Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Hal yang Harus Dihindari Ketika Berdebat dengan Pasangan

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Yan Krukau)

Setiap hubungan pasti pernah mengalami konflik atau perdebatan. Itu adalah hal yang wajar dan bahkan bisa menjadi momen untuk saling memahami lebih dalam. Namun, cara kita menyikapi dan merespons konflik inilah yang menentukan apakah hubungan akan tumbuh lebih kuat atau justru retak.

Sayangnya, banyak pasangan secara tidak sadar melakukan hal-hal yang justru memperburuk suasana saat berdebat. Entah karena emosi yang memuncak atau keinginan untuk menang sendiri, beberapa sikap bisa sangat merusak kepercayaan dan komunikasi dalam hubungan.

Yuk, simak empat hal yang sebaiknya dihindari ketika sedang bertengkar dengan pasangan.

1. Mengungkit kesalahan lama

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Alex Green)

Saat emosi memuncak, banyak orang tergoda untuk mengungkit kesalahan pasangan di masa lalu yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas. Membawa-bawa kesalahan masa lalu ke dalam perdebatan saat ini bisa sangat menyakitkan dan membuka luka lama. Ini bisa membuat pasangan merasa tidak pernah benar-benar dimaafkan dan memperkeruh hubungan.

Sikap ini juga menunjukkan bahwa kamu belum move on dari konflik sebelumnya, yang bisa memperburuk komunikasi. Selain itu, mengungkit masa lalu membuat diskusi kehilangan fokus. Sebaiknya fokuslah pada inti permasalahan saat ini dan tahan godaan untuk menyerang masa lalu satu sama lain.

2. Menghindar atau silent treatment

ilustrasi menghindari perdebatan (pexels.com/RDNE Stock project)

Diam bukan selalu emas, terutama dalam konteks pertengkaran. Banyak orang memilih menghindar atau memberikan silent treatment karena merasa lelah untuk berdebat, tapi tindakan ini justru bisa menyakiti pasangan secara emosional. Ketika komunikasi terputus, masalah tidak akan selesai dan cenderung semakin menumpuk.

Silent treatment sering kali dianggap sebagai bentuk hukuman yang membuat pasangan merasa diabaikan dan tidak dianggap penting. Jika kamu butuh waktu untuk menenangkan diri, sampaikan dengan jujur bahwa kamu ingin mengambil jeda, bukan lari dari masalah. Dalam suasana yang penuh emosi, komunikasi harus menjadi kunci utama.

3. Menggunakan kata-kata menghina atau merendahkan

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Alex Green)

Perdebatan yang sehat seharusnya tetap menjunjung rasa hormat satu sama lain, bahkan saat emosi sedang tinggi. Menggunakan kata-kata kasar, hinaan, atau ucapan yang merendahkan pasangan hanya akan meninggalkan luka yang lebih dalam. Kata-kata itu mungkin hanya keluar sesaat, tapi dampaknya bisa tinggal lama di hati dan pikiran pasangan.

Kata-kata hinaan atau merendahkan tidak hanya menyakiti perasaan, tetapi juga merusak harga diri pasangan. Pilihlah kata-kata dengan hati-hati, karena cara menyampaikan keresahan jauh lebih penting daripada seberapa keras kamu menyuarakannya. Lebih baik gunakan kalimat yang jelas dan spesifik tentang perilaku yang mengganggu kamu, bukan menyerang karakter pasangan.

4. Bersikap defensif dan tidak mau mendengarkan

ilustrasi pasangan yang berdebat (pexels.com/Yan Krukau)

Saat pasangan menyampaikan keluhannya, respons defensif seperti menyela, membela diri berlebihan, atau balik menyalahkan justru akan mematikan komunikasi. Sikap ini menandakan bahwa kamu lebih fokus membenarkan diri daripada berusaha memahami sudut pandang pasangan. Inti dari perdebatan antara pasangan bukan tentang siapa yang salah, melainkan bagaimana menemukan titik temu.

Mendengarkan dengan baik bukan selalu berarti kamu setuju dengan semua yang dikatakan, tapi menunjukkan bahwa kamu menghargai perasaannya. Menanggapi dengan kepala dingin dan bertanya balik untuk klarifikasi bisa membuka jalan menuju pemahaman yang lebih dalam. Hubungan yang kuat dibangun dari dua pihak yang mau mendengar, bukan hanya berbicara.

Perdebatan yang sehat dapat mengubah konflik menjadi peluang untuk tumbuh bersama. Menghindari empat sikap diatas bisa membantu kamu menciptakan ruang komunikasi yang lebih sehat, terbuka, dan penuh empati. Karena pada akhirnya, tujuan dari berdebat bukan untuk menang, melainkan untuk saling memahami dan memperkuat ikatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Theodore Siagian
EditorTheodore Siagian
Follow Us