantren Buduran, dengan akar sejarah yang masih diperdebatkan, namun diyakini telah ada sejak sebelum tahun 1920. Berikut adalah profil dan sejarah lengkap Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.

1. Sejarah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Mahfud MD berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kelurahan Buduran, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, pada Kamis (28/12/2023) (IDN Times/Istimewa)
Mahfud MD berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kelurahan Buduran, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, pada Kamis (28/12/2023) (IDN Times/Istimewa)

Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Khoziny atau Pesantren Buduran sempat menimbulkan perdebatan. Menurut situs resmi NU Jawa Timur, beberapa data menyebut pondok ini lahir sekitar tahun 1926–1927.

Namun pengasuh generasi ketiga, KHR Abdus Salam Mujib, menegaskan bahwa pesantren ini sudah ada sebelum tahun 1920. Hal itu dikuatkan dengan kesaksian rombongan alumni sepuh dari Yogyakarta, yang orangtuanya pernah nyantri di Buduran sekitar tahun 1920, ketika pondok masih diasuh KH Moch Abbas bin KH Khozin Khoiruddin.

Menurut kesaksian tersebut, orangtua santri itu mondok di Buduran selama lima tahun, sehingga diperkirakan pesantren sudah berdiri sejak 1915–1920. Dengan begitu, usia Ponpes Al Khoziny kini diyakini telah melampaui satu abad.

Pesantren ini terletak di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Sidoarjo. Nama Al Khoziny diambil dari pendirinya, KH Raden Khozin Khoiruddin, meski masyarakat lebih akrab menyebutnya sebagai Pesantren Buduran.

Awalnya, pondok ini dibangun sebagai kediaman KH Moch Abbas, putra KH Khozin, yang baru kembali dari menuntut ilmu di Makkah selama sepuluh tahun. Namun, sambutan hangat masyarakat setempat membuatnya berkembang menjadi pusat pendidikan Islam. KH Moch Abbas pun melanjutkan amanah ayahnya dengan mengajarkan tafsir Jalalain serta kitab kuning, hingga pesantren ini dikenal luas sebagai salah satu pusat pendidikan salaf di Jawa Timur.

2. Sejumlah ulama yang pernah menimba ilmu di Ponpes ini

ilustrasi ulama (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi ulama (pexels.com/Alena Darmel)

Masih dari laman NU Jatim, diketahui ada beberapa ulama yang pernah menimba ilmu di Ponpes ini, di antaranya:

  • KH M Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang)
  • KH Nasir (Bangkalan)
  • KH Abd Wahab Hasbullah (Tambakberas, Jombang)
  • KH Umar (Jember)
  • KH Nawawi (Pendiri Pesantren Ma'had Arriyadl Ringin Agung Kediri)
  • KH Usman Al Ishaqi (Alfitrah Kedinding, Surabaya)
  • KH Abdul Majid (Bata-bata Pamekasan)
  • KH Dimyati (Banten)
  • KH Ali Mas’ud (Sidoarjo)
  • KH As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), dan masih banyak yang lainnya.

3. Tarekat yang diajarkan

Ilustrasi alquran kecil (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)
Ilustrasi alquran kecil (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)

Pendidikan spiritual di Ponpes Al Khoziny tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu agama, tetapi juga pada pengamalan tarekat yang diwariskan oleh para pengasuhnya. KH Abdul Mujib Abbas, salah satu tokoh penting di pesantren ini, menekankan tarekat belajar atau mengajar sebagai jalan utama menuju keberkahan ilmu.

Pesan ini menjadi pedoman santri untuk selalu istikamah dalam menuntut ilmu dan menyebarkannya kembali kepada masyarakat luas. Selain itu, amalan-amalan seperti salat berjemaah, membaca Al-Qur’an, hingga salat witir juga sangat ditekankan di Ponpes Al Khoziny.

KH Abdul Mujib Abbas dikenal istikamah berjemaah, bahkan di tengah sakit sekalipun, dan menekankan kepada santri bahwa meninggalkan salat berjemaah dapat menghambat keberkahan ilmu. Rutinitas membaca Al-Qur’an selepas subuh serta amalan salat sunah menjadi bagian dari keseharian santri.

Semua itu dibingkai dengan nilai istikamah yang selalu ditekankan KH Abdul Mujib Abbas. Baginya, istikamah lebih baik daripada seribu karamah, sehingga ketekunan dalam ibadah dan belajar menjadi pondasi spiritual yang kokoh bagi seluruh santri di pesantren ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us

Latest in Life

See More

Kisah Farraas Afiefah Founder Arsanara, Buka Akses Psikologi buat Semua

30 Sep 2025, 16:30 WIBLife