Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dear Sahabatku: Kepadamu, Rindu Ini Tertuju

adicine.com

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Kupikir, menjauhimu adalah cara paling ampuh untuk memusnahkan sebuah rasa yang mulai menggangguku. Namun aku salah. Karena nyatanya, berada jauh darimu semakin membuatku ingin berlari menemuimu. Kata orang, ini rindu. Tapi bagaimana bisa aku merindukanmu? Bukankah kita adalah sahabat dekat yang setiap saat berkirim pesan singkat dan setiap waktu dapat bertemu?

Sejak kuputuskan untuk tidak menemuimu, sejak itu pula aku mulai merasa ada yang hilang dari diriku. Entah mengapa, hari-hariku menjadi sepi. Meski aku dikelilingi oleh keramaian, tetap saja aku tak merasakan kenyamanan. Kupikir itu hanyalah rasa rindu yang wajar untuk seorang sahabat. Namun, aku merasa aneh ketika mendapati diri ini mulai mengkhawatirkan kondisi dan keadaanmu.

Mulai timbul ribuan tanya dalam benakku tentang dirimu. Tentang hari-harimu tanpa diriku, kuliahmu, bahkan aku juga mulai takut kehilanganmu. Sungguh, aku tak mengerti. Di satu sisi aku meyakini ada perasaan yang berbeda untuk dirimu. Namun di sisi lain aku menyangkal, berharap aku tidak memiliki perasaan lebih terhadapmu. Pertentangan batin ini terus menghantuiku. Hingga aku sulit membedakan antara logika dan kata hatiku sendiri.

Sahabat, bagaimana kabarmu di sana? Apakah kamu juga merindukanku sebagimana aku yang setiap detik merindukanmu? Apakah kamu merindukan kebersamaan kita? Kebersamaan sederhana di mana kita duduk berdua, berbagi cerita tentang keseharian kita masing-masing sambil ditemani secangkir coklat panas milikku dan jus melon kesukaanmu. Rindukah kau akan keromantisan kita saat saling bertatap mata di sela renyahnya gelak tawa kita?

Kau tahu sahabat? Semua hal kecil yang kita lalui bersama terlalu sulit untuk dilupa. Entah. Rasanya memoriku begitu pandai merekamnya tanpa terlewatkan satu detik pun. Dan lucunya, hal ini terjadi hanya saat aku bersamamu.

Hingga saat ini, masih sulit kupercayai bahwa rindu ini tertuju padamu. Usahaku untuk menolak rasa itu menjadi percuma. Rasa yang selama ini kuhindari, kini malah datang menghampiri. Memang, tak ku pungkiri rasa itu yang begitu nyaman di benakku. Tapi entah mengapa rasa itu juga sangat asing bagiku.

Aku tak pernah berhenti memungkiri, tak pernah letih mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku tak mecintaimu. Namun semua terjadi begitu saja di luar batas kendaliku. Hingga aku pun sadar, memunafiki diri tiada henti atas rasa cinta yang kumiliki, tak membuatmu lenyap dari hati dan pikiranku. Justru sebaliknya, hadirmu selalu kunantikan dalam setiap langkahku.

Seandainya aku mampu mengendalikan persaanku sendiri, tentu aku akan melenyapkan perasaanku ini untukmu. Karena bagaimanapun, hubungan kita hanyalah sebatas persahabatan. Tidak lebih. Aku tidak ingin merusak hubungan persahabatan yang indah ini, kawan.

Aku ingin mencintaimu lewat rindu yang meneduhkan, dan memelukmu lewat doa yang kupanjatkan. Satu hal yang perlu kau tahu sahabat, meski kita tak bersatu dalam ikatan yang pasti, namamu akan selalu tertata rapi di lubuk hati.

 

#CintaDalamKata

Share
Topics
Editorial Team
Kartika Ningtyas
EditorKartika Ningtyas
Follow Us