Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang Tidak Mau Menikah Lagi, Jangan Ditanya Terus!

ilustrasi perempuan sendirian di kamar (pexels.com/cottonbro)

Meski seseorang menjadi janda atau duda di usia yang relatif muda, bukan berarti ia harus segera menikah lagi, bukan? Menikah adalah pilihan, baik untuk yang pertama maupun kedua hingga seterusnya.

Jadi, memang tidak pantas jika kita seperti mendesak siapapun untuk segera menikah melalui berbagai pertanyaan. Misalnya dengan bertanya, "kapan menikah lagi?" atau, "mengapa tidak menikah lagi saja?".

Ditinggal pasangan yang meninggal dunia atau pernikahan harus berakhir dengan perceraian saja sudah menjadi ujian yang amat berat dalam kehidupan seseorang. Daripada terus menanyainya seputar pernikahan, mari kita pahami kemungkinan alasan ia enggan untuk menikah lagi berikut ini agar kamu juga tergerak untuk tidak lagi menyinggung topik-topik seperti ini.

1. Masih sangat mencintai suami atau istri yang telah meninggal dunia

ilustrasi perempuan bergaun hitam (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saking besarnya rasa cintanya pada suami atau istri yang telah meninggal, masa berkabungnya seperti tak pernah berakhir. Segala kenangan tentang pasangan masih terpatri dalam benaknya. Posisinya pun tak bisa digantikan oleh orang lain. 

Apabila kita terus menanyainya tentang kemungkinan ia menikah lagi, bisa-bisa ia justru marah. Kita seolah-olah mendorongnya untuk mengkhianati orang yang mencintainya sampai akhir hayat.

2. Merasa trauma dengan pernikahan

ilustrasi perempuan yang trauma (pexels.com/Johan Hakkens)

Apabila poin pertama terkait seseorang yang menjanda atau menduda karena pasangannya meninggal, ulasan kali ini menyinggung tentang janda atau duda cerai. Tentunya, ada masalah yang amat besar dalam pernikahan itu sampai mereka akhirnya bercerai.

Berbagai konflik telah terjadi dan meninggalkan rasa trauma berat baginya. Proses sembuhnya tidaklah mudah sehingga desakan untuk menikah lagi justru bisa membuatnya ketakutan.

Bayang-bayang masalah dalam rumah tangga dan perlakuan buruk pasangan bakal seketika menghantuinya. Jangan pernah bilang cara menyembuhkan trauma pernikahan ialah dengan menikah lagi, ya! Ini hanya menunjukkan tipisnya kemampuan kita dalam berempati.

3. Menghargai keinginan dan perasaan anak

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Ivan Samkov)

Orangtua tunggal yang baik tidak akan mengabaikan kondisi psikis dan keinginan anak dalam membuat berbagai keputusan menyangkut kehidupan mereka. Apalagi berkaitan dengan orangtua baru untuknya.

Kalau anak keberatan, bahkan tampak sangat tidak menyukai gagasan ibu atau ayahnya menikah lagi, ia tidak ingin memaksakan hal tersebut pada anak. Baginya, kesejahteraan anak secara fisik maupun psikis adalah yang terpenting.

4. Hanya ingin fokus membesarkan anak-anak

ilustrasi menemani anak bermain (pexels.com/MART PRODUCTION)

Baik seseorang menjanda atau menduda karena perceraian maupun pasangan meninggal dunia, keputusan untuk fokus membesarkan anak-anak saja biasanya sukar digoyahkan. Ia pasti sosok yang sangat mandiri dan yakin mampu memenuhi berbagai kebutuhan anak.

Ia juga tipe yang memegang prinsip menikah cukup satu kali. Kalaupun pernikahan itu harus kandas di pengadilan agama, ya, ia tidak akan menikah lagi. Itu tandanya ia adalah sosok yang tak mau terjebak dalam siklus kawin cerai.

5. Larut dalam kesibukan bekerja

ilustrasi pria di ruang kerjanya (pexels.com/Kamyar Rad)

Orang yang sudah atau pernah menikah hampir semuanya telah bekerja. Apalagi kalau setelah pernikahan berakhir, ia harus membesarkan anak-anak seorang diri seperti dalam poin nomor 4 di atas. Hal ini tentu bakal membuatnya bekerja lebih keras lagi.

Selain itu, alasan pekerjaan juga biasanya dipilih untuk mengalihkan perhatian dari ingatan buruk tentang pernikahan yang kandas. Efek samping dari tenggelam dalam pekerjaan ialah ia tak punya waktu lagi untuk memikirkan potensi hubungan baru dengan orang lain.

Tidak bertanya-tanya tentang kapan seseorang akan menikah lagi adalah sikap yang amat bijaksana. Jangan pula menasihatinya ini-itu terkait keuntungan dari menikah lagi dan kerugian bila tetap sendiri. Ia sudah dewasa. Tenut ia juga tahu apa yang terbaik untuk kehidupannya sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us