Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Surat Al-A'raf Ayat 169-180 Arab: Arti, Kandungan, dan Keutamaan

ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/Syed Aoun Abbas)
ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/Syed Aoun Abbas)

Surat Al-A'raf adalah surat ke-7 sekaligus salah satu surat terpanjang atau assab 'uththiwaal dalam Al-Qur'an. Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah karena diwahyukan di kota Makkah.

Terdiri dari 206 ayat, surat Al-A'raf memiliki arti "Tempat Tertinggi" yang merupakan perbatasan surga dan neraka yang dihuni oleh para Ashab Al-A’raf. Nama surat ini pun merujuk pada lafaz al-a'raf yang tersemat pada ayat 46. Inilah bacaan surat Al-A'raf ayat 169-180 dengan arti, kandungan, dan keutamaannya.

1. Surat Al-A'raf ayat 169–180 beserta artinya

ilustrasi Al-Qur'an (pixabay/coffe)
ilustrasi Al-Qur'an (pixabay/coffe)

Surat A'raf menjadi bagian dari juz 8 dan juz 9 dalam Al-Qur'an. Berikut bacaan surat Al-A'raf ayat 169–180 dengan arab, lafaz, dan artinya.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

Bismillahirrahmannirrahiim.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ayat 169

فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَّرِثُوا الْكِتٰبَ يَأْخُذُوْنَ عَرَضَ هٰذَا الْاَدْنٰى وَيَقُوْلُوْنَ سَيُغْفَرُ لَنَاۚ وَاِنْ يَّأْتِهِمْ عَرَضٌ مِّثْلُهٗ يَأْخُذُوْهُۗ اَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِّيْثَاقُ الْكِتٰبِ اَنْ لَّا يَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوْا مَا فِيْهِۗ وَالدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Fa khalafa mim ba'dihim khalfuw wariṡul-kitāba ya`khużụna 'araḍa hāżal-adnā wa yaqụlụna sayugfaru lanā, wa iy ya`tihim 'araḍum miṡluhụ ya`khużụh, a lam yu`khaż 'alaihim mīṡāqul-kitābi al lā yaqụlụ 'alallāhi illal-ḥaqqa wa darasụ mā fīh, wad-dārul-ākhiratu khairul lillażīna yattaqụn, a fa lā ta'qilụn.

Artinya: Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Lalu mereka berkata, “Kami akan diberi ampun.” Dan kelak jika harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam Kitab (Taurat) bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Negeri akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti?

Ayat 170

وَالَّذِيْنَ يُمَسِّكُوْنَ بِالْكِتٰبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۗ اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ الْمُصْلِحِيْنَ

Wallażīna yumassikụna bil-kitābi wa aqāmuṣ-ṣalāh, innā lā nuḍī'u ajral-muṣliḥīn.

Artinya: Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab (Taurat) serta melaksanakan salat, (akan diberi pahala). Sungguh, Kami tidak akan menghilangkan pahala orang-orang saleh.

Ayat 171

وَاِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَاَنَّهٗ ظُلَّةٌ وَّظَنُّوْٓا اَنَّهٗ وَاقِعٌۢ بِهِمْۚ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Wa iż nataqnal-jabala fauqahum ka`annahụ ẓullatuw wa ẓannū annahụ wāqi'um bihim, khużụ mā ātainākum biquwwatiw ważkurụ mā fīhi la'allakum tattaqụn.

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat gunung ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu naungan awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami firmankan kepada mereka), “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu menjadi orang-orang bertakwa.”

Ayat 172

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Wa iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhụrihim żurriyyatahum wa asy-hadahum 'alā anfusihim, a lastu birabbikum, qālụ balā syahidnā, an taqụlụ yaumal-qiyāmati innā kunnā 'an hāżā gāfilīn.

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

Ayat 173

اَوْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اَشْرَكَ اٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ

Au taqụlū innamā asyraka ābā`unā ming qablu wa kunnā żurriyyatam mim ba'dihim, a fa tuhlikunā bimā fa'alal-mubṭilụn.

Artinya: Atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?”

Ayat 174

وَكَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Wa każālika nufaṣṣilul-āyāti wa la'allahum yarji'ụn.

Artinya: Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

Ayat 175

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْٓ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَاَتْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَانَ مِنَ الْغٰوِيْنَ

Watlu 'alaihim naba`allażī ātaināhu āyātinā fansalakha min-hā fa atba'ahusy-syaiṭānu fa kāna minal-gāwīn.

Artinya: Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang yang sesat.

Ayat 176 

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Walau syi`nā larafa'nāhu bihā wa lākinnahū akhlada ilal-arḍi wattaba'a hawāh, fa maṡaluhụ kamaṡalil-kalb, in taḥmil 'alaihi yal-haṡ au tatruk-hu yal-haṡ, żālika maṡalul-qaumillażīna każżabụ bi`āyātinā, faqṣuṣil-qaṣaṣa la'allahum yatafakkarụn.

Artinya: Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.

Ayat 177

سَاۤءَ مَثَلًا ۨالْقَوْمُ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاَنْفُسَهُمْ كَانُوْا يَظْلِمُوْنَ

Sā`a maṡalanil-qaumullażīna każżabụ bi`āyātinā wa anfusahum kānụ yaẓlimụn.

Artinya: Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka menzalimi diri sendiri.

Ayat 178

مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِيْۚ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

May yahdillāhu fa huwal-muhtadī, wa may yuḍlil fa ulā`ika humul-khāsirụn.

Artinya: Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang rugi.

