Wawancara Dubes RI untuk Portugal: Diplomasi Fashion, Musik dan Film

IDN Times, Lisabon – Pukul 14.30 waktu Lisabon. Jalanan di depan Praca do Imperio yang terletak di samping Kuil Jeronimos mendadak dikosongkan oleh sejumlah polisi. Selasa
sore, 29 Mei 2018, dua bangunan ikon distrik Belem itu dipenuhi ratusan pengunjung. Jelang musim panas, Portugal bertabur wisatawan.
Belem adalah sebuah distrik di sebelah barat Ibu Kota Portugal. Sejumlah kedutaan besar negara asing berlokasi di sana, karena Istana Kepresidenan yang disebut juga sebagai “Pink Palace”, berlokasi di distrik ini.
IDN Times menyapa anak muda berbusana batik yang tengah mengatur posisi kamera. Hanya dia yang diperbolehkan berada di sana. “Sekitar 1 jam lagi duta besar akan tiba di sini, kemudian dijemput ke Istana Presiden untuk penyerahan surat-surat kepercayaan,” ujar Andre, staf Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Dia bertugas mengabadikan acara penjemputan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Republik Portugal, Ibnu W. Wahyutomo menuju Palacio de Belem, Istana Presiden Republik Portugal yang berjarak sekitar 300 meter dari Praca do Imperio.
Dubes Ibnu dijadwalkan menyerahkan Surat Kepercayaan (credentials) kepada Presiden Republik Portugal Marcelo Rebelo de Sousa, sore itu, pukul 15.45 waktu setempat. Sesuai protokoler, Ibnu dan istri, Restisari Joeniarto, dikawal pasukan berkuda menuju Istana.
Belem adalah sebuah distrik di sebelah barat Ibu Kota Portugal.
IDN Times yang memang membuat janji bertemu dengan Dubes Ibnu, bergegas menuju Wisma Kedutaan, sekitar 15 menit jalan kaki dari Jeronimos.
Dubes Ibnu dan istri sudah siap berangkat. Keduanya mengenakan sarung dan kain songket
warna ungu. Dengan sabar, Dubes Ibnu mengajak para staf KBRI berfoto bersama. Tanpa kecuali, termasuk sopir yang warga Portugal diajak berfoto.
Setelah itu, staf KBRI mengiringi dubes dan istrinya yang dijemput protokol Istana Presiden ke Wisma Duta.
“Menjadi diplomat adalah keinginan saya sejak lulus sekolah menengah atas,” kata Dubes Ibnu, setelah kembali dari Istana Presiden.
Ibarat cinta pada pandangan pertama dalam hal pilihan karier. Ibnu menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan memilih jurusan Hubungan Internasional.
“Tahun 1984, yang memilih jurusan itu cuma tiga. Dua di antaranya kemudian menjadi
diplomat,” tutur Ibnu.
Dia mengundang anggota patwal motor yang mengantarnya kembali ke Wisma Duta untuk mencicipi kue-kue khas Indonesia seperti pisang goreng dan dadar gulung. Pula kopi
Indonesia. Kami melanjutkan berpuasa.
Berikut cuplikan wawancara IDN Times dengan Dubes Ibnu:
1. Apa yang dibicarakan dengan Presiden Portugal?

Pada prinsipnya saya menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo, disertai harapan agar rakyat Indonesia dan Portugal diberikan kesejahteraan. Presiden Jokowi juga berharap hubungan baik antara kedua negara meningkat.
Saat orientasi para dubes yang akan bertugas, Februari 2018, kami diharapkan meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi untuk mendukung kinerja ekonomi.
Kepada Presiden Portugal saya juga sampaikan akan melakukan tugas yang tidak kalah
penting, yaitu meningkatkan people to people contact.
Jangan sampai, Indonesia hanya mengenal Portugal karena ada sosok Cristiano Ronaldo, dan warga Portugal mengenal Indonesia karena Bali. Ada banyak hal dari aspek
budaya yang bisa kita jadikan perekat hubungan antar bangsa.
Hal lain tentang potensi kerjasama di bidang maritim, di mana Portugal punya sejarah
panjang dan keunggulan. Ini pas dengan kebijakan poros maritim yang dicanangkan Presiden Jokowi.
Kita punya Kebijakan Kelautan Indonesia, di sini ada yang namanya Portugal Maritime Strategy. Kalau saya lihat elemen-elemen di dalamnya banyak yang kita bisa kerjasamakan, seperti perbaikan galangan kapal, aquaculture, perikanan, pembinaa nelayan, marine pollution.
Presiden menyambut baik gagasan ini dan meminta saya segera menindaklanjuti dengan para stafnya.
2. Apa strategi meningkatkan people to people contact antar kedua negara?

