4 Tokoh Inspiratif dari Buku Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran

Jakarta, IDN TIMES - Momen Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 Maret, jadi spesial bagi seluruh perempuan untuk merayakan kontribusi dan perannya dalam berbagai aspek kehidupan. Sejak dahulu, ada begitu banyak perempuan yang telah turut berjuang aktif dalam memperjuangkan hak-hak dan masa depan cemerlang Indonesia, bahkan saat reformasi 1998.
Selama ini, aktivis perempuan banyak dipandang sebelah mata, bahkan tidak disadari keberadaannya. Melihat kondisi tersebut, Nuraini Hilir yang merupakan Mantan Ketua KNPD bersama dengan Hunsi Munir sebagai fotografer, menginisiasikan penulisan sebuah buku bertajuk "Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran".
Buku yang berisikan 43 kisah inspiratif para aktivis perempuan Tanah Air ini, resmi diluncurkan pada Jumat (8/3/2024), di The Plaza IDN Media, bertepatan dengan International Women's Day (IWD) 2024. Dihadiri oleh beberapa penulis dan tokoh penting dalam bukunya, diadakan pula sebuah talkshow yang membahas proses penulisan bukunya. Mari simak empat kisah inspiratif dari para tokoh di balik buku "Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran".
1. Dr. Ruth Indiyah Rahayu

Dr. Ruth Indiyah Rahayu, aktivis perempuan dan Dewan Pengurus Kalyanamitra, turut jadi salah satu narasumber dalam talkshow peluncuran buku "Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran". Ia merasa terhormat diembankan peran untuk menulis kata pengantar dalam bukunya dan mampu membaca beragam memori berharga para perempuan lainnya.
"Saya melihat dalam buku ini, walau profilnya pendek, namun ini merekonstruksi apa yang saya sebut dengan narasi perempuan yang berjuang di sebelah kiri. Kawan-kawan sejak mengalami radikalisasi hingga sekarang, mereka tetap melawan pihak di sebelah kanan (status quo kekuasaan). Seluruh perempuan dalam buku ini, baik yang berjuang di ranah politik maupun non-politik, tetapi semuanya berada dalam satu ranah perjuangan," ujar Dr. Ruth yang menceritakan pandangannya terhadap isi buku.
Merasa antusias dengan arah semangat perjuangan di balik tujuan penulisan buku ini, Dr. Ruth juga merasakan, diperlukan adanya karya tulis berikutnya. Secara lebih dalam, ia menyarankan agar karya selanjutnya berisikan perjuangan para aktivis perempuan di era sekarang ini.
2. Lilik Hastuti

Buku ini memang berisikan puluhan cerita yang dirangkum berdasarkan memori para aktivis perempuan. Lilik Hastuti yang merupakan mantan aktivis PRD (Partai Rakyat Demokratik) dan sekarang bekerja di bidang media, juga menjadi salah satu penulis dalam bukunya.
"Buku ini memberi kesempatan bagi kami, para penulis, untuk merangkum memori dan memanggil kembali ingatan indah masa muda kami. Inilah perjalanan politik maupun perjalanan personal kami, sekaligus jadi sarana untuk penyembuhan luka bagi sebagian teman. Saya sangat senang dapat menuangkan memori perjuangan dalam karya kita bersama ini," pungkas Lilik HS dengan antusias.
3. Nuraini Hilir

Diperlukan perjalanan yang panjang, yaitu selama dua tahun, bagi buku "Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran" dirancang, ditulis, hingga dapat diluncurkan. Nuraini Hilir selaku penggagas buku, turut menceritakan perjuangan di balik proses pembuatan buku ini yang penuh tantangan.
"Tidak mudah untuk mendata kembali kawan-kawan kita yang dulu pernah bersama, lalu terkumpul ada kurang lebih 100 nama. Awalnya kami ingin buku ini berisikan cerita 50 orang, tetapi kami bingung bagaimana mengeliminasi nama-nama itu. Namun, ternyata semuanya terseleksi secara alamiah karena satu dan lain hal. Kami juga terbatas dalam hal pendanaan, tetapi semuanya dapat kami atasi bersama hingga peluncuran buku dapat kita lakukan hari ini," ceritanya yang memicu decak kagum para hadirin.
Memang bukan hal yang mudah untuk dapat menghubungkan 48 aktivis perempuan di tengah-tengah kesibukan dan lokasi tempat tinggal mereka yang beragam. Beragam tantangan lainnya pun juga berkontribusi terhadap proses panjang dan menginspirasi buku ini.
4. Husni Munir

Satu hal yang juga spesial dari buku ini adalah potret para penulis yang turut melengkapi tiap profil dan memori yang mereka tuangkan masing-masing. Tentu saja, hal ini dapat tercapai berkat tangan Husni Munir selaku fotografer.
"Konsep pemotretannya adalah saya ingin memotret mereka (para penulis) dengan karakter mereka apa adanya. Saya ingin menangkap kepercayaan diri mereka, bagaimana mereka tampil hari-harian. Saya pingin mereka tampil sebagaimana harian mereka ketika bekerja atau beraktivitas. Dengan ini, harapannya potret para perempuan ini dapat mengaskan identitas mereka sebagai para penulis dalam bukunya," tutur Husni.
Hanya dari sesi talkshow, rasanya insight dan cerita di balik proses pembuatan buku ini sudah penuh cerita yang menginspirasi. Kamu akan lebih terinspirasi dengan membaca seluruh kisah perjuangan dalam buku "Memori Perempuan Berjuang Melawan Tiran" yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.