Surat Al-A'raf Ayat 97-108 Arab: Arti, Kandungan dan Keutamaan

Surat Al-A'raf memiliki arti, yaitu 'tempat tertinggi'. Pada ayat 97 sampai 108 ini, banyak diceritakan tentang peringatan-peringatan yang diberikan Allah SWT. Ada pula kisah tentang Nabi Musa dan juga Firaun.
Berikut ini selengkapnya tentang arti, kandungan, dan keutamaan dari surat Al-A'raf ayat 97 sampai dengan 108.
1. Surat Al-A'raf ayat 97-108 beserta artinya

Berikut merupakan surat Al-A'raf ayat 97-108 dan terjemahannya:
Ayat 97
اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَۗ
a fa amina ahlul-qurā ay ya`tiyahum ba`sunā bayātaw wa hum nā`imụn
"Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?"
Ayat 98
اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ
a wa amina ahlul-qurā ay ya`tiyahum ba`sunā ḍuḥaw wa hum yal'abụn
"Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?"
Ayat 99
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
a fa aminụ makrallāh, fa lā ya`manu makrallāhi illal-qaumul-khāsirụn
"Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi."
Ayat 100
اَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْاَرْضَ مِنْۢ بَعْدِ اَهْلِهَآ اَنْ لَّوْ نَشَاۤءُ اَصَبْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْۚ وَنَطْبَعُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَ
a wa lam yahdi lillażīna yariṡụnal-arḍa mim ba'di ahlihā al lau nasyā`u aṣabnāhum biżunụbihim, wa naṭba'u 'alā qulụbihim fa hum lā yasma'ụn
"Atau apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah (lenyap) penduduknya? Bahwa kalau Kami menghendaki pasti Kami siksa mereka karena dosa-dosanya; dan Kami mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran)."
Ayat 101
تِلْكَ الْقُرٰى نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤىِٕهَاۚ وَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِۚ فَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا بِمَا كَذَّبُوْا مِنْ قَبْلُۗ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِ الْكٰفِرِيْنَ
tilkal-qurā naquṣṣu 'alaika min ambā`ihā, wa laqad jā`at-hum rusuluhum bil-bayyināt, fa mā kānụ liyu`minụ bimā każżabụ ming qabl, każālika yaṭba'ullāhu 'alā qulụbil-kāfirīn
"Itulah negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian kisahnya kepadamu. Rasul-rasul mereka benar-benar telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Tetapi mereka tidak beriman (juga) kepada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya. Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang kafir."
Ayat 102
وَمَا وَجَدْنَا لِاَكْثَرِهِمْ مِّنْ عَهْدٍۚ وَاِنْ وَّجَدْنَآ اَكْثَرَهُمْ لَفٰسِقِيْنَ
wa mā wajadnā li`akṡarihim min 'ahd, wa iw wajadnā akṡarahum lafāsiqīn
"Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sebaliknya yang Kami dapati kebanyakan mereka adalah orang-orang yang benar-benar fasik."
Ayat 103
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ مُّوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَظَلَمُوْا بِهَاۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ
ṡumma ba'aṡnā mim ba'dihim mụsā bi`āyātinā ilā fir'auna wa mala`ihī fa ẓalamụ bihā, fanẓur kaifa kāna 'āqibatul-mufsidīn
"Setelah mereka, kemudian Kami utus Musa dengan membawa bukti-bukti Kami kepada Fir‘aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari bukti-bukti itu. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."
Ayat 104
وَقَالَ مُوْسٰى يٰفِرْعَوْنُ اِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
wa qāla mụsā yā fir'aunu innī rasụlum mir rabbil-'ālamīn
"Dan Musa berkata, “Wahai Fir‘aun! Sungguh, aku adalah seorang utusan dari Tuhan seluruh alam,"
Ayat 105
حَقِيْقٌ عَلٰٓى اَنْ لَّآ اَقُوْلَ عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَرْسِلْ مَعِيَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۗ
ḥaqīqun 'alā al lā aqụla 'alallāhi illal-ḥaqq, qad ji`tukum bibayyinatim mir rabbikum fa arsil ma'iya banī isrā`īl
"aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersamaku.”
Ayat 106
قَالَ اِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِاٰيَةٍ فَأْتِ بِهَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ
qāla ing kunta ji`ta bi`āyatin fa`ti bihā ing kunta minaṣ-ṣādiqīn
"Dia (Fir‘aun) menjawab, “Jika benar engkau membawa sesuatu bukti, maka tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Ayat 107
فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ ۖ
fa alqā 'aṣāhu fa iżā hiya ṡu'bānum mubīn
"Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya."
Ayat 108
وَّنَزَعَ يَدَهٗ فَاِذَا هِيَ بَيْضَاۤءُ لِلنّٰظِرِيْنَ
wa naza'a yadahụ fa iżā hiya baiḍā`u lin-nāẓirīn
"Dan dia mengeluarkan tangannya, tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya."
2. Kandungan surat Al-A'raf ayat 97-108

