Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
pengeboman Kota Gaza (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)
Intinya sih...
  • Perang Rusia-Ukraina masih berlanjut dengan Ukraina melancarkan serangan drone tanpa dukungan langsung Amerika Serikat.
  • Perang di Gaza terus berlanjut meskipun tekanan internasional meningkat, dengan keterlibatan Iran memicu kekhawatiran perluasan konflik.
  • Eskalasi besar terjadi antara Israel-Iran setelah Israel meluncurkan Operasi Rising Lion, memicu ketegangan tajam di Timur Tengah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketegangan geopolitik global sepanjang 2025 mencapai tingkat yang jarang terjadi sejak berakhirnya Perang Dingin. Konflik bersenjata tidak lagi terbatas pada satu kawasan, melainkan menyebar dari Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara. Eskalasi militer, perang proksi, serta keterlibatan kekuatan besar membuat kekhawatiran akan konflik global berskala besar kembali mencuat.

Invasi Rusia ke Ukraina yang belum mereda, perang berkepanjangan di Gaza, serangan lintas negara di Timur Tengah, hingga konflik perbatasan di Asia Tenggara menjadi bagian dari lanskap keamanan dunia yang rapuh. Sejumlah konflik bahkan melibatkan negara-negara pemilik senjata nuklir atau berpotensi menyeret kekuatan besar secara langsung.

Berikut rangkuman konflik-konflik utama dunia sepanjang 2025 yang dinilai memiliki dampak strategis luas terhadap stabilitas global.

1. Perang Rusia–Ukraina

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
ilustrasi perang Rusia-Ukraina (commons.wikimedia.org/Ministry of Defense of Ukraine)

Perang Rusia–Ukraina tetap menjadi konflik paling berbahaya pada 2025. Setelah invasi penuh Rusia sejak Februari 2022, konflik ini berkembang menjadi perang modern berskala besar dengan penggunaan drone, rudal hipersonik, dan serangan lintas wilayah.

Pada Juni 2025, Ukraina melancarkan Operasi Jaring Laba-laba, serangan drone tersembunyi ke lima pangkalan udara Rusia yang menghancurkan lebih dari 40 pesawat tempur strategis. Serangan ini mengejutkan komunitas internasional karena dilakukan tanpa dukungan langsung Amerika Serikat, menunjukkan peningkatan kapasitas militer Ukraina secara mandiri.

Ketegangan semakin kompleks setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara terbuka mengkritik ketergantungan Ukraina pada bantuan Barat. Pernyataan tersebut memperkeruh diplomasi dan meningkatkan kekhawatiran akan konfrontasi langsung antara Rusia dan negara-negara NATO.

2. Perang Gaza

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
pemandangan Jalur Gaza (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)

Perang di Gaza masih menjadi sumber ketidakstabilan utama di Timur Tengah. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran yang berlanjut hingga 2025, meskipun tekanan internasional terus meningkat.

Upaya negara-negara Arab untuk mendorong gencatan senjata melalui forum di Riyadh belum membuahkan hasil signifikan. Konflik ini semakin berbahaya karena keterlibatan Iran sebagai pendukung Hamas, memicu kekhawatiran akan meluasnya perang ke tingkat regional.

Serangan balasan lintas wilayah dan meningkatnya ketegangan di Laut Merah memperkuat persepsi konflik Gaza bukan lagi perang lokal, melainkan bagian dari rivalitas geopolitik yang lebih luas.

3. Konflik Israel–Iran

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
ilustrasi bendera Iran (unsplash.com/Akbar Nemati)

Eskalasi besar terjadi pada 13 Juni 2025 ketika Israel meluncurkan Operasi Rising Lion dengan menyerang fasilitas nuklir utama Iran. Serangan tersebut menewaskan sejumlah pejabat militer penting dan langsung memicu kemarahan Teheran.

Iran menyatakan akan membalas dengan keras, sementara Amerika Serikat memilih untuk tidak terlibat langsung. Meski demikian, ketegangan meningkat tajam dan dipandang banyak pihak sebagai salah satu titik paling rawan yang dapat memicu konflik global jika melibatkan sekutu-sekutu regional lainnya.

