Stasiun MRT Lebak Bulus Bakal Jadi Gerbang Suar Jakarta

Jakarta, IDN Times - Stasiun Lebak Bulus MRT diharapkan menjadi magnet bagi masyarakat penglaju dari daerah penyangga yang banyak beraktivitas ke pusat kota Jakarta.
Kepala Transit Oriented Development (TOD) PT MRT Jakarta (perseroda), Gunawan, dalam kelas MFP V/2023 yang digelar Rabu (4/10/2023) mengatakan, setiap kawasan TOD yang dibangun memiliki tema yang berbeda-beda.
Stasiun Lebak Bulus akan menjadi “Gerbang Suar Jakarta” karena menjadi simpang temu dan berfungsi sebagai titik transit bagi masyarakat di sekitar kawasan yang akan beraktivitas ke pusat Kota Jakarta.
Berdasarkan survei pada Juli 2023 lalu, data transit first mile dan last mile di Stasiun Lebak Bulus, sebanyak 48 persen kontribusi penumpang berasal dari kawasan Jakarta Selatan dan sekitarnya, seperti Cinere, Ciputat, dan Pondok Labu. Kemudian kontribusi penumpang yang berasal dari Tangerang Selatan dan Bintaro mencapai 29 persen, sedangkan yang berasal dari Depok mencapai 23 persen.
“Data ini adalah data survei penumpang bulan Juli lalu,” kata Gunawan saat dihubungi IDN Times, Sabtu (7/10/2023).
Gunawan menjelaskan, pengembangan infrastruktur simpang temu Lebak Bulus saat ini terdiri dari dua bagian, yaitu transit plaza depan Poins Square dan jembatan interkoneksi sepanjang 200 meter dari Stasiun MRT Lebak Bulus ke transit plaza depan Poins Square.
Transit plaza seluas 2.000 persegi dirancang untuk mendukung kegiatan transit dengan fasilitas pemberhentian bus TransJakarta, area drop-off kendaraan pribadi dan kendaraan daring, serta parkir sepeda.
1. MRT bakal bangun tiga park and ride di Stasiun Lebak Bulus

Ke depannya, kata Gunawan, MRT Jakarta akan membangun tiga lokasi park and ride di sekitar Stasiun Lebak Bulus untuk mendorong peningkatan shifting penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Menurut dia, pembangunan park and ride di sekitar kawasan ini sangat penting untuk dilakukan. Hal itu karena kemacetan di Jalan Fatmawati sampai Jalan TB Simatupang sangat tinggi.
Gunawan menjelaskan, pembangunan park and ride ini akan dirancang dengan konsep fungsi campuran yang dapat menunjang kegiatan lain seperti ritel, usaha mikro, kecil, dan menengah, hingga pusat olahraga.
Pihaknya saat ini sedang intens membangun komunikasi dengan para pemilik lahan. Dengan demikian, pembangunan park and ride dengan nilai investasi mencapai Rp10-15 miliar di sekitar kawasan Stasiun Lebak Bulus ini dapat dilakukan pada awal tahun 2024.
Dia mengatakan, satu lokasi park and ride yang akan dibangun nantinya dirancang dapat menampung 700-1000 motor dan 200 lot mobil dengan luas lahan mencapai lebih dari satu hektare.
Sementara untuk dua lokasi lainnya merupakan lahan milik perusahaan properti dengan luas mencapai 1,8 hektare dan 2,2 hektare.
“Kita ingin mengembangkan kawasan di selatan menjadi sesuatu dan ini tujuannya untuk publik. Orang bisa olahrahga, bisa parkir bisa beli kopi di sini,” kata dia.
2. Interkoneksi bisa mendorong peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik

