6 Sebab Susah Mengukur Kemajuan, Tidak Ada Tujuan Konkret!

Salah satu cara untuk mengetahui pencapaian adalah dengan mengukur kemajuan secara berkala. Kita melihat secara detail mana saja tujuan yang sudah berhasil dicapai. Dengan mengetahui kemajuan secara pasti, turut mempengaruhi pengambilan keputusan yang tepat.
Namun permasalahan terjadi ketika seseorang tidak mampu mengukur kemajuan. Mereka bahkan tidak menyadari sejauh mana sudah berhasil merealisasikan tujuan. Seringnya banyak yang berakhir terbengkalai. Ketika seseorang susah mengukur kemajuan, tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut enam diantaranya.
1. Kriteria penilaian kurang spesifik

Pada faktanya kemajuan harus diukur secara berkala. Kita akan mengetahui secara tepat seberapa jauh dalam melangkah. Ketika masih ada kekurangan, kakak bisa melakukan evaluasi dan perbaikan. Namun demikian, beberapa orang cenderung kesusahan mengukur kemajuan.
Hal ini terjadi karena kriteria penilaian kurang spesifik. Tolok ukur dalam meraih kemajuan tidak terstruktur secara jelas. Karena kriteria yang kurang spesifik, sering terjadi bias maupun kebingungan. Bahkan kerap keliru dalam mengenali fase pencapaian.
2. Tidak memiliki tujuan yang konkret

Kita harus memiliki langkah tepat dan terukur untuk mengetahui kemajuan. Hal ini bisa dilihat dari daftar tujuan yang sudah tercapai. Tapi berbeda jadinya ketika seseorang tidak memiliki tujuan yang konkret. Bahkan untuk tujuan jangka pendek saja tidak mengetahui.
Ketika seseorang tidak memiliki tujuan yang konkret, ia cenderung susah mengukur kemajuan. Untuk pencapaian kecil dan sederhana saja tidak mampu mendefinisikan secara jelas. Bahkan kerap tertukar dan salah pemahaman antara tujuan jangka pendek dengan jangka panjang.
3. Kurangnya motivasi dan dukungan

Dalam meraih dukungan kita tidak bisa berdiri sendiri. Pada situasi tertentu membutuhkan motivasi dan dukungan dari lingkungan sekitar. Namun demikian, lingkungan tempat kita berinteraksi apakah mampu menjadi support sistem nyata? Atau malah memupus dukungan dengan motivasi tersebut.
Dengan kurangnya motivasi dan dukungan, seseorang semakin susah mengukur kemajuan. Tidak jarang kesulitan dalam mempertahankan usaha yang konsisten. Pada gilirannya ini menimbulkan kebingungan di tengah upaya meraih keberhasilan.
4. Didominasi ekpektasi tidak realistis

Boleh-boleh saja kita memiliki ekspektasi atas suatu pencapaian. Setidaknya ini mempermudah perencanaan dan penyusunan strategi. Tapi dengan catatan, ekspektasi tersebut harus tetap pada batas yang realistis. Bukan hanya ekspektasi untuk memenuhi kepuasan sementara.
Di sinilah sebab seseorang susah mengukur kemajuan. Ia didominasi oleh ekspektasi tidak realistis. Kemampuan dan sumber daya yang dimiliki tidak memungkinkan untuk meraih target yang ditetapkan. Seseorang merasa tidak pernah mencapai kemajuan yang diinginkan.
5. Hanya memenuhi tuntutan dan standar sosial

Seberapa sering dihadapkan dengan tuntutan dan standar sosial? Mirisnya, banyak orang tidak mampu mengendalikan diri dari fenomena tersebut. Bahkan rela mengorbankan prinsip dan pendirian asal mampu memenuhi tuntutan serta standar semu.
Terlalu terkekang oleh tuntutan dan standar sosial menjadi sebab tidak mampu mengukur kemajuan. Bagaimanapun juga, tidak semua orang memiliki kemampuan dan sumber daya serupa. Tuntutan dan standar sosial yang menjadi tolok ukur keberhasilan orang lain, belum tentu menjanjikan keberhasilan bagi diri sendiri.
6. Cenderung malas melakukan perbaikan

Jika ingin meraih keberhasilan dalam skala besar, kuncinya harus rajin evaluasi dan melakukan perbaikan. Tapi pada kenyataannya banyak lingkungan memilih cara-cara instan. Dengan kinerja yang buruk, namun menginginkan hasil akhir tercapai secara perfeksionis.
Di sinilah sebab susah mengukur kemajuan secara jelas dan terperinci. Ketika seseorang cenderung malas melakukan perbaikan, ia tidak tahu strategi baru yang harus diambil. Padahal situasi dan tantangan tidak selalu sama. Lingkungan yang dinamis mengharuskan perbaikan sepanjang waktu.
Mengukur kemajuan bisa sulit karena berbagai sebab. Baik yang berasal dari kriteria maupun tujuan sendiri. Atau dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Sudah seharusnya kita memiliki perencanaan yang tepat sejak awal. Karena kemajuan yang tidak terukur secara jelas membuat waktu dan energi terbuang sia-sia.