Ratas Menko Polkam, Panglima TNI, Kapolri, BIN Bahas Bencana Sumatra

- TNI mengerahkan 30.864 personel, 18 pesawat, 36 helikopter, dan 16 kapal laut untuk distribusi logistik dan evakuasi korban.
- Polri kerahkan Brimob, tim medis K-9, dan DVI serta dua pesawat angkut untuk evakuasi korban dan distribusi bantuan.
- BIN jalankan fungsi intelijen untuk memastikan bantuan tepat sasaran, monitoring ancaman, pemetaan risiko lanjutan, dan peringatan dini terhadap potensi bencana susulan.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam), Jenderal TNI (Purn) Djamari Chaniago memimpin rapat terbatas lintas sektor, yang dihadiri Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Senin (8/12/2025).
Pemerintah menegaskan komitmennya untuk hadir secara cepat dan terkoordinasi dalam penanganan bencana besar yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Meski di ruang publik sempat muncul narasi negatif yang menilai pemerintah lamban, di lapangan aparat negara dipastikan telah bergerak secara masif sejak fase awal tanggap darurat.
Djamari mengatakan, rapat tersebut menegaskan negara hadir secara penuh melalui kekuatan pertahanan, keamanan, dan intelijen dalam satu komando terkoordinasi.
“Dalam situasi darurat seperti ini, yang dibutuhkan adalah kecepatan, ketepatan, dan soliditas yang terkolaborasi . TNI, Polri, dan BIN bergerak dalam satu napas untuk memastikan keselamatan rakyat, distribusi bantuan, serta stabilitas keamanan tetap terjaga,” kata dia dalam keterangannya, Senin.
1. TNI telah mengerahkan total sekitar 30.864 personel

Adapun dari sisi operasi kemanusiaan, TNI telah mengerahkan total sekitar 30.864 personel dari AD, AL, dan AU ke wilayah terdampak. TNI juga mengerahkan aset besar berupa 18 pesawat, 36 helikopter, serta 16 kapal laut, termasuk kapal angkut (LCU), guna mempercepat distribusi logistik dan proses evakuasi korban, terutama di wilayah yang terisolasi.
Dalam tahap awal, TNI AD mengerahkan lebih dari 21.700 personel untuk membuka akses jalan yang terputus, mengevakuasi korban, mendirikan dapur umum, membangun shelter darurat, hingga mendukung layanan kesehatan lapangan. Selain itu, sebanyak 1.559 ton bantuan logistik telah dikirimkan ke zona darurat, sebagian melalui operasi airdrop ke wilayah yang tidak dapat dijangkau jalur darat.
2. Polri kerahkan unsur Brimob, tim medis K-9, dan DVI

Sementara itu, Polri mengerahkan ratusan personel dalam operasi kemanusiaan terintegrasi, dengan 497 personel diterjunkan langsung ke wilayah Aceh, Sumut, dan Sumbar. Selain itu, 219 personel tambahan dikirim ke Sumatra Utara, terdiri dari unsur Brimob, tim medis, K-9, dan DVI, untuk mempercepat proses evakuasi, identifikasi korban, serta pengamanan lokasi terdampak.
Dalam mendukung distribusi bantuan, Polri juga mengerahkan dua pesawat angkut yang membawa sekitar 3,8 ton logistik, terdiri atas makanan siap saji, obat-obatan, genset, dan perangkat WiFi portabel untuk menjaga konektivitas komunikasi di daerah bencana.
Di saat yang sama, Polri diperintahkan untuk memperbaiki akses jalan yang terputus, serta menjaga stabilitas keamanan guna mencegah potensi gangguan sosial dan tindak kriminal di tengah situasi krisis.
3. BIN jalankan fungsi intelijen untuk memastikan seluruh bantuan tepat sasaran dan aman dalam distribusi

Di balik operasi lapangan tersebut, BIN menjalankan fungsi intelijen untuk memastikan seluruh bantuan tepat sasaran dan aman saat didistribusikan. Melalui jaringan intelijen di daerah Aceh, Sumut, dan Sumbar, BIN melakukan monitoring ancaman, pemetaan risiko lanjutan, serta pengawalan distribusi bantuan, sekaligus menyuplai data dan rekomendasi strategis bagi pemerintah pusat.
BIN juga memainkan peran penting dalam peringatan dini terhadap potensi bencana susulan maupun kerawanan sosial, sehingga keputusan taktis dan kebijakan nasional dapat diambil berbasis informasi intelijen yang akurat.
Djamari menegaskan, kolaborasi TNI, Polri, dan BIN bukan hanya untuk penanganan jangka pendek, tetapi juga untuk pemulihan jangka menengah hingga stabilisasi pascabencana.
“Soliditas ini adalah wajah negara di saat rakyat sedang dalam kondisi paling rentan. Kami memastikan bahwa bantuan tidak hanya cepat sampai, tetapi juga tepat sasaran, aman, dan berkelanjutan,” ujar Djamari.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh narasi negatif di media sosial, serta tetap mengedepankan solidaritas nasional dan kepercayaan terhadap kerja-kerja kemanusiaan yang sedang berlangsung secara terpadu di lapangan.


