Nah, setelah sektor maritim, area kedua adalah ekonomi kreatif. Lisabon mengklaim diri sebagai kota ekonomi kreatif. Kita di Bekraf punya 17 elemen, dan tiga di antaranya
diutamakan, yaitu fashion, musik dan film.
Nah di musik, kita ada pertautan dengan Portugal, karena music keroncong dipengaruhi musik Fado. Fashion, meskipun mungkin tidak bisa seperti Jepang, di mana kimono bisa dibuat menjadi batik, di sini, orang Portugis muda juga butuh hawa baru untuk fashion.
Film juga jadi sarana kita kenalkan Indonesia dan kehidupannya. Itu juga hal-hal yang saya sampaikan ke presiden Portugal. Dan beliau bilang kita harus kerja sama lebih erat. Ada banyak festival di sini yang bisa kita ikuti.
3. Bagaimana suasana hubungan kedua negara saat ini, setelah urusan Timor Timur tak lagi jadi duri?

Saya rasa aman hubungan kita. Sekarang Timor Leste (dulunya Timor Timur, red) bukan jadi masalah. Bahkan saya pernah katakan, Timor Leste menjadi perekat kita, bukan pemisah. Ini sebenarnya saya mengutip ucapan mantan presiden sebelumnya, (Anibal) Cavaco da Silva.
Maksudnya sebagai perekat adalah, dalam bentuk kita sebagai negara terdekat dengan Timor Leste, tentunya Timor banyak bergantung ke kita. Portugal sebagai negara induknya, mereka juga bergantung ke Portugal.
Jadi kita berdua sama-sama bantu Timor Leste dalam segala hal, termasuk pendidikan, ekonomi, infrastrukur. Kita punya pikiran yang sama, bagaimana menolong saudara kita di Timor Leste. Ada kesamaan pandangan dalam politik dan bertetangga dengan baik.
Presiden Portugal menyampaikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan pemimpin di kawasan ASEAN.
Oleh karena itu, Indonesia diharapkan dapat memainkan peran besar di fora internasional, seperti halnya Portugal yang terus berupaya berperan di dunia internasional. Salah satunya adalah pengangkatan Antonio Guterres, mantan perdana menteri Portugal, sebagai sekretaris jenderal PBB saat ini.
4. Bagaimana dengan posisi hubungan perdagangan dan investasi?

Investasi Portugal di Indonesia perlu ditingkatkan. Data pertengahan 2017, sekitar USD 900 juta dolar AS. Investasi Indonesia di sini gak ada catatannya.
Perdagangan kita surplus sekitar USD 500 juta, tetapi secara volume kalau kita bandingkan dengan negara EU memang tidak begitu kelihatan.
Portugal tidak termasuk dalam 20 besar negara yang berdagang dengan RI, menurut catatan
Badan Pusat Statistik. Catatan soal turis Indonesia ke sini juga susah dilacak, karena dengan visa Schengen. Orang Indonesia biasanya tidak langsung ke sini. Biasanya dari Spanyol, Belanda, Prancis, baru ke Portugal.
Turis dari Portugal ke Indonesia sekitar 35 ribu pada 2016. Gak ada catatan ke mana. Itu juga ingin kita tingkatkan sebagai bagian dari people to people contact. Selain lewat ekonomi kreatif, juga lewat kesamaan.
5.Selama berkarier sebagai diplomat, penugasan apa yang paling berkesan?

Semuanya. Setiap negara punya kesan. Sebelum di Portugal saya wakil dubes di Belanda, negara dengan sejarah panjang dalam kaitan dengan Indonesia. Pernah di Kanada.
Mungkin kalau dikatakan yang penugasan yang menurut saya sangat menarik adalah saat menangani soal perbatasan.
Cukup lama saya mengurusi perbatasan saat di direktorat jenderal politik, direktorat perjanian internaisonal, mulai dari masa magang, sampai kepala biro itu kan dari tahun 1994, sampai 2011 saya di situ terus. Sekitar 10 tahunan.
Menariknya saat mengurusi perbatasan, berunding tidak hanya di meja perundingan, tapi juga di lapangan. Meskipun saya orang Kemlu, yang biasanya tidak di lapangan, saat mengurusi perbatasan harus bersama-sama dengan anggota delegasi RI ke lapangan.
Untuk perbatasan darat kan kita punya urusan dengan Malaysia dan Papua Niugini misalnya. Untuk yang laut ada 10 negara.
Sampai sekarang kami punya semacam komunitas perbatasan. Kalau ketemu cerita-cerita
masa kami menangani masalah perbatasan. Seru. Dari menangani perbatasan, saya melihat aspek kelemahan yang dialami semua negara. Soal arsip.
Mencari dokumen perjanjian yang sudah lewat beberapa waktu lamanya saja bingung. Kita tidak bisa hanya mengandalkan ingatan, apalagi untuk hal yang detil. Apalagi di era teknologi saat ini, harusnya semua dokumen sudah dibuat dalam bentuk arsip digital.
Sejak pemulihan hubungan diplomatik Indonesia-Portugal tahun 1999, Duta Besar Ibnu W. Wahyutomo adalah Duta Besar ke-5 yang dipercaya oleh Pemerintah Indonesia sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Republik Portugal. Sebelumnya, posisi yang sama pernah dijabat oleh Harry Pryohoetomo Haryono (2001-2004), FX Lopes da Cruz (2005-2008) dan Albert Matondang (2010-2014), dan Mulya Wirana (2014-2017).