Bukannya Simpatik, 5 Wujud Playing Victim Ini Malah Bikin Kesal

Seseorang yang suka playing victim atau bermental korban selalu memandang hidup sebagai ketidakadilan. Saat dihadapkan dengan masalah, alih-alih putar otak mencari jalan keluar, mereka selalu merasa tidak berdaya dan akhirnya mengasihani diri sendiri.
Orang bermental korban tidak disenangi oleh orang-orang di sekitar mereka. Karena selain menyebarkan aura negatif dan gak punya semangat, tipe orang seperti ini biasanya manipulatif dan pendendam. Jangan sampai kamu terus memelihara mentalitas korban, oleh karena itu berhenti melakukan lima sikap di bawah ini.
1.Selalu menganggap diri sendiri paling menderita

Apapun masalahnya, pokoknya diri sendiri yang paling merana. Pola pikir seperti ini jelas akan membuatmu stuck di tempat. Masalah yang tidak seberapa jadi terlihat besar karena respon kita yang berlebihan.
Ini terbukti ketika kamu curhat pada orang lain, selalu ada saja ungkapan-ungkapan yang intinya mengasihani diri sendiri. Bukan hanya bikin ilfeel, keberadaanmu pun akan terasa sangat melelahkan bagi mereka. Jadi jelas, mengapa orang lain memilih untuk menghindar.
2.Menampik nasihat dengan kata "tapi …"

Saat dinasihati atau diberi solusi, selalu saja ada alasan untuk berkelit. Intinya satu, kamu gak mau berubah. Titik!
Siapa yang gak kesal bila terus-terusan berteman denganmu? Tidak dibantu tapi kamu terus merasa merana. Sekalinya dibantu dengan solusi, kamu gak mau dengar. Ya gimana mau berubah kalau terus-terusan seperti itu?
3.Fokus hanya pada diri sendiri

Ketika dirimu dihinggapi mentalitas korban, kamu akan selalu terpusat hanya pada diri sendiri. Kisah hidup atau masalah orang lain dianggap remeh, bahkan tanpa kamu sadari.
Contohnya, saat kamu sedang ngumpul bareng teman-teman. Kamu gak bisa fokus mendengarkan cerita mereka. Fokus konversasimu hanya diri sendiri, masalahmu, dan hidupmu. Jelas teman-temanmu gak betah nongkrong denganmu.
4.Gak bisa berbahagia untuk kesuksesan orang lain

Ketika temanmu meraih peringkat satu atau ada temanmu yang berprestasi, respon pertamamu selalu, “Andai aku juga ikut les kayak dia, aku juga pasti bisa dapat peringkat satu”. Kamu gak bisa berbahagia secara tulus untuk temanmu, karena fokusmu masih adalah diri sendiri.
Kalau kebiasaan ini dibiarkan, temanmu pun lama-kelamaan akan risi. Kamu secara tidak langsung menghadirkan perasaan bersalah karena prestasi yang diraihnya. Vibes lagi happy, kok malah dibikin sedih?
5.Curiga dengan semua orang

Memiliki kewaspadaan ialah baik. Tapi hidup dengan kecurigaan hanya akan merugikan diri sendiri. Ketika ada teman yang tulus membantu, kamu malah berpikir yang tidak-tidak. Ketika ada teman yang memberi teguran, kamu malah berpikir ia tidak menyukaimu.
Sulit untuk berpikir benar ketika hatimu masih penuh oleh kepahitan dan dendam. Mentalitas korban gak hanya merusak dirimu, tapi juga hubunganmu dengan orang di sekitarmu.
Masalah memang tidak dapat dihindari. Tapi, kamu bisa mengubah sudut pandangmu terhadap masalah itu. Dengan risiko dijauhi orang dan gak akan berkembang, yakin masih mau terus berendam dalam victim mentality?