Ayat 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

Wa laqad żara`nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi lahum qulụbul lā yafqahụna bihā wa lahum a'yunul lā yubṣirụna bihā wa lahum āżānul lā yasma'ụna bihā, ulā`ika kal-an'āmi bal hum aḍall, ulā`ika humul-gāfilụn.

Artinya: Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.

Ayat 180

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ

Wa lillāhil-asmā`ul-ḥusnā fad'ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmā`ih, sayujzauna mā kānụ ya'malụn.

Artinya: Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

2. Kandungan surat Al-A'raf ayat 169–180

Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay.Com/cahiwak)
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay.Com/cahiwak)

Adapun kandungan surat Al-A'raf ayat 169–180 yang dapat dipelajari tiap ayat-ayatnya, yaitu:

  • Ayat 169 menjelaskan kondisi kaum Yahudi setelah dipisah-pisahkan, setelahnya muncul generasi yang lebih jahat yang mewarisi Taurat akan tetapi tidak mengamalkannya. Mereka merupakan sekelompok orang yang selalu memohon ampunan, namun dalam waktu yang sama mereka juga selalu saja melakukan dosa. 
  • Ayat 170 menjelaskan orang-orang yang selalu berpegang teguh dan mengikuti jalan kebenaran, melaksankan kewajiban salat, akan senantiasa diberikan pahala. Bahkan Allah tidak akan menghilangkan pahala-pahala orang saleh tersebut.
  • Ayat 171 menjelaskan kuasa Allah yang diberikan kepada orang Bani Israil yang dikatakan tidak pernah melanggar kebenaran berupa mengangkat gunung Sinai kepada mereka yang dikira akan jatuh menimpa mereka. ketika itu Allah berfirman bahwa mereka diperintahkan untuk memegang dengan teguh dan tunjukkan keinginan kuat untuk menaati apa yang sudah diberikan dan mengingat selalu apa yang terdapat di dalamnya supaya menjadi orang-orang bertakwa.
  • Ayat 172 menjelaskan perjanjian Allah yang bersifat umum untuk Bani Israil dan seluruh manusia dalam bentuk penghambaan. Allah berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka pun menjawab, “Betul Engkau adalah Tuhan kami, kami bersaksi.” Dengan demikianlah, pengetahuan mereka terhadap bukti-bukti tersebut menjadi suatu penegasan dan dalam waktu yang sama juga pengakukan aan kemahaesaan Tuhan. 
  • Ayat 173 menjelaskan agar orang musyrik itu tidak mengatakan bahwa nenek moyang mereka dahulunya sudah mempersekutukan Allah, sementara mereka tidak tahu bahwa itu salah, dan tidak ada jalan lagi bagi mereka. oleh karena itu, mereka menganggap bahwa mereka tidak patut untuk disiksa karena kesalahan nenek moyangnya.
  • Ayat 174 menjelaskan dengan penjelasan yang rinci dan penuh hikmah, Allah menjelaskan ayat-ayat tersebut berupa bukti-bukti keesaan-Nya dan seluruh tuntunan Allah supaya mereka kembali kepada kebenaran.
  • Ayat 175 menjelaskan kondisi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yakni diumpamakan bagaikan ular melepaskan kulitnya. Maka dia akan diikuti oleh setan hingga dia tergoda, sehingga dia menjadi tergolong kedalam kelompok orang yang sesat.
  • Ayat 176 menjelaskan keadaan bagi orang-orang yang senantiasa cinta dunia dan mengikuti hawa nafsu keinginannya yang rendah dengan penuh antusias bagaikan anjing yang menjulurkan lidahnya. Hal itu sama dengan budak dunia yakni orang yang tergila-gila dengan kesenangan dan hawa nafsu duniawi agar mereka berpikir.
  • Ayat 177 menjelaskan begitu buruk perumpamaan yang didapat oleh orang-orang pendusta ayat-ayat Allah. Sebenarnya mereka menzalimi dirinya sendiri.
  • Ayat 178 menjelaskan Allah akan memberikan petunjuk berupa kemampuan untuk mengikuti kebenaran kepada orang yang mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang diberikan kesesatan oleh Allah, maka dia adalah orang-orang yang rugi.
  • Ayat 179 menjelaskan alasan Allah kepada seseorang yang tidak mendapat petunjuk dan disesatkan karena mereka memiliki hati namun tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, memiliki mata namun tidak digunakan untuk melihat tanda kekuasan Allah, dan memiliki telinga namun tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. 
  • Ayat 180 menjelaskan Allah mengingatkan supaya manusia tidak melalaikan dan selalu memanggil-Nya melalui nama-nama Allah yang terbaik. Selain itu, berdoa kepada Allah dan meninggalkan orang-orang yang menyalahartikan nama-nama Allah serta mereka akan mendapatkan balasan sesuai apa yang sudah mereka kerjakan kelak.

3. Keutamaan surat Al-A'raf

ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)
ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)

Dalam HR. Ahmad menyebutkan bahwa bagi yang membaca tujuh surat pertama (dari Al-Qur’an) yakni surat Al-A’raf, maka dia merupakan orang yang salih lagi takwa. Surat ini juga sekaligus menjadi wasilah bagi umat manusia agar hanya memohon petunjuk dan ampunan kepada Allah, sebaik-baiknya tempat berlindung.

Barang siapa yang mengimani surat ini, niscaya akan dijauhkan dari orang-orang musyrik yang penuh tipu daya. Serta, senantiasa selalu mawas diri dalam berperilaku karena teringat azab dan hukuman di akhirat nantinya.

Demikian bacaan surat Al-A'raf ayat 169–180 dengan arti, kandungan, dan kautamaannya. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah dari orang-orang yang berbuat kerusakan. Amin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Langgeng Irma Salugiasih
EditorLanggeng Irma Salugiasih
Follow Us