Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sikap Tega di Balik Pemberian, Menodai Niat Baikmu Berbagi

ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Helena Lopes)
Intinya sih...
  • Pemberian makanan atau minuman tak layak konsumsi dapat merugikan penerima dan mengancam kesehatan.
  • Pakaian yang tidak layak pakai sebaiknya tidak diberikan, karena dapat membuat penerima merasa dihina.
  • Mengungkit pemberian dan menarik kembali pemberian jika keinginan tak terwujud merupakan sikap tega yang sebaiknya dihindari.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Suka memberi tampaknya perbuatan yang terpuji. Dengan kamu berbagi, orang lain menjadi ikut menikmati sebagian rezekimu. Apa yang diberikan walau sederhana bagimu boleh jadi amat berguna untuk mereka. Namun, kebaikanmu yang ditunjukkan dengan pemberian dapat rusak kalau ada ketidaktulusan.

Bahkan pemberian itu seperti dijadikan senjata buat melukai batin orang lain. Kalau sejak awal orang tahu pemberianmu gak didasari keikhlasan, mereka lebih suka tak menerima apa pun darimu. Manfaat pemberianmu gak ada apa-apanya dibandingkan luka dan masalah yang ditimbulkan.

Kamu sendiri jangan merasa otomatis menjadi pribadi yang mulia hanya karena sudah memberikan sesuatu pada orang lain. Sesering apa pun dirimu kasih ini itu ke sesama, sikap tega di balik pemberian seperti di bawah ini bikin niat baikmu seakan-akan sia-sia.

1. Tega kasih makanan atau minuman tak layak konsumsi

ilustrasi memberikan air (pexels.com/Esmat Sediqi)
ilustrasi memberikan air (pexels.com/Esmat Sediqi)

Pemberian berupa makanan dan minuman memang terbilang simpel. Pun harapannya bisa segera dimanfaatkan oleh penerima. Namun, keduanya harus dipastikan layak konsumsi. Dari segi kedaluarsa misalnya, kudu masih cukup lama.

Jangan malah dirimu sengaja memberikan makanan serta minuman kemasan yang seharusnya sudah dimusnahkan. Bila pun masa kedaluarsa masih lama, tetap dilihat kondisi kemasan serta produknya. Kemasan yang sudah koyak sangat memungkinkan bakteri bahkan binatang kecil-kecil masuk.

Contohnya, roti basah yang masa kedaluarsanya masih minggu depan. Akan tetapi lantaran terdapat setitik lubang di plastik pembungkus, semut-semut leluasa masuk dan memakan roti tersebut. Kamu jangan memberikannya pada orang lain.

2. Tega memberikan pakaian tidak pantas pakai

ilustrasi memilah pakaian (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi memilah pakaian (pexels.com/Julia M Cameron)

Untuk pemberian berupa pakaian, layak pakai menjadi syarat yang wajib dipenuhi. Kecuali, memang ada pihak yang meminta donasi pakaian tak layak pakai. Biasanya kainnya akan didaur ulang seperti menjadi keset. Akan tetapi, buat atasan dan bawahan yang diberikan dengan maksud biar dikenakan orang wajib dalam keadaan baik.

Penilaiannya meliputi ada atau tidaknya robekan pada pakaian tersebut serta warnanya jangan terlampau pudar. Berikan pakaian yang masih cukup bagus agar bisa dikenakan penerima. Pakaian yang sudah terlalu jelek dapat digunakan sebagai lap atau keset di rumah.

Walaupun mereknya ternama, terpenting ialah kondisinya. Kamu jangan berkeras soal mahalnya pakaian itu ketika dirimu membelinya supaya orang mau menerima. Jika menurutmu pakaian bermerek tapi tidak layak pakai itu begitu berharga, simpan atau dikenakan sendiri saja. Pasti dirimu juga gak mau, kan?

3. Tega memberi sambil menghina

ilustrasi memberikan makanan (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi memberikan makanan (pexels.com/Kampus Production)

Kamu barangkali hanya bermaksud berkelakar. Namun, tetap saja ejekanmu bikin orang lain tidak nyaman, sakit hati, dan tersinggung berat. Apalagi kalau kamu memang ingin meninggikan diri di hadapan penerima. Sebagai contoh, dirimu memberikan makanan lezat pada teman.

Tapi alih-alih kamu sekadar menyerahkannya, malah ditambahi perkataan bahwa dia pasti gak mampu kalau harus beli sendiri. Maka dirimu bermurah hati membelikannya. Biar ia pernah merasakan makanan enak yang sudah biasa disantap olehmu. Ini sama saja kamu lagi sok kaya di depannya.

