Pasangan capres cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming raka, jelang debat capres kelima yang akan digelar di JCC, Minggu (4/2/0224). (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Menurut Efriza, fenomena bagi-bagi kursi ini bisa memantik rasa kecewa, karena porsinya diyakini berdasarkan suka dan tidak suka. Sehingga tidak bisa murni objektivitas.
Bukan tidak mungkin, sikap Prabowo itu akan memantik kekecewaan, apalagi jika misalnya dalam porsi jabatan terjadi perbedaan pandangan.
"Misal Golkar bisa menuntut kursi banyak karena ia peringkatnya lebih tinggi ketimbang PAN. Andai berdasarkan hubungan kedekatan antara Prabowo dengan Ketua-ketua umumnya tentu ada ketidakseimbangan karena misalnya Golkar dan PAN sama-sama pernah di KIB mereka berdua menyeberang bareng untuk mendukung Prabowo," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto sempat menyinggung jatah lima kursi menteri untuk partai berlambang pohon beringin tersebut.
Tak lama berselang, Prabowo juga memberikan sinyal bahwa PAN akan mendapat jatah kursi lebih karena loyalitasnya telah mendukung sejak Pemilu 2014 lalu.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menanggapi ajakan capres nomor urut dua, Prabowo Subianto untuk bergabung ke dalam kabinet pemerintahannya.
Terbaru, Prabowo memberi sinyal NasDem gabung ke kabinet Prabowo-Gibran. Ketum NasDem, Surya Paloh mengaku belum ada keputusan untuk bergabung ke dalam kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran karena masih akan melihat semua perkembangan ke depan.
"Kita lihat perkembangan ke depan," ujar Paloh usai menerima Prabowo Subianto, di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Jumat (22/3/2024).
Menurut Paloh, kemungkinan NasDem untuk bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran masih terbuka lebar.
"Fifty-fifty possibility (50:50 kemungkinannya) ya," kata dia.