"Waktu itu saya cuma berpikir, kalau diam saja bagaimana nasib teman-teman yang makanannya gak laku. Kegelisahan itu yang membuat saya dan Mas Revo membentuk gerakan yang namanya Yuk Tukoni," tutur Eri Kuncoro saat menjadi pembicara di Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025, Rabu (8/10/25).
Yuk Tukoni Jadi Pahlawan Para Pelaku UMKM Jogja di Kala Pandemi

Pandemik COVID-19 membuat aktivitas pariwisata dan perdagangan di Yogyakarta menurun drastis. Yuk Tukoni, gerakan kecil yang digagas Eri Kuncoro menawarkan harapan baru, saat pandemik terjadi di Jogja. Gerakan ini gak hanya menjual produk kuliner, tapi juga menjadi jembatan bagi UMKM yang kehilangan pembeli.
Pada awalnya, Yuk Tukoni lahir dari niat sederhana untuk menolong teman dan tetangga yang dagangannya terhenti. Gerakan ini dilakukan dengan mengumpulkan produk, mengemas ulang dan menjualnya kembali dengan cara yang lebih menarik dan mudah dijangkau pembeli. Yuk Tukoni pun berhasil menebar manfaat, sekaligus menjadi bukti bahwa solidaritas bisa menjaga UMKM tetap hidup.
1. Berawal dari keprihatinan terhadap tetangga

Gerakan ini dimulai ketika Eri melihat tetangganya, penjual mie ayam, mulai kehilangan harapan sejak pandemi melanda. Ia kemudian memikirkan cara untuk membantu, bukan hanya dengan membeli, tetapi dengan memberikan solusi berkelanjutan. Dari situ tercetuslah ide untuk membuat produk frozen food, sehingga bisa dijual dan dikirim lebih mudah.
Keprihatinan sederhana itu berkembang menjadi dorongan besar, yang membuat Eri yakin bahwa banyak UMKM lain juga membutuhkan bantuan. Ia kemudian mengajak rekannya untuk merancang langkah-langkah konkret, agar bantuan ini bisa menjangkau lebih banyak orang. Keputusan ini menjadi titik awal lahirnya Yuk Tukoni, yang kini menjadi gerakan sosial berskala lebih luas.
Eri pernah berkata bahwa gerakan ini lahir bukan dari ambisi bisnis, tetapi dari keinginan untuk membalas kebaikan kecil yang pernah ia terima dari warga sekitar. Kalimat itu menggambarkan semangat dasar Yuk Tukoni, yang berakar pada empati sehari-hari, sehingga banyak yang mendukung gerakan ini.
2. Dibangun cepat tanpa prosedur ribet

Dalam waktu hanya 12 hari, Eri dan rekannya berhasil merancang sistem kerja Yuk Tukoni. Mereka menggunakan alat seadanya seperti freezer pinjaman, ruang kecil di rumah, dan kemampuan desain produk yang mereka pelajari otodidak. Meskipun prosesnya sederhana, hasilnya justru menjadi gerakan yang sangat relevan saat pandemi.
Mereka melakukan semuanya sendiri, mulai dari mengemas ulang, memotret produk, hingga memikirkan strategi branding yang menarik awal pandemi. Kesederhanaan proses inilah yang membuat Yuk Tukoni, cepat bergerak tanpa terganjal birokrasi atau perencanaan yang terlalu rumit. Justru karena gerakan ini spontan dan responsif, banyak UMKM langsung terbantu di saat paling krusial.
"Kami kumpulkan produk para pelaku UMKM ke satu tempat. Lalu kita foto ulang dan packing. Setelah itu dipublikasi melalui Instagram dan kita bantu push penjualan melalui WhatsApp, agar pembeli bisa tahu dan tertarik," terang Eri Kuncoro.
Eri juga menambahkan bahwa mereka hanya ingin memulai dulu saja, urusan rapi belakangan. Pemikiran ini membuat Yuk Tukoni menjadi contoh nyata bahwa, gerakan kecil bisa berdampak besar bila dilakukan di momen yang tepat.
3. Inovasi frozen food agar produk tetap bertahan

Salah satu inovasi terbesar Yuk Tukoni adalah mengubah produk kuliner siap makan menjadi frozen food. Cara ini membuat produk lebih tahan lama, mudah dikirim, dan tetap aman dikonsumsi meski pembeli berada jauh dari lokasi penjual. Inovasi ini juga membuka peluang baru bagi UMKM untuk menjangkau pelanggan di luar kota.
Dengan teknik penyimpanan yang tepat, produk bisa bertahan dari hitungan jam hingga sebulan. Sehingga gak lagi bergantung pada periode membuka kemasan atau kondisi pembeli. Hal ini sangat membantu UMKM, yang sebelumnya hanya mengandalkan pembeli yang datang langsung ke warung.
Eri juga menyampaikan bahwa, ide ini lahir dari fakta kalau gak semua orang bisa atau sempat keluar rumah untuk sekadar membeli makanan. ”Gerakan ini ada fungsinya dan menyelesaikan masalah. Ide itu harus diperkuat dengan kisah nyata, harus menyelesaikan problem dengan begitu masyarakat tidak perlu diyakinkan karena mereka sudah yakin," tambah Eri.
4. Kurasi ketat agar kualitas tetap terjaga

Meskipun gerakan ini bersifat sosial, Yuk Tukoni tetap menerapkan kurasi bagi UMKM yang ingin bergabung. Hal ini dilakukan agar produk yang dijual tetap memenuhi standar kebersihan, keamanan, dan tampilan yang menarik. Bagi Eri, menjaga kualitas adalah cara terbaik untuk menjaga kepercayaan pembeli.
Jika produk belum memenuhi standar, tim memberikan pendampingan berupa saran kemasan, perbaikan branding, hingga cara pengemasan yang efektif untuk produk beku. Pendekatan ini bukan hanya meningkatkan kualitas jual, tetapi juga memberi edukasi jangka panjang bagi UMKM agar lebih siap menghadapi tantangan. “Kalau mau membantu, harus sekalian membuat mereka naik kelas,” imbuh Eri.
5. Dampak sosial yang meluas dan dikenali publik

Gak heran jika Yuk Tukoni, berhasil keluar sebagai pemenang SATU Indonesia Awards 2020. Ajang yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk (Astra) ini, diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada generasi muda Indonesia yang telah berkontribusi dan menciptakan dampak baik bagi masyarakat. Bagi Eri, penghargaan ini bonus dari kepeduliannya terhadap para pelaku UMKM.
Gak hanya membantu penjual, Yuk Tukoni juga menyerap tenaga kerja dari warga yang sebelumnya dirumahkan akibat pandemik. Setiap produk yang terjual pun, menjadi bagian dari roda ekonomi kecil yang kembali bergerak.
Yuk Tukoni berhasil mengingatkan kita bahwa, langkah kecil yang dilakukan dengan niat tulus dapat menghasilkan perubahan besar. Gerakan ini bukan hanya menolong UMKM dari sisi ekonomi, tetapi juga membangkitkan rasa solidaritas yang sempat meredup selama pandemi. Dengan pendekatan sederhana dan inovatif, mereka berhasil menjaga banyak usaha kecil tetap hidup.


















