Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Sebab Kamu Merasa Harus Selalu Ada dalam Hubungan, Anti Single!

ilustrasi pasangan (pexels.com/Samson Katt)
Intinya sih...
  • Terjebak dalam hubungan karena takut kesendirian dapat disebabkan oleh trauma masa lalu dan rasa tidak aman dalam diri sendiri.
  • Memilih pasangan hanya untuk mengisi kekosongan dapat menurunkan standar dan memicu hubungan yang dangkal serta tidak bermakna.
  • Bergumul dengan keberhargaan diri membuat seseorang cenderung memilih pasangan demi validasi, meningkatkan risiko terlibat dalam hubungan toksik.

Apakah kamu salah satu tipe orang yang sulit untuk menikmati masa single? Atau, kamu pernah punya teman demikian? Baru putus dari pasangannya yang lama, tidak lama dia langsung punya gebetan baru. Rasanya seolah mudah sekali untuk bergonta-ganti pasangan dalam jangka waktu dekat.

Pertanyaannya, apa hubungan yang dibangun bergantung pada kualitas atau justru kuantitas? Bahaya bila kamu mengutamakan angka. Bisa-bisa, kamu hanya asal memilih pasangan.

Bila kamu pun relate dengan hal ini, coba evaluasi diri. Jangan-jangan, kamu selalu loncat dari satu hubungan ke hubungan lain karena kamu tidak betah dengan kesendirian. Ada beberapa alasan mengapa seseorang merasa harus selalu berada dalam hubungan romantis. Berikut penjelasannya.

1.Berpikir butuh orang lain untuk merasa aman

ilustrasi pasangan (pexels.com/İlkin Efendiyev)

Bila seseorang tumbuh dalam kondisi kehidupan yang buruk, mudah baginya untuk terjebak rasa tidak aman dan mudah untuk was-was. Dengan kata lain, kamu sebenarnya belum cukup merasa aman dengan dirimu sendiri.

Itulah mengapa, kamu selalu mencari “seseorang” untuk punya rasa aman dan stabilitas. Sayangnya, ini bukan solusi yang tepat. Kamu tidak bisa sembuh dari trauma masa lalu dengan melampiaskannya pada orang lain.

Bagaimana pun, kamu harus bisa berdamai dengan lukamu agar bisa membangun hubungan yang sehat. Banyak orang yang terjebak dalam relasi toksik dan abusif, karena mengira bahwa apa yang pasangannya lakukan sebagai bentuk perlindungan. Padahal itu sama sekali tidak benar.

2.Demi menaikkan status sosial

ilustrasi wanita (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Pemikiran bahwa punya gandengan lebih baik daripada tidak sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang membangun kehidupannya. Bila kamu hanya membangun hubungan karena gengsi, maka tidak heran standar yang kamu tetapkan juga rendah.

Kamu hanya akan asal pilih, tidak benar-benar menyeleksi, dan tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam hubungan. Kelihatannya bahagia, kelihatannya hubungan yang dibangun dalam, padahal yang terjadi justru sebaliknya. Hubunganmu dan doi dangkal dan tidak berarti, karena dari awal dibangun pun hubungan itu tidak punya visi. 

3.Rasa kesepian dan ketergantungan tidak sehat akan orang lain

ilustrasi seseorang duduk (pexels.com/George Milton)

Dengan kata lain, kamu belum bisa berdiri di atas kakimu sendiri. Ini bisa disebabkan oleh adanya luka masa lalu, yang pada akhirnya membuatmu selalu mencari validasi eksternal untuk mendukung identitasmu.

Coba tanya dirimu, siapa kamu di balik hubungan romantismu? Siapa dirimu yang sebenarnya, di balik pasanganmu?

Hubungan yang sehat seharusnya dibangun dari dua pribadi yang dewasa, yang sama-sama sudah beres dengan dirinya sendiri. Bila kamu perlu kehadiran orang lain untuk membangun identitasmu, maka ini tanda kamu belum benar-benar mengenal siapa dirimu.

4.Kepercayaan diri yang rendah

ilustrasi wanita (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Seseorang yang masih bergumul dengan keberhargaan diri akan cenderung memilih pasangan untuk memenuhi kebutuhannya merasa diinginkan dan dicintai, alih-alih memilih pasangan yang setara secara emosional dan psikologis. Hal ini tentu berbahaya, karena secara tidak langsung kamu menurunkan standarmu demi validasi orang.

Otomtis, risiko untuk terlibat dalam hubungan yang toksik dan traumatis lebih meningkat. Kamu tidak benar-benar mengenali calon pasanganmu sebelum membangun komitmen, kamu langsung menerima demi dirimu sendiri.

Tidak salah, kok, punya keinginan untuk dekat dan berkomitmen dengan seseorang. Tapi, bila komitmen itu didasari dengan ketidaksiapan dan kesepian, justru hasilnya malah jadi bumerang untuk diri sendiri. Pastikan kamu sendiri sudah dewasa, agar hubungan yang dibangun pun jadi hubungan yang sehat dan penuh dukungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us