Cerita Bupati Aceh Tamiang Terkepung Banjir dan Keluar Berkat Radio Amatir

- Bupati Aceh Tamiang terisolasi total saat banjir bandang dan longsor melanda 3 provinsi di Sumatra
- Armia Fahmi menyelamatkan diri bersama warga, berjalan kaki menerobos banjir, dan berhasil menghubungi BNPB lewat radio amatir
- Titik terang datang pada hari ketiga pascabencana setelah Armia menggunakan radio amatir untuk melapor ke BNPB
Jakarta, IDN Times - Kabupaten Aceh Tamiang sempat terisolasi total pada hari-hari awal bencana banjir bandang dan longsor menimpa 3 provinsi di Sumatra. Komunikasi dan akses lumpuh, membuat kondisi darurat di kabupaten itu awalnya tidak termonitor oleh posko bencana provinsi dan pusat.
Dalam situasi kritis tersebut, Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi akhirnya berhasil menghubungi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan radio amatir.
"Saya laporkan bahwa Aceh Tamiang dari dua kecamatan semua terdampak banjir bandang. Dua kecamatan bisa kami pantau, sepuluh terisolasi. Saya punya penduduk 310 ribu jiwa semua terdampak banjir. Mohon bantuan," kata Armia mengungkapkan peristiwa tersebut kepada Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis, Sabtu (27/12/2025).
1. Menyelamatkan diri bersama puluhan warga di lantai 2 kafe saat banjir mulai menerjang

Jenderal Polisi (purnawirawan) bintang dua ini menuturkan, bencana diawali dengan hujan sangat deras dan tanpa jeda sejak Selasa, 25 November 2025. Esok paginya, Armia yang sedang berada di Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengadakan rapat pada pukul 02.00 pagi, dan menyaksikan air naik dengan cepat.
Melihat hal tersebut, ia dan puluhan warga lain menyelamatkan diri ke lantai dua sebuah kafe karena banjir di luar sudah setinggi pinggang orang dewasa. Malam itu ia habiskan bersama 56 pengungsi di kafe tersebut, sementara listrik dan komunikasi terputus.
"Ternyata begitu keluar, air makin tinggi. Jadi air itu sudah hampir sepinggang orang. Sehingga saya melihatlah ada satu kafe di sana, saya singgah di situ," kata Armia, yang memiliki jabatan terakhir di Polri sebagai Analis Kebijakan Utama Bidang Sosial Budaya Kapolri.
2. Berjalan kaki menerobos banjir dan mencoba menyeberangi sungai dua kali

Lebih lanjut, pada hari kedua dan ketiga, Armia dan jajarannya melakukan berbagai upaya untuk bisa menjangkau wilayah lain. Termasuk harus berjalan kaki menerobos banjir, mendistribusikan logistik seadanya, dan bahkan dua kali mencoba menyeberangi sungai dengan perahu.
Upaya pertama gagal karena perahu dihantam arus deras. Tapi upaya kedua akhirnya berhasil karena mengganti mesin perahu dengan yang lebih tinggi.
"Di sungai itu kita lihat arusnya besar. Di sana sungai (air) kencang mengalir. Baloknya besar-besar sekali. Itulah kami ibaratnya kalau kita paksakan itu mundur. Sehingga kita ambil alternatif sampai kita berbelok ke Perkebunan Sawit. Akhirnya kita pelan-pelan jalan bisa," kata pria yang lahir pada 12 Oktober 1966 ini.
Dia kemudian menjelaskan kondisi para warga yang terdampar. Salah satunya, ada seorang warga yang terdampar tiga hari tanpa makan dan minuman, hanya terlihat memegang satu botol air mineral kemasan yang setengahnya sudah berwarna coklat.
"Sampai di sana kami lihatlah satu orang bilang 'tolong, tolong, tolong'. Kami mampir ke sana, kita ambil orang itu," ujar Bupati Aceh Tamiang periode 2025—2030 ini.
3. Titik terang datang pada hari ketiga pascabencana berkat radio amatir

Akhirnya titik terang datang pada hari ketiga setelah banjir, yaitu pada Sabtu 29 November 2025. Setelah menemukan lokasi yang memiliki sinyal, Armia menggunakan radio amatir untuk melapor. Laporan langsung yang didengar hingga Jakarta itulah yang menjadi pembuka akses bantuan.
"Dan radio rupanya ini jangkauan luas. Jakarta dengar, semua dengar," katanya.
Beberapa jam kemudian, kata Armia, helikopter BNPB membawa bantuan logistik pertama di Aceh Tamiang.
"Jam 10 saya laporkan. Barulah jam 4 sore helikopter dari BNPB membawa 65 karung," ujar Armia.