Gunawan mengatakan, saat ini PT MRT Jakarta telah menerima sebanyak 51 pengembangan interkoneksi antara gedung-gedung milik perusahaan swasta dengan stasiun MRT. Dia mengatakan, pengembangan 51 interkoneksi ini tersebar di sepanjang jalur MRT fase satu.
Salah satu contoh proyek interkoneksi yang sedang berjalan saat ini adalah pembangunan terowongan di Menara UOB ke Stasiun MRT Dukuh Atas yang saat ini sudah mulai tahapan konstruksi.
“Memang sudah ada beberapa yang masuk ke kami untuk melakukan MoU (menghubungkan gedung dengan stasiun MRT) dan sudah ada yang jadi juga,” kata dia.
Selain itu, salah satu interkoneksi yang sudah terbangun di kawasan Lebak Bulus adalah pembangunan Jembatan Penyebrangan Multiguna (JPM) yang menghubungkan stasiun MRT dengan Poins Square. Pembangunan JPM ini dilakukan oleh PT Intiland dan dikelola oleh PT MRT Jakarta.
“Seperti JPM lebak bulus yang dibangun Intiland karena di sana mesti ada sumber pendapatan untuk security, kebersihan, maintenance juga,” kata dia.
Chief Business Development , PT Inti Menara Jaya, Permadi Indra Yoga, mengatakan perusahaannya sangat antusias untuk terlibat dalam pengembangan kawasan TOD bersama dengan MRT.
Yoga mengatakan, beberapa proyek perusahaannya sangat dekat dengan jalur MRT. Oleh karena itu, sejak adanya peletakan batu pertama atau groundbreaking pada tahun 2013 silam, pihaknya sudah memproyeksikan akan ikut terlibat dalam pengembangan TOD dengan MRT.
“Kita berpikir bahwa semakin padatnya kota, semakin jalan terbatas, jumlah kendaraan meningkat, itu akan membutuhkan public transportation yang andal,” kata dia.
Yoga mengatakan, saat ini keberadaan Poins Square menjadi spesial karena dekat dengan kawasan MRT Jakarta.
Dengan demikian, pihaknya menyambut baik ketika mendapatkan kesempatan untuk menghubungkan stasiun MRT dengan propertinya. Menurutnya, ada dua hal yang sangat penting untuk membangun sebuah properti, yaitu lokasi dan aksesibilitas.
“Jadi kita berpikiran, ya, dari sisi strateginya bahwa dengan meningkatnya transportasi umum otomatis akan diikuti dengan peningkatan konektivitas,” kata dia.
Yoga mengatakan, adanya konektivitas yang baik di kawasan TOD akan menimbulkan efisiensi waktu bagi seluruh pengunjung. Selain itu, konektivitas juga akan meningkatkan produktivitas para pengunjung.
“Kita berharap dengan aksesnya MRT akan memudahkan dari sisi kenyamanan dan ketepatan waktu daripada kita punya customer nanti,” kata dia.
“Jadi sudah otomatis dengan adanya konektivitas yang baik di kawasan TOD akan menimbulkan efisiensi waktu yang akan dimanfaatkan oleh kita punya customer,” sambungnya.
Selain itu, kata dia, konektivitas ini juga pelan-pelan dapat mendorong pengalihan perilaku warga dengan beralih dari pengguna angkutan pribadi angkutan publik.
“Saya pikir ke depan, kita akan menyongsong satu era di mana ada shifting perilaku dari warga ke satu era dimana menggunakan public transportation sebagai core-nya,” kata dia.
“Di South Quarter itu kita menampung 12.000 karyawan office di sana. Jadi kebayang kan kalau 40 persennya shifting, tadinya pakai kendaraan pribadi ke kendaraan umum karena kenyamanan tadi, itu sudah membantu banyak dalam membuat kota ini bisa lebih baik lebih bersih,” kata dia.
3. Sejumlah TOD garapan MRT Jakarta sudah bisa mandiri menghasilkan uang

Lebih lanjut, Gunawan mengatakan, MRT Jakarta memang diberikan mandat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengembangkan bisnis dan kawasan.
Pada tahun 2022, kata dia, PT MRT Jakarta sudah menyelesaikan pengembangan kawasan konsep TOD dengan nilai investasi mencapai Rp1,5 triliun. Dana itu seluruhnya berasal dari investor dan pengembang.
“Proyek kita 2022 yang sudah kita selesaikan, nilai investasi Rp1,5 triliun in total, jadi perputaran rupiah di proyek ini Rp1,5 T pada 2022 dan itu bukan dana DKI tapi investor dan pengembang,” kata dia.
Gunawan menjelaskan, dari enam TOD yang saat ini sudah dikembangkan beberapa sudah bisa mandiri menghasilkan pendapatan, salah satunya adalah Taman Literasi Martha Christina Tiahahu dan gedung Transport HUB MRT Jakarta di Sudirman. Ke depan, pihaknya juga menargetkan bisa memperoleh penghasilan dari proyek JPM Lebak Bulus.
“Dari Taman Martha ada pemasukan, gedung (transport hub) ini ada (pemasukan). Taman Martha diresmikan pada September 2022, satu tahun kemudian sudah bisa menghasilkan uang,” kata dia.
Dia mengatakan, saat MRT mengubah wajah Taman Literasi Martha Christina Tiahahu menjadi ruang terbuka yang dapat menunjang berbagai kegiatan hiburan, bisa berdampak terhadap perputaran uang.
“Taman Martha, kita ubah menjadi ruang terbuka. Kalau dia hanya jadi taman, tidak bisa menghasilkan sesuatu tidak ada tempat nongkrongnya dia tidak bisa menghidupkan dirinya sendiri,” kata dia.