5 Alasan Orang Lebih Menginginkan Privasi di Pernikahan yang Kedua

Kita semua tentu bercita-cita menikah sekali seumur hidup. Itu artinya, kita betul-betul berharap sudah dipertemukan dengan jodoh yang paling tepat, hubungan langgeng, bahkan bisa sampai kakek nenek.
Namun, beberapa orang mengalami ujian besar dalam kehidupan pernikahan mereka. Rumah tangga bisa berakhir dengan perceraian atau kematian pasangan dan mereka menjadi duda atau janda.
Jika di kemudian hari mereka berjumpa dengan sosok yang tepat, sangat mungkin untuk mereka menikah kembali. Sama-sama pernikahan, tapi konsep acaranya boleh jadi bakal amat berbeda dengan dahulu, saat mereka menikah untuk pertama kali.
Di pernikahan kedua, acara dibuat lebih privat dan sederhana. Ini tampak dari pemilihan lokasi pernikahan hingga terbatasnya jumlah undangan. Biasanya, orang yang diundang hanya keluarga serta sahabat. Kebutuhan mereka akan privasi dalam hal pernikahan pun disebabkan oleh kelima hal berikut.
1. Tahu tidak semua orang mendukung pernikahan mereka

Meski sama-sama baik dibandingkan hidup bersama tanpa ikatan perkawinan, nyatanya sebagian masyarakat masih menyikapi secara berbeda antara pernikahan pertama dan keduanya.
Pernikahan pertama umumnya didukung oleh semua orang. Namun, pernikahan kedua kerap mengundang tanda tanya bahkan pro dan kontra. Utamanya jika pasangan pengantin tersebut merupakan tokoh publik atau belum terlalu lama berpisah dari mantan suami atau mantan istri.
Kabar rencana pernikahannya pun bisa sontak menimbulkan beragam dugaan. Bahkan tak sedikit orang barangkali berpikir pernikahan tersebut gak seharusnya terjadi. Apabila pernikahan mereka digelar secara besar-besaran dan kian menjadi sorotan banyak orang, tentu suasana makin gaduh. Padahal, semua orang yang baru memulai kehidupan rumah tangga pasti menginginkan ketenangan. Lebih baik bagi mereka menggelar acara pernikahan yang lebih privat.
2. Pesta pernikahan yang megah juga gak menjamin hubungan akan langgeng

Kandasnya pernikahan pertama sering membuat orang merasa trauma. Untuk mereka menjalin hubungan yang baru saja bisa sangat tidak mudah. Apalagi menggelar pernikahan yang sebesar dahulu.
Tentu bukan biaya yang menjadi persoalan, melainkan pernikahan dengan model yang mirip, seketika membuat mereka terbayang-bayang masa lalu. Ada ketakutan kalau-kalau acara pernikahan yang dibuat seperti dahulu juga bakal berakhir dengan sama tragisnya. Oleh karena itu, mereka memilih lebih menjaga privasi di pernikahan kedua.
Bagaimanapun, pasti ada perasaan sedih dan malu saat mengingat pernikahan pertama yang penuh kebahagiaan dan dihadiri banyak tamu ternyata berakhir juga. Konsep pernikahan yang begitu berbeda diharapkan tidak hanya membuat mereka terbebas dari memori luka. Namun, juga memberi makna yang lebih dalam di lembaran hidupnya yang baru.
3. Usia makin bertambah

Walaupun dari usia sebenarnya mereka masih termasuk muda, ketika menikah untuk kedua kalinya, tetap saja lebih tua dibandingkan dari pernikahan pertama. Pertambahan umur juga berpengaruh terhadap kesukaan orang. Mereka umumnya lebih menyukai lingkar pertemanan kecil yang sejati daripada banyak teman, tapi sebagiannya palsu.
Acara-acara yang terlalu ramai tak lagi menarik mereka seperti beberapa tahun lalu. Dalam keseharian saja, mereka makin menyukai mengistirahatkan diri di rumah daripada bepergian dengan banyak orang.
Dalam acara seistimewa pernikahan pun, mereka hanya ingin merayakannya bersama sejumlah orang terdekat. Lagi pula, seluruh rangkaian acara dalam pernikahan pertama biasanya diatur oleh orangtua.
Sementara itu, sebelum pernikahan kedua diselenggarakan, mereka telah dianggap sepenuhnya dewasa. Baik dari segi konsep maupun pembiayaan diserahkan pada pasangan pengantin, sehingga mereka bebas menentukan kalau ingin acaranya hanya untuk orang-orang tertentu.
4. Jaga perasaan mantan dan anak

Mantan suami atau istri gak sama dengan mantan pacar. Kalau sebatas mantan pacar, seseorang tak merasa perlu menjaga perasaannya. Bahkan, pernikahan pertama kadang sengaja dibuat semeriah mungkin sekalian sebagai ajang pembuktikan kebahagiaan dan kemampuannya move on di hadapan mantan pacar.
Namun, mantan suami atau mantan istri tidak dapat diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun juga, mereka pernah disatukan dalam ikatan yang suci. Mereka masuk ke keluarga masing-masing bahkan sudah memiliki buah hati.
Ada banyak perasaan yang perlu dijaga yaitu mantan pasangan, anak, bahkan keluarga mantan. Di pernikahan kedua, orang umumnya menghindari kesan ingin membalas dendam pada mantan pasangannya.
Tetap ada harapan, supaya tiga keluarga besar senantiasa rukun. Sementara anak dari buah pernikahan pertama pun bisa melalui perubahan-perubahan dalam kehidupannya dengan cukup mulus.
5. Menghindari pertanyaan dan komentar yang gak diinginkan

Lebih banyak orang yang diundang ke pernikahan kedua bisa berarti potensi bahayanya juga lebih besar. Dari jumlah undangan sebanyak itu, beberapa orang barangkali sulit bersikap bijak terhadap penikahan tersebut.
Bukannya datang buat mengucapkan selamat, mereka malah sibuk menanyakan hal-hal seputar privasi atau langsung saja berkomentar negatif. Pasangan pengantin tentu tak mau kebahagiaan mereka rusak hanya oleh ucapan tamu yang sembarangan.
Kalau cuma orang-orang tertentu yang diundang, mereka sudah tahu karakter setiapnya. Tamu undangan tersebut dipastikan gak suka kepo, apalagi nyinyir dengan keputusannya menikah lagi.
Bahkan keluarga besar pun boleh jadi tak semuanya diundang. Orang yang diundang betul-betul cuma yang suportif pada hubungan mereka. Penting bagi mereka memprioritaskan kebahagiaan sendiri, dibandingkan sekadar perasaan tidak enak karena gak mengundang banyak orang.
Jangankan pernikahan kedua, pernikahan pertama pun sangat boleh kalau akan digelar untuk kalangan terbatas saja. Konsep pernikahan kembali ke pilihan pasangan yang tengah berbahagia. Hargai momen penting dalam hidup orang lain dengan tidak menuduh macam-macam pada mereka yang menikah kembali. Tugas tamu hanya mendoakan kebahagiaan mereka.