Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Psikolog: Awas, Cebong dan Kampret Bisa Stres karena Pemilu

IDN Times/Prayugo Utomo

Jakarta, IDN Times - Kekecewaan yang berlebihan terhadap hasil Pemilihan Umum 2019 bisa menyebabkan gangguan psikis bagi calon yang gagal dan juga pendukung fanatik.

Psikolog Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Zahrasari Lukita Dewi mengungkapkan, jika tidak bisa menerima kekalahan maka akan mengalami gangguan psikologis misalkan stres, depresi dan lainnya.

"Marah, kecewa, atau meluapkan perasaan saat mengalami kekalahan itu hal yang wajar namun jangan sampai berlebihan," ujarnya pada IDN Times usai seminar Attachment Style dan Emotional Intelligence pada orang Indonesia di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Selasa (23/4).

1. Caleg yang tidak tulus rawan depresi

Dok. IDN Times/Chalimatus Sa'diyah

Dia menambahkan fenomena munculnya calon legislatif yang stres karena gagal usai Pemilu disebabkan karena motifnya.

"Para calon wakil rakyat mempunyai motif yang berbeda-beda ya, ada yang memang untuk berkarya, ada juga untuk individual. Bukan rahasia umum lagi, misalnya menambah kekayaan rawan depresi jika kalah apalagi sudah mengeluarkan uang banyak," katanya.

2. Cebong dan kampret mudah stres

IDN Times/Istimewa

Wanita yang akrab disapa Aya ini menambahkan, gangguan psikis bisa juga dialami oleh pendukung paslon fanatik yang tidak bisa terima kekalahan jagoan baik pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf atau paslon 02 Prabowo-Sandiaga.

"Paling konyol jika terjadi pada para pendukung. Jika Jokowi atau Prabowo kalah (atau menang), mereka kan tetap hidup tenang," imbuhnya.

Menurutnya, sejak awal kemunculan paslon 01 dan paslon 02 sudah dinarasikan musuh. Kemunculan istilah cebong dan kampret merupakan gerakan sosial jika beda berarti musuh.

"Kesukaan tiap orang beda misalkan ada yang suka apel atau jeruk. Nah, pendukung fanatik diibaratkan orang yang suka apel menganggap jeruk itu racun," imbuhnya.

3. Pemilu 2019 jadi sejarah tak terlupakan

ANTARA FOTO/Ismar Patrizki

Aya yakin jika Pemilu 2019 sudah benar-benar berakhir, kerukunan dalam masyarakat akan kembali tercipta seiiring berjalan waktu.

"Seperti saat lengsernya Soeharto, pemilu kali ini akan menjadi bagian dari sejarah," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us