Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sebab Perempuan Masih Menganggap Tabu Obrolan Seputar Seks

ilustrasi larangan bicara (pexels.com/Sound On)

Topik seksualitas biasanya seru dibahas oleh pria. Sebaliknya, topik tersebut masih kerap dianggap tabu oleh perempuan. Ada rasa malu bahkan takut bila hendak membicarakannya dengan teman dan keluarga. Apakah obrolan tentang seks memang berbahaya?

Sebetulnya topik ini justru perlu lebih sering dibicarakan secara terbuka. Sekalipun aktivitas seks merupakan ranah pribadi, topik seksualitas merupakan hal yang biasa. Bukankah kita sudah dewasa dan hal-hal yang berkaitan dengan seks tidak terpisahkan dari diri kita?

Namun, sebagian perempuan masih ragu buat menanggapi obrolan seputar seks. Ada baiknya sebab-sebab keengganan perempuan masuk ke obrolan ini diluruskan biar topik seks gak lagi jadi momok.

1. Takut bikin terangsang diri sendiri maupun lawan bicara

ilustrasi tiga perempuan muda (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Percakapan tentang seks bukan satu-satunya penyebab orang bisa terangsang. Kita dapat terangsang semata-mata akibat dorongan dalam diri, habis menonton film dengan adegan panas, dan sebagainya. Sedang obrolan seputar seks bukan berarti membicarakan hal-hal porno.

Selama pembahasannya cukup ilmiah dan tidak terlalu fokus ke adegan ranjang, topik seksualitas aman, kok. Kalaupun ada orang yang menjadi agak terangsang ketika membahasnya, itu juga hal yang normal. Kita tidak bisa mengendalikan pikiran dan hasrat orang lain. Terpenting, penyalurannya gak membahayakan siapa pun.

2. Gak mau obrolan sampai didengar oleh lawan jenis

ilustrasi bisik-bisik (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sebagian perempuan merasa tidak masalah untuk membicarakan seksualitas dengan kaum mereka. Akan tetapi, mereka sangat anti melakukannya jika ada pria. Padahal, sebetulnya penting juga untuk perempuan mengetahui perspektif pria tentang seks.

Demikian juga sebaliknya, pria wajib dapat memahami seks di mata perempuan. Pemahaman akan seksualitas dalam pandangan lawan jenis akan memudahkan kita saat membangun hubungan. Kita lebih mungkin mengerti kebutuhan pasangan. Begitu pun pasangan memahami keinginan kita.

3. Cemas dianggap bernafsu besar kalau sering membahas seksualitas

ilustrasi mengobrol (pexels.com/cottonbro studio)

Lagi-lagi tergantung cara pembahasannya. Jika pusat perhatian kita hanya pada adegan ranjangnya lalu mengembangkan berbagai fantasi liar, boleh jadi nafsu kita memang besar. Namun, bila obrolan seputar seks dimaksudkan untuk makin mengenali tubuh dan kebutuhan sendiri, tentu bukan cerminan besarnya nafsu.

Demikian pula apabila tujuannya menjembatani perbedaan pandangan tentang seksualitas antara pria dan perempuan. Ini malah bagus. Agar urusan seks tidak didominasi oleh jenis kelamin tertentu. Semua orang bisa mencapai kebahagiaan dalam aktivitas seks bersama pasangan.

4. Berpendapat topik ini hanya boleh dibahas dengan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Pixabay)

Tidak masalah bila kita hanya mau membicarakan topik seks dengan pasangan setelah menikah. Masalahnya, bisakah topik yang dianggap tabu tiba-tiba muncul di antara kita dengan pasangan? Pasangan kita bahkan lawan jenis. Apa kita gak tambah malu buat mulai membicarakannya?

Perlu pembiasaan untuk membuat obrolan seputar seks tak lagi terasa sebagai sesuatu yang memalukan atau berbahaya. Sebelum menikah, kita mesti bersikap cukup terbuka tentang topik ini dengan teman dan keluarga. Supaya gak ada hambatan berarti di kemudian hari saat kita hendak membicarakannya dengan pasangan.

5. Ada penyangkalan kalau perempuan juga punya dorongan seks

ilustrasi mengobrol (pexels.com/SHVETS production)

Sebagian kita tumbuh dengan ajaran bahwa seks adalah dunia pria. Pria yang punya nafsu seks besar, membutuhkan hubungan seks secara rutin, dan harus mencapai kepuasan. Jika kebutuhan dan kepuasan seks tak terpenuhi, pria akan mencari partner seks lain.

Faktanya, semua itu bukan hanya milik pria. Perempuan juga merasakan hal yang sama. Dorongan seks pasti ada dalam diri perempuan dewasa. Sama-sama punya nafsu seks, baik pria maupun perempuan sangat boleh membicarakan topik ini.

Selalu menganggap seks sebagai topik terlarang justru merugikan perempuan. Kita dapat terjebak dalam pemikiran yang keliru tentang seks. Juga tidak mengenali kebutuhan diri dan lawan jenis dengan baik. Dalam pernikahan, kita bahkan kesulitan menikmati hubungan seks. Yuk, mulai bersikap lebih terbuka pada topik yang satu ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us