Ancaman perang terbuka antara dua kekuatan utama Timur Tengah ini menjadikan kawasan tersebut salah satu titik api utama dunia pada 2025.

4. Konflik India–Pakistan

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
ilustrasi peta wilayah Kashmir yang disengketakan India dan Pakistan (Soumya-8974, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Ketegangan India dan Pakistan kembali memanas setelah serangan mematikan di Kashmir pada April 2025. India menuduh Pakistan berada di balik serangan tersebut, memicu operasi militer balasan dari kedua negara.

India meluncurkan Operasi Sindoor, sementara Pakistan membalas dengan Operasi Bunyan ul Marsous. Selain korban jiwa dan kehancuran infrastruktur militer, konflik ini kembali menghidupkan kekhawatiran global akan kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh dua negara bersenjata nuklir yang telah lama berseteru.

5. Perang saudara Sudan

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
Bendera Sudan (pexels.com/Aladdin Mustafa)

Sudan tetap terjerumus dalam perang saudara sejak April 2023 akibat konflik antara militer dan Rapid Support Forces (RSF). Sepanjang 2025, pertempuran di Khartoum dan Darfur terus berlanjut, memicu eksodus jutaan warga sipil.

Upaya mediasi internasional belum menunjukkan hasil nyata. Kekerasan yang terus berlangsung menjadikan Sudan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan dampak regional yang luas di Afrika Timur dan Timur Tengah.

6. Konflik di Myanmar

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
bendera Myanmar (Pexels.com/Gu Bra)

Empat tahun setelah kudeta militer 2021, Myanmar masih dilanda perang saudara. Pada 2025, konflik semakin meluas dengan kelompok etnis dan pasukan pro-demokrasi merebut kendali atas sejumlah wilayah.

Junta militer kehilangan kontrol efektif di banyak daerah, meningkatkan risiko instabilitas regional di Asia Tenggara serta krisis pengungsi lintas negara.

7. Konflik perbatasan Thailand–Kamboja

Deretan Konflik Global yang Terus Membara Sepanjang 2025
potret peta Thailand dan Kamboja (pexels.com/Anthony Beck)

Konflik perbatasan Thailand–Kamboja kembali meletus pada akhir Juli 2025, berkembang dari insiden lokal menjadi krisis keamanan regional. Bentrokan bersenjata, evakuasi warga sipil, serta tekanan diplomatik meningkat tajam dalam waktu singkat.

Malaysia, melalui Perdana Menteri Anwar Ibrahim, memediasi gencatan senjata pertama pada 28 Juli 2025. Namun, upaya ini belum menyentuh akar konflik. Ketegangan kembali meningkat hingga mencapai momentum penting pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada Oktober 2025, ketika Presiden AS Donald Trump ikut memediasi kesepakatan gencatan senjata.

Gencatan tersebut kembali runtuh menjelang akhir tahun. Bentrokan pada Desember 2025 memicu korban jiwa dan gelombang pengungsian baru, sebelum kedua negara menyepakati gencatan senjata kedua melalui mekanisme komite perbatasan.

China kemudian ikut memfasilitasi pertemuan trilateral dengan Thailand dan Kamboja untuk menegaskan pentingnya menjaga gencatan senjata dan membangun kembali kepercayaan. Keterlibatan ASEAN, Amerika Serikat, dan China menunjukkan konflik ini memiliki dimensi geopolitik yang lebih luas.

Tahun 2025 menunjukkan konflik bersenjata dunia tidak lagi terisolasi, melainkan saling terkait melalui jaringan kepentingan geopolitik global. Dari perang antarnegara hingga konflik internal yang berdampak lintas batas, dunia menghadapi lanskap keamanan yang rapuh dan penuh ketidakpastian.

Dengan semakin banyak aktor besar terlibat, mulai dari Amerika Serikat, Rusia, Iran, hingga China, tantangan global ke depan bukan hanya menghentikan perang, tetapi mencegah konflik-konflik regional berubah menjadi konfrontasi internasional berskala besar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in News

See More

Momen Prabowo Sebut Seskab Teddy Malu-Malu Bicara ke Pengungsi

01 Jan 2026, 01:21 WIBNews