Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Terlalu Pasif PDKT Bikin Kamu Kena Friendzone, Hindari Guys!

ilustrasi berbicara (pexels.com/Heber Vazquez)

Pendekatan atau PDKT adalah tahap krusial dalam membangun hubungan romantis. Banyak orang gagal dalam tahap ini karena terlalu pasif dalam menunjukkan ketertarikan. Jika kamu hanya menunggu tanpa berinisiatif, maka peluang untuk diterima sebagai pasangan semakin kecil.

Pasif dalam PDKT membuat kamu lebih terlihat sebagai teman baik daripada calon pasangan. Sikap ini bisa menimbulkan kesan bahwa kamu tidak cukup tertarik atau tidak memiliki keberanian untuk melangkah lebih jauh. Berikut adalah tujuh alasan mengapa terlalu pasif dalam PDKT bisa membuat kamu terjebak di zona pertemanan alias friendzone!

1. Kurang menunjukkan ketertarikan

ilustrasi berbicara (pexels.com/cottonbro studio)

Jika kamu terlalu pasif, gebetan mungkin tidak akan tahu bahwa kamu tertarik padanya. Banyak orang menganggap diam sebagai tanda ketidaktertarikan, sehingga mereka tidak akan menganggap kamu sebagai calon pasangan. Menunjukkan minat dengan tindakan nyata sangat penting agar gebetan melihat kamu sebagai seseorang yang serius.

Selain itu, komunikasi yang terlalu minim akan membuat hubungan tetap di tingkat pertemanan. Tanpa adanya tanda-tanda ketertarikan yang jelas, sulit bagi seseorang untuk membalas perasaan yang tidak pernah terlihat. Oleh karena itu, penting untuk mengungkapkan perasaan secara langsung atau melalui tindakan nyata.

2. Tidak mengambil inisiatif

ilustrasi berbicara (pexels.com/William Fortunato)

Mengharapkan gebetan untuk selalu memulai percakapan atau pertemuan adalah kesalahan besar. Jika kamu selalu menunggu dan tidak pernah mengambil langkah pertama, maka hubungan akan berjalan stagnan. Gebetan mungkin akan berpikir bahwa kamu tidak cukup berani atau tidak tertarik.

Mengajak bertemu atau sekadar menanyakan kabar bisa menjadi cara sederhana untuk menunjukkan perhatian. Jika kamu tidak pernah berusaha untuk lebih dekat, maka hubungan kalian akan tetap datar. Sikap proaktif sangat dibutuhkan agar hubungan bisa berkembang lebih jauh.

3. Tidak memberikan sinyal yang jelas

ilustrasi berbicara (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang yang terjebak dalam friendzone karena tidak memberikan sinyal yang cukup jelas. Gebetan mungkin merasa nyaman berbicara dengan kamu, tetapi tanpa sinyal, mereka tidak akan tahu bahwa kamu memiliki perasaan lebih. Akhirnya, kamu hanya dianggap sebagai teman curhat yang baik.

Sinyal bisa berupa perhatian lebih, tatapan mata, atau pujian yang mengarah pada ketertarikan romantis. Jika semua interaksi terasa seperti pertemanan biasa, maka sulit bagi gebetan untuk melihat kamu sebagai calon pasangan. Memberikan sinyal yang tepat akan membantu memperjelas niat kamu sejak awal.

4. Terlalu banyak mendengarkan tanpa berbagi

ilustrasi berbicara (pexels.com/Budgeron Bach)

Mendengarkan memang penting dalam membangun koneksi, tetapi jika kamu hanya menjadi pendengar tanpa berbagi, hubungan bisa menjadi tidak seimbang. Jika hanya satu pihak yang berbicara dan kamu hanya menanggapi dengan singkat, interaksi akan terasa kurang menarik. Percakapan yang baik membutuhkan timbal balik dari kedua belah pihak.

Dengan berbagi cerita tentang diri sendiri, kamu menunjukkan sisi lain dari kepribadian yang menarik. Hal ini juga membuat gebetan lebih mudah merasa terhubung dan memahami siapa kamu sebenarnya. Jika kamu terlalu pasif, maka hubungan tidak akan berkembang ke arah yang lebih dalam.

5. Tidak berani mengungkapkan perasaan

ilustrasi berbicara (freepik.com/Lifestylememory)

Salah satu alasan utama orang terjebak dalam friendzone adalah karena tidak berani menyatakan perasaannya. Jika kamu terlalu lama menunda untuk berbicara jujur tentang perasaan, gebetan bisa saja menganggap kamu tidak memiliki ketertarikan lebih. Kesempatan untuk melangkah ke tahap berikutnya pun menjadi hilang.

Keberanian dalam mengungkapkan perasaan sangat penting agar gebetan mengetahui niat kamu. Jika terlalu takut akan penolakan, maka kamu hanya akan terjebak dalam perasaan yang tidak tersampaikan. Lebih baik mencoba dan mendapatkan kejelasan daripada terus menunggu dalam ketidakpastian.

6. Tidak memberikan momen spesial

ilustrasi berbicara (freepik.com/drobotdean)

Hubungan yang berkembang dari pertemanan menjadi romantis biasanya membutuhkan momen spesial yang memperkuat koneksi. Jika kamu hanya melakukan hal-hal biasa seperti teman pada umumnya, maka sulit bagi gebetan untuk melihat kamu sebagai pasangan potensial. Momen spesial bisa berupa kejutan kecil atau perhatian lebih di saat penting.

Dengan menciptakan momen berkesan, kamu bisa menunjukkan bahwa hubungan ini lebih dari sekadar pertemanan. Momen tersebut juga bisa menjadi pembuka bagi hubungan yang lebih dalam. Jangan ragu untuk menciptakan pengalaman unik yang membedakan kamu dari teman biasa.

7. Tidak memiliki daya tarik lebih

ilustrasi berbicara (freepik.com/Lifestylememory)

Ketertarikan dalam hubungan bukan hanya tentang komunikasi, tetapi juga tentang bagaimana kamu membawa diri. Jika kamu terlalu pasif dan tidak memiliki hal menarik dalam kehidupan, maka gebetan mungkin tidak akan merasa tertarik lebih jauh. Memiliki hobi, passion, atau tujuan hidup yang jelas bisa meningkatkan daya tarik kamu.

Orang cenderung tertarik pada seseorang yang memiliki kehidupan yang menarik dan penuh semangat. Jika kamu terlihat pasif dan tidak memiliki keunikan, maka sulit untuk menonjol di mata gebetan. Meningkatkan kualitas diri juga bisa menjadi cara untuk keluar dari zona pertemanan.

Menjadi terlalu pasif dalam PDKT hanya akan memperbesar kemungkinan kamu terjebak dalam friendzone. Untuk membangun hubungan yang lebih dari sekadar pertemanan, kamu perlu lebih berani dan proaktif. Jangan biarkan kesempatan berlalu hanya karena kamu ragu untuk bertindak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rendy Firmansyah
EditorRendy Firmansyah
Follow Us