Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mulai dari Hal Kecil, Ini 6 Sikap Sederhana Wujudkan Toleransi

Ilustrasi toleransi. (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi toleransi. (IDN Times/Sukma Shakti)
Intinya sih...
  • Toleransi di Indonesia meningkat, namun masih bervariasi di lapangan.
  • Sikap sederhana seperti menghargai perbedaan, menjaga komunikasi baik, dan saling membantu dapat mewujudkan toleransi.
  • Menghormati praktik dan tempat ibadah, bersikap inklusif dalam pertemanan, serta terus belajar dan tingkatkan kesadaran juga penting untuk menciptakan masyarakat yang rukun.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Toleransi di Indonesia sedang menunjukkan tren positif. Data terbaru Kementerian Agama mencatat Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) mencapai 76,47 pada 2024. Angka ini meningkat dari 76,02 pada 2023 dan 73,09 pada 2022. Meski begitu, kondisi di lapangan masih bervariasi. Penelitian Setara Institute terhadap 94 kota hanya mencatat rata-rata Indeks Kota Toleran (IKT) sebesar 5,03 (skala 1-7), relatif stagnan sejak 2015.

Artinya, ada perkembangan, tetapi juga pekerjaan rumah besar. Toleransi tidak cukup berhenti pada angka atau survei, melainkan harus diwujudkan lewat sikap nyata sehari-hari. Mulai dari cara kita berbicara, bergaul, hingga berinteraksi dengan tetangga, semua bisa jadi pondasi terciptanya masyarakat yang rukun. Berikut enam sikap sederhana yang bisa kamu praktikkan untuk mewujudkan toleransi.

1. Menghargai perbedaan dalam kehidupan sehari-hari

Ilustrasi toleransi (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi toleransi (IDN Times/Sukma Shakti)

Menghargai keberagaman budaya, tradisi, dan cara hidup adalah fondasi utama toleransi. Praktiknya bisa sederhana, misalnya tidak meremehkan adat istiadat orang lain atau tetap menghormati pilihan mereka meski berbeda dari kita. Menerima perbedaan pendapat dengan lapang dada juga menunjukkan kedewasaan berpikir sekaligus memperkaya sudut pandang kita.

Dalam pergaulan, sikap ini dapat terlihat dari hal kecil seperti tidak membeda-bedakan teman berdasarkan agama, ras, atau asal daerah. Bahkan, tidak menghakimi orang lain hanya karena penampilan fisik pun merupakan bentuk toleransi yang nyata. Semakin sering kita mempraktikkannya, semakin kuat pula budaya inklusif tercipta di sekitar kita.

2. Menjaga komunikasi dan dialog yang baik

ilustrasi komunikasi (Unsplash/Brooke Cagle)
ilustrasi komunikasi (Unsplash/Brooke Cagle)

Toleransi bisa tumbuh dari cara kita berkomunikasi. Mendengarkan orang lain tanpa memotong pembicaraan adalah sikap sederhana tapi penuh makna. Begitu pula dengan penggunaan kata-kata sopan seperti “tolong”, “terima kasih”, atau “permisi” yang sering dianggap sepele, namun sebenarnya memperlihatkan penghargaan terhadap orang lain.

Lebih jauh lagi, membuka ruang dialog lintas iman atau lintas budaya adalah langkah penting untuk memperkuat rasa saling percaya. Dialog bukan berarti harus formal, melainkan bisa berupa diskusi ringan di komunitas atau sekolah. Hindari bergunjing atau menyebarkan keburukan orang lain, karena komunikasi yang sehat adalah pondasi terciptanya toleransi.

3. Saling membantu tanpa pandang bulu

ilustrasi gotong royong (freepik.com/freepik)
ilustrasi gotong royong (freepik.com/freepik)

Gotong royong sudah lama menjadi identitas bangsa Indonesia, dan ini bisa jadi wujud nyata toleransi. Membantu tetangga atau teman tanpa mempertimbangkan latar belakang sosial, agama, atau suku adalah sikap sederhana namun berdampak besar.