Surat Al-A'raf memiliki beberapa kandungan di setiap ayatnya. Adapun kandungan surat Al-A’raf ayat 97-108 sebagai berikut:
- Ayat 97 menjelaskan Allah bertanya dengan kecaman yaitu “Apakah penduduk negeri tersebut mengira bahwa mereka akan aman sehingga tidak merasa khawatir dari kedatangan siksaan Kami yang datang pada malam hari ketika mereka sedang tidur lelap?”
- Ayat 98 menjelaskan Allah menanyakan kembali tentang kondisi mereka yang merasa aman dari siksaan-Nya yang datang pada pagi hari saat mereka sedang bermain dan melakukan hal-hal yang jauh dari keimanan.
- Ayat 99 menjelaskan Allah mengecam lebih keras lagi dengan bertanya “Atau apakah mereka akan mengira bahwa dirinya merasa aman sehingga tidak khawatir akan siksaan Allah yang tidak terduga dan dikemas dalam bentuk yang indah? Karena tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang merugi.”
- Ayat 100 menjelaskan Allah menanyakan kembali apakah mereka begitu lengah dan bodoh sampai-sampai belum sadar akan peristiwa yang dialami oleh generasi terdahulunya. Kemudian kapan pun Allah menghendaki, Dia akan siksa mereka akibat dosa-dosanya seperti Allah membinasakan orang terdahulu mereka.
- Ayat 101 menjelaskan Allah menceritakan kembali negeri-negeri yang sudah binasa di mana mereka benar-benar sudah datang dengan bukti yang nyata, namun mereka masih tetap kafir seperti kaum Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Luth dan Nabi Syuaib.
- Ayat 102 menjelaskan Allah tidak mendapati orang yang memenuhi janji yakni orang-orang yang beriman, melainkan orang-orang yang benar-benar fasik, menyimpang bahkan keluar dari ketaatan kepada Allah.
- Ayat 103 menjelaskan kisah Nabi Musa dan Firaun beserta pemuka-pemuka kaumnya dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Kemudian mereka bersikap zalim dan takabur serta menghalangi orang lain untuk mempercayainya, sehingga Allah memberikan azab sebagaimana peristiwa orang-orang terdahulu.
- Ayat 104 menjelaskan Nabi Musa as berkata sebagaimana nabi terdahulu menyampaikan amanah “Aku adalah seorang utusan yang datang kepada kamu untuk menyampaikan seruan dan syariat dari Tuhan.”
- Ayat 105 menjelaskan Nabi Musa menyampaikan kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Nabi Musa memperkuat kebenarannya dengan membawa bukti yang nyata berupa berbagai mukjizat yang bersumber dari Tuhan, oleh karena itu Nabi Musa meminta agar membiarkan kaum Firaun untuk pergi bersamanya ke Baitul Maqdis.
- Ayat 106 menjelaskan Firaun menjawab dengan meminta Nabi Musa untuk menunjukkan bukti kebenaran tersebut kepadanya. Jika Nabi Musa adalah orang yang benar.
- Ayat 107 menjelaskan Nabi Musa membuktikan kebenaran dengan melemparkan tongkat yang berada di tangan kanannya ke hadapan Firaun dan kaumnya. Kemudian atas kuasa Allah tongkat itu berubah menjadi ular besar yang sebenarnya dan dapat bergerak sangat cepat.
- Ayat 108 menjelaskan Firaun meminta bukti lainnya kemudian Nabi Musa mengeluarkan tangannya dari lubang leher bajunya, dan secara tiba-tiba tangannya berubah menjadi bercahaya putih gemerlapan yang tampak jelas bagi orang-orang yang melihatnya.
3. Keutamaan surat Al-A'raf

Berikut ini keutamaan dalam membaca surat Al-A’raf antara lain:
- Barang siapa yang membacanya adalah orang yang shalih, sebagaimana disebutkan dalam HR. Ahmad.
- Barang siapa yang membacanya akan terhindar dari segala penyakit dan dapat menyembuhkan penyakit, sebagaimana disebutkan dalam HR. Ahmad yang menceritakan kisah Ubay bin Ka'ab.
- Barang siapa yang membacanya secara konsisten di awal siang dan malam, maka surat ini dapat sebagai wasilah doa supaya hidup selamat dan penuh berkah.
Demikian arti, kandungan, dan juga keutamaan dari surat Al-A'raf ayat 97 sampai 108. Sempga kita menjadi manusia yang peka akan peringatan-peringatan yang Allah SWT berikan kepada kita. Amin.