5 Tanda Kamu Terjebak Self Blame Syndrome, Kebanyakan Minta Maaf!

- Kebiasaan minta maaf berlebihan bisa jadi tanda self-blame syndrome.
- Merasa perlu bertanggung jawab atas situasi di luar kendalimu akan mengikis kepercayaan diri.
- Overthinking masa lalu dan merasa tidak layak diapresiasi juga merupakan tanda sindrom ini.
Pernah gak sih, kamu merasa terus-menerus menyalahkan diri sendiri untuk hal-hal yang bahkan mungkin bukan salahmu? Dari kejadian kecil seperti terlambat datang karena macet, sampai hal besar di kantor yang sebenarnya melibatkan banyak orang, kamu tetap merasa bertanggung jawab. Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami self-blame syndrome.
Sindrom ini membuat seseorang terlalu keras pada dirinya sendiri, bahkan untuk hal-hal yang di luar kendalinya. Akibatnya, kepercayaan diri menurun, dan kamu jadi sulit berkembang, baik secara personal maupun profesional. Nah, biar lebih jelas, berikut adalah lima tanda kalau kamu mungkin sedang terjebak dalam pola pikir ini. Yuk, simak!
1. Kamu sering minta maaf untuk hal-hal yang gak perlu

Kebiasaan over-apologizing sering jadi tanda utama self-blame syndrome. Kamu merasa harus minta maaf bahkan untuk hal-hal yang jelas bukan salahmu, seperti cuaca buruk saat janjian atau ketika temanmu terlambat membalas pesan.
Merasa perlu bertanggung jawab atas situasi di luar kendalimu adalah ciri bahwa kamu terlalu keras pada diri sendiri. Kalau dibiarkan, kebiasaan ini bisa mengikis kepercayaan dirimu, lho!
2. Pikiranmu terus-terusan fokus pada kesalahan di masa lalu

Kamu sering terjebak dalam pikiran seperti, "Seandainya waktu itu aku..." atau "Harusnya aku..."? Kalau ya, mungkin kamu terlalu sering menghukum diri sendiri atas kesalahan yang sudah berlalu.
Overthinking soal masa lalu hanya akan menguras energi dan bikin kamu stuck. Padahal, gak ada yang bisa kamu ubah dari kejadian itu. Yang bisa kamu lakukan adalah belajar dari pengalaman dan melangkah maju.
3. Kamu sulit menerima pujian dan merendahkan pencapaian sendiri

Setiap kali ada orang memuji, responsmu selalu, "Ah, ini biasa aja kok," atau "Kebetulan aja." Kamu merasa tidak layak diapresiasi dan cenderung mengabaikan pencapaianmu sendiri.
Self-blame syndrome bikin kamu terlalu fokus pada kekurangan, hingga lupa menghargai hal baik yang sudah kamu capai. Padahal, menerima pujian dengan tulus adalah langkah kecil untuk mencintai diri sendiri.
4. Kamu merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain

Ketika temanmu bad mood, kamu langsung berpikir itu karena sikapmu. Atau saat ada masalah dalam tim, kamu otomatis merasa kamulah penyebabnya.
Padahal, setiap orang bertanggung jawab atas emosinya masing-masing. Kamu gak perlu memikul beban perasaan semua orang. Ingat, menjadi support system bukan berarti harus menyalahkan diri sendiri atas emosi orang lain.
5. Kamu menetapkan standar yang terlalu tinggi dan takut mengecewakan

Perfeksionisme sering kali berjalan seiring dengan self-blame syndrome. Kamu menetapkan standar yang terlalu tinggi dan merasa gagal saat tidak mencapainya. Bahkan kesalahan kecil saja bisa bikin kamu overthinking dan merasa tidak cukup baik.
Padahal, kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Standar yang terlalu tinggi hanya akan membuatmu lelah dan kehilangan momen untuk menikmati apa yang sudah kamu capai.
Kalau kamu merasa relate dengan tanda-tanda di atas, jangan khawatir, itu hal yang wajar. Langkah pertama untuk mengatasinya adalah menyadari bahwa kamu memiliki kecenderungan ini. Cobalah bersikap lebih lembut pada diri sendiri, dan terima bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari menjadi manusia. Semoga bermanfaat!