Dirimu juga melecehkan kemampuan finansial seseorang. Seenak apa pun makanan itu boleh jadi bakal terasa seperti duri di kerongkongan penerimanya. Memberi hanya agar dirimu leluasa menghina orang lain adalah tindakan yang sangat buruk.

4. Tega berbagi ke orang yang jauh padahal orang terdekat lebih butuh

ilustrasi membagikan makanan (pexels.com/Lagos Food Bank Initiative)
ilustrasi membagikan makanan (pexels.com/Lagos Food Bank Initiative)

Kamu pada dasarnya memang berhak memberikan apa saja pada siapa pun yang dikehendaki. Namun, jahat rasanya apabila dirimu mengabaikan kebutuhan orang-orang di sekitarmu dan memilih memberi pada orang yang lebih jauh. Jauh di sini maksudnnya baik jauh hubungannya denganmu maupun lokasinya.

Pun orang yang lebih dekat bukan tipe yang tak tahu terima kasih jika diberi sesuatu. Barangkali kamu cuma mengikuti rasa puas setiap dapat berbagi hingga daerah yang jauh. Padahal, kebaikan tidak diukur hanya dengan jarak melainkan juga urgensi.

Sebagai contoh, kamu sebetulnya tahu tetanggamu lapar. Tubuhnya dan keluarganya terlihat makin kurus. Mereka punya utang bahan makanan di warung-warung. Akan tetapi bukannya mereka diprioritaskan, kamu malah memilih berdonasi ke berbagai yayasan di luar daerah. Tolong dulu orang-orang di sekitarmu. Bila ada kelebihan dana baru diberikan ke orang yang lebih jauh.

5. Tega mengungkit pemberian

ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Helena Lopes)

Hati-hati bila kamu punya kebiasaan mengungkit pemberian. Hadiah atau bantuan kecil saja diungkit, apalagi yang nilainya besar. Sikap begini bikin orang-orang yang kadung pernah menerima pemberianmu menjadi menyesal. Andai mereka tahu dirimu bakal mengungkitnya tentu lebih baik menolak pemberianmu.

Tindakan mengungkit pemberian seakan-akan kamu begitu baik dan murah hati membuat orang lain merasa terlalu dikasihani. Padahal, boleh jadi mereka tak pernah meminta apa-apa darimu. Kamu sendiri yang tahu-tahu berinisiatif buat memberikan sesuatu.

Beri dan lupakan adalah dua hal yang perlu dibiasakan. Lupa di sini gak berarti dirimu benar-benar tidak mengingatnya. Akan tetapi, ingatan itu tak perlu dilontarkan dalam percakapan dengan siapa pun. Jangan bersikap seolah-orang baik penerima maupun malaikat akan lalai mencatat kebaikanmu.

6. Siap menarik kembali pemberianmu jika keinginan tak terwujud

ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Helena Lopes)

Sebelum perbuatan memberi dilaksanakan, kamu ternyata sudah punya rencana matang. Yaitu, dirimu bakal seketika menarik lagi pemberian itu seandainya ekspektasimu tidak terpenuhi. Misalnya, kamu kasih berbagai hal ke gebetan. Saat itu dia sebenarnya sudah menolak.

Namun, dirimu memaksa dan berkata ikhlas dalam memberi. Kenyataan di kemudian hari, kamu marah sampai tega menarik kembali semua pemberian itu ketika ia tetap menolak cintamu. Tirai kepura-puraan yang selama ini dibentangkan olehmu sontak tersibak oleh ulah sendiri.

Sakit sekali bagi orang yang pernah menerima sesuatu apabila kamu memintanya kembali. Bukan lantaran barang yang diberikan amat berharga baginya dan dia tidak mau menyerahkannya. Namun, kamu sedang merendahkannya habis-habisan. Ternyata selama ini dirimu cuma bermaksud menyogok dengan pemberian tersebut dan bukan benar-benar peduli atau sayang.

Kamu mau memberi pada orang lain sebetulnya sudah baik. Namun, jangan rusak kebaikanmu dengan enam sikap tega di balik pemberian seperti pada penjelasan di atas. Hindari setengah-setengah dalam berbuat baik. Latih terus keikhlasanmu dalam memberi biar tak mengharapkan apa-apa dari penerima atau mengatakan hal-hal yang menyakiti hatinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us