Mendagri Minta Fasilitas Rusak Segera Diperbaiki untuk Hindari Trauma

- Mendagri Tito Karnavian meminta kepala daerah segera memperbaiki fasilitas umum yang rusak akibat demo di berbagai daerah.
- Tito menekankan perlunya rekonstruksi untuk menghindari trauma publik, serta menyarankan fasilitas yang butuh waktu lama perbaikan ditutup terlebih dahulu.
- Sejak Agustus 2025, tercatat ada 107 titik demo tersebar di 32 provinsi, dengan massa terpusat di lokasi strategis pemerintahan dan kepolisian.
Jakarta, IDN Times - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta kepala daerah gerak cepat memperbaiki fasilitas umum yang rusak akibat kericuhan demo di berbagai daerah.
Menurut Tito, rekonstruksi tersebut perlu dilakukan untuk menghindari trauma publik.
"Bagi daerah-daerah yang disitu ada kerusakan karena kebakaran dan lain-lain, cepat dilakukan rekonstruksi, perbaikan. Jangan dibiarkan, karena itu akan membuat trauma publik," kata dia dalam jumpa pers di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Selasa (2/9/2025).
Tito mengimbau, jika ada fasilitas publik yang memang membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki, maka lebih baik ditutup terlebih dahulu.
"Jadi segera dilakukan perbaikan, kalau yang memerlukan waktu lama, tutup. Perbaikan yang memerlukan waktu lama jadi tutup. Jangan kemudian menimbulkan trauma yang tidak bagus," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Tito mengungkap, sejak Kamis 28 Agustus 2025 hingga saat ini, tercatat ada 107 titik demo yang tersebar di 32 provinsi. Konsentrasi massa terpusat di titik strategis pemerintahan dan kepolisian.
"Dengan konsentrasi massa terpusat di lokasi strategis seperti Mabes Polri, Mako Brimob, kantor Polda, Polres serta gedung DPR RI dan DPRD di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota," ucap dia.
Mantan Kapolri itu menjelaskan, sejumlah daerah yang jadi titik lokasi kerusuhan akibat demo disebut sebagai zona merah, yakni Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.
Sementara daerah lainnya masuk ke zona kuning yang artinya demo tidak menimbulkan kerusuhan parah.
"Kami catat yang berakhir ada kerusuhan dalam bentuk pengrusakan dan pembakaran, yang lainnya berlangsung secara kondusif," tutur Tito.