Bentuknya bisa sangat beragam: dari meminjamkan alat, menemani ketika ada kesulitan, hingga ikut kerja bakti membersihkan lingkungan. Hal-hal ini menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan jauh lebih penting daripada sekat identitas. Saat kita terbiasa saling menolong, ikatan lintas perbedaan akan tumbuh semakin erat.

4. Menghormati praktik dan tempat ibadah

Ilustrasi toleransi agama (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi toleransi agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Sikap toleransi yang paling dasar adalah memberi kesempatan orang lain beribadah dengan tenang. Ini bisa dilakukan dengan menjaga ketenangan saat jam ibadah berlangsung atau tidak membuat keributan di sekitar tempat ibadah.

Menghormati rumah ibadah agama lain juga penting, misalnya dengan menjaga kesucian dan tidak mengganggu aktivitas di dalamnya. Sama pentingnya adalah tidak memaksakan keyakinan pribadi kepada orang lain. Setiap orang berhak memilih jalan spiritualnya masing-masing, dan menghormati hal itu berarti kita turut menjaga harmoni sosial.

5. Bersikap inklusif dalam pertemanan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Pertemanan yang sehat tidak mengenal diskriminasi. Berteman dengan siapa pun, tanpa peduli latar belakangnya, adalah sikap sederhana yang menciptakan ruang inklusif. Justru lewat pertemanan lintas perbedaan, kita bisa memperluas wawasan sekaligus mematahkan stereotip yang keliru.

Selain itu, tidak melakukan perundungan (bullying) juga bagian dari sikap toleran yang krusial. Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dan keberagaman ini seharusnya dirayakan, bukan dijadikan alasan untuk saling menjatuhkan. Saat semua orang merasa diterima, suasana aman dan nyaman pun tercipta.

6. Terus belajar dan tingkatkan kesadaran

ilustrasi belajar (IDN Times/Rizka Yulita)
ilustrasi belajar (IDN Times/Rizka Yulita)

Toleransi tidak bisa tumbuh tanpa pengetahuan. Karena itu, penting untuk terus belajar, baik lewat membaca literatur, mengikuti seminar, atau sekadar berdiskusi tentang keberagaman. Pemahaman yang lebih dalam akan mengurangi prasangka dan membuka jalan menuju hubungan yang lebih harmonis.

Pendidikan tentang toleransi juga bisa datang dari pengalaman langsung. Mengikuti kegiatan lintas agama, menghadiri perayaan budaya, atau bahkan sekadar berinteraksi dengan orang dari latar belakang berbeda akan memperluas wawasan. Dengan begitu, kita tidak mudah terprovokasi oleh isu menyesatkan atau narasi yang mengadu domba.

Contoh nyata toleransi sudah ada di sekitar kita. Di Karanganyar, tiga rumah ibadah—masjid, gereja, dan pura—berdiri berdampingan dengan damai. Di Jakarta, Gereja Katedral rela menyesuaikan jadwal misa agar area parkir bisa dipakai umat Muslim yang salat di Masjid Istiqlal. Kota Singkawang, Bekasi, dan Salatiga pun berhasil meraih predikat kota paling toleran di Indonesia.

Artinya, toleransi bukanlah sesuatu yang mustahil. Ia bisa diwujudkan lewat hal-hal kecil: berbicara sopan, menghargai perbedaan, membantu sesama, hingga belajar tentang keberagaman. Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri. Karena dengan sikap sederhana tapi konsisten, kita ikut berkontribusi mewujudkan Indonesia yang damai, rukun, dan penuh harmoni.

Sumber:

Barjah. (2024). Kemenag. Indeks Kerukunan Umat Beragama 2024 Naik Jadi 76,47.

SETARA Institute. (2025). INDEKS KOTA TOLERAN TAHUN 2024.

Tim Member Hindu. (2023). Kemenag. Toleransi Beragama.

Masrukhin, A. (2022). BINUS. Membangun Sikap Toleransi.

Dhohiah, D. (2021). Kemenag BDK Jakarta. Toleransi di Kalangan Generasi Milenial.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us