Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Bentuk Perhatian pada Pasangan yang Bikin Risi, Pahami Batasannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Wendy Wei)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Wendy Wei)

Rasa sayang sudah tentu mendorongmu untuk selalu memberikan perhatian pada pasangan. Bahkan tak cuma dengan pasangan, kamu pun pasti memberikan perhatian pada teman-temanmu, kan?

Sampai batas tertentu, perhatianmu tentu membuat mereka senang. Akan tetapi, kalau sudah berlebihan justru rawan bikin penerimanya risi, lho. Seperti enam bentuk perhatian berikut ini yang perlu untuk segera kamu hentikan.

1. Nempel terus

ilustrasi pasangan (pexels.com/Anna Pou)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Anna Pou)

Bila pasanganmu gak ingin terus dipepet olehmu, bukan berarti dia gak cinta atau malu menjadi pacarmu. Mungkin kamu memang sudah berlebihan dalam menjaga kedekatan fisik dengannya.

Di sebuah pesta misalnya, dia sampai gak bisa leluasa bergerak dan mengobrol dengan teman-temannya. Kamu terus memegangi lengannya. Tenang, dia gak akan ngilang atau pulang duluan, kok.

2. Sentuhan fisik tanpa permisi

ilustrasi sentuhan fisik (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi sentuhan fisik (pexels.com/SHVETS production)

Meski kalian berpacaran, hargailah jika pacarmu tipe yang gak mau sering disentuh. Buat kamu, gandengan di depan umum mungkin biasa saja. Namun, bagi dia boleh jadi gak nyaman.

Apalagi sentuhan fisik yang lebih menunjukkan kemesraan. Misalnya, merapikan rambutnya yang berantakan oleh angin atau tahu-tahu kamu mengusap sudut bibirnya yang kotor oleh makanan.

Daripada salah memperlakukannya, lebih baik berikan tisunya saja atau tanyakan dulu kamu boleh menggandeng dia atau tidak. Sikao sopan akan bikin dia terkesan ketimbang belum apa-apa kamu sudah dikira kurang ajar.

3. Terlalu sering menghubungi

ilustrasi membuka smartphone (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi membuka smartphone (pexels.com/Edmond Dantès)

Kalau ini sih, penyebabnya sudah bukan sekadar kangen. Kangen terus biasanya hanya dirasakan di awal hubungan. Kamu mungkin cuma mau mengingatkannya buat makan, jangan pulang telat, dan sebagainya.

Akan tetapi, perlukah chat atau telepon seperti ini setiap hari? Dia juga pasti sudah hafal. Jatuhnya malah bisa bikin dia risi seakan-akan kamu sedang berusaha memata-matai dan mengontrol kehidupannya.

4. Mengambil foto atau videonya lalu mengunggahnya

ilustrasi memotret pasangan (pexels.com/Daria Sannikova)
ilustrasi memotret pasangan (pexels.com/Daria Sannikova)

Apakah kamu susah lepas dari kamera smartphone? Momen apa saja ingin kamu abadikan. Terlebih momen bersama pasangan. Dia lagi tidur, makan, dandan, baru mandi, dan sebagainya gak pernah lepas dari sorot kameramu.

Sudah begitu, semuanya langsung kamu unggah di media sosial. Pernahkah kamu mempertimbangkan kalau-kalau dia gak nyaman? Foto-fotonya ketika di rumah mungkin berbeda sekali dengan penampilannya yang rapi ketika di kantor.

Jangan-jangan, adegan intim kalian juga diam-diam kamu rekam? Gak usah, ya! Bahaya kalau sampai tak sengaja tersebar!

5. Suka menebak perasaannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro)

Contohnya dengan sering sekali bertanya, "Kamu lagi sedih/marah, ya?" Bahkan jika tebakanmu benar, hargailah dia yang mungkin tak ingin perasaannya diketahui orang. Bila sudah ketebak begini, dia seperti dipaksa untuk jujur padamu.

Padahal, dia masih ingin menyimpan masalahnya dan memikirkannya baik-baik. Tambah menyebalkan kalau tebakanmu salah, tetapi kamu gak percaya dan memaksanya buat mengakuinya saja. Apanya yang mau diakui coba?

6. Selalu bilang, "Kalau ada apa-apa, cerita sama aku, ya?"

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Maksudmu memang baik. Kamu seperti menegaskan bahwa dirimu selalu ada untuknya kapan pun dia membutuhkan teman cerita. Hanya saja makin sering kamu mengatakannya, makin kamu terkesan memaksa dia buat curhat.

Masalahnya, kalaupun kalian berpacaran atau bersahabat, dia mungkin lebih nyaman menceritakan beberapa masalah pada orang lain. Dia juga bisa risi karena kamu memperlakukannya seperti anak kecil yang harus dibujuk buat menceritakan masalahnya di sekolah.

Memberikan perhatian pada orang lain itu seperti mengisi cangkirnya. Walaupun kamu gak ingin dia sampai kehausan, terus mengisi cangkirnya sampai air meluber justru akan membuatnya repot.

Pakaiannya menjadi basah dan dia tak lagi dapat menikmati minuman yang kamu tuang. Jadi, berikan perhatian pada siapa pun secukupnya saja. Jika kamu tidak tahu perhatian seperti apa yang disukai dan tidak disukainya, tanyakan saja agar jelas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us