Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi refleksi Tragedi Mei 1998. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ilustrasi refleksi Tragedi Mei 1998. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Intinya sih...

  • Hermawan menjelaskan investigasi yang dipimpinnya menerapkan protokol Denver, namun tidak menemukan bukti langsung. Perdebatan angka korban menjadi pertarungan politik di dalam TGPF.

  • Tokoh HAM tanyakan hasil investigasi

  • Seorang tokoh HAM dari New York meminta Hermawan membuka hasil temuan lapangan. Hermawan menghormati perjuangan aktivis untuk memutus impunitas.

  • Hormati perjuangan dan memutus impunitas

  • Hermawan mengaku menghormati perjuangan para aktivis yang mendorong pengakuan dan perlindungan korban serta memutus tali impunitas.

Jakarta, IDN Times - Angka 52 korban kekerasan seksual yang tercantum dalam laporan akhir Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 ternyata disebut sebagai angka hasil kompromi. Hal ini diungkapkan langsung oleh Hermawan Sulistyo, bagian dari TGPF yang terlibat dalam investigasi keseluruhan Tragedi 13-15 Mei 1998. Dia adalah ketua tim asistensi yang mengumpulkan data.

“Tadinya tidak ada. Kenapa ada angka seperti itu? Itu angka kompromi. Jadi yang menyerang, bilang angkanya lebih dari 100. Yang diserang bilang nggak, nol, nggak ada. Berdebat-debat, terus angkanya bergeser dari 2, sudah bikin 2 sajalah. Oh, tidak boleh, 60. Saya menonton saja. Saya tidak ikut pertarungan. Tidak, tidak ditanya. Saya tidak mau bercakap. Kenapa? Kalau bercakap, nanti buyar perjuangan teman-teman itu. Jadi, ya, saya cuma menonton saja. Pertarungan itu sudah menjadi pertarungan politik,” kata Hermawan dalam wawancara bersama Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis dalam program Real Talk Uni Lubis, Kamis (20/6/2025).

Editorial Team

Tonton lebih seru di