Sinergi Warga dan Universitas Budi Luhur Ciptakan Lingkungan Mandiri

- Kolaborasi gotong royong antara Universitas Budi Luhur dan warga
- Penerapan teknologi ramah lingkungan: biopori dan akuaponik sebagai solusi
- Transformasi lahan kosong menjadi ruang hijau yang produktif dan mandiri
Hidup di tengah kota besar sering kali identik dengan minimnya ruang terbuka, sulitnya pengelolaan sampah, hingga ancaman banjir musiman. Namun, di sebuah sudut Jakarta Selatan, ada pemandangan berbeda. Sebuah lahan kosong yang dulu hanya dilewati begitu saja kini menjelma menjadi pusat edukasi lingkungan sekaligus area produktif yang bisa dinikmati warga sekitar.
Inisiatif ini lahir dari program pengabdian masyarakat Universitas Budi Luhur yang melibatkan dosen lintas fakultas, mahasiswa, hingga partisipasi aktif warga. Mengusung semangat gotong royong, mereka mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang lewat penerapan teknologi ramah lingkungan: biopori dan akuaponik. Hasilnya, bukan hanya lingkungan yang lebih sehat, tetapi juga terbentuk komunitas yang lebih mandiri.
1. Kolaborasi yang lahir dari gotong royong

Program ini dipimpin oleh Martini bersama tim dosen dan mahasiswa, didampingi Tri Endangsih dan Yousep Eka Irawan Apriandi, serta mahasiswa Chairunisa Nabila Putri dan Azeeza Salsabila Nasution. Seluruh tim bukan hanya hadir sebagai fasilitator, tetapi juga benar-benar turun ke lapangan bersama warga. Dari proses perencanaan hingga pelaksanaan, keterlibatan langsung menjadi kunci agar warga merasa program ini adalah milik bersama, bukan sekadar proyek sementara.
Di lapangan, suasana kerja bakti sangat terasa. Warga dari berbagai usia antusias menggali tanah, memindahkan material, hingga membersihkan area. Alat-alat sederhana yang mereka gunakan justru menghadirkan kekuatan tersendiri: semangat gotong royong yang tulus. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa perubahan lingkungan tidak bergantung pada alat canggih, melainkan pada kemauan bersama untuk saling mendukung.
2. Biopori dan akuaponik jadi jalan keluar

Teknologi ramah lingkungan hadir sebagai solusi nyata. Biopori dimanfaatkan sebagai lubang resapan untuk meningkatkan daya serap air hujan dan mengolah sampah organik menjadi pupuk alami. Dengan cara sederhana ini, dua masalah sekaligus teratasi: risiko banjir berkurang dan kualitas tanah meningkat. Warga pun jadi terbiasa membuang sampah organik dengan cara yang bermanfaat.
Sementara itu, akuaponik menjadi jawaban atas isu keterbatasan pangan. Sistem yang memadukan budidaya ikan dan tanaman sayur ini dirancang dengan memanfaatkan bahan daur ulang seperti tangki dan pipa bekas.
Air dari kolam ikan yang kaya nutrisi disirkulasikan untuk menyuburkan tanaman, lalu kembali lagi ke kolam dengan kondisi bersih. Dengan sistem ini, warga tidak hanya belajar teknologi baru, tetapi juga bisa memproduksi pangan sendiri secara berkelanjutan.
3. Dari lahan kosong menjadi inspirasi

Lokasi di samping Gedung B Universitas Budi Luhur, Jalan Ciledug Raya, kini berubah total. Dari area yang tadinya rawan genangan dan tidak produktif, kini menjadi ruang hijau yang memberi manfaat nyata. Lahan yang sering terabaikan kini berfungsi sebagai ruang belajar, ruang kerja sama, sekaligus ruang panen yang hasilnya bisa langsung dinikmati.
Warga mengaku lebih percaya diri setelah merasakan hasilnya. Panen sayuran segar dan ikan dari instalasi akuaponik memberi bukti bahwa ketahanan pangan bisa dimulai dari halaman sendiri. Lebih dari itu, keberhasilan ini menghadirkan harapan baru, bahwa jika satu komunitas bisa melakukannya, maka komunitas lain juga mampu. Dari sebuah lahan kecil, lahirlah inspirasi besar untuk menciptakan kota yang lebih mandiri dan hijau.
Program yang berlangsung sepanjang Juni–Juli 2025 ini menjadi jawaban atas tiga masalah utama perkotaan. Mulai dari genangan air, keterbatasan pangan, hingga pengelolaan sampah organik. Sinergi antara kampus dan masyarakat melahirkan gerakan kolektif yang berdaya guna. Apa yang dimulai di sini bisa menjadi contoh bagi banyak daerah lain bahwa perubahan besar selalu berawal dari kepedulian dan aksi